Berikut ini catatan
kebohongan Amerika yang telah berkontribusi signifikan atas terjadinya
pertumpahan darah besar dan kehancuran di berbagai negara.
1.
Woodrow Wilson: Tenggelamnya Kapal Lusitania- Perang Dunia I, 1917-1918
“Ini adalah perang melawan
semua bangsa. Nyawa warga Amerika direnggut, kita perlu menyelidikinya; warga
negara-negara lain yang netral juga telah direnggut dengan cara yang sama.
Tidak ada diskriminasi. Ini adalah kejahatan melawan seluruh umat manusia. Setiap
negara harus memutuskan sendiri bagaimana menghadapi kejahatan ini. Pilihan
yang tepat untuk bangsa kita harus cocok dengan karakter dan tujuan kita
sebagai bangsa. Kita harus mengenyampingkan perasaan dendam. Motif kita [untuk
berperang] bukanlah balas dendam atau unjuk kekuatan fisik bangsa ini,
melainkan pembelaan atas hak asasi manusia, dan kitalah satu-satunya pemenang.”
(April 2, 1917)
Catatan: Pada 7 Mei 1915, kapal Lusitania milik Inggris
tenggelam di lepas pantai Irlandia dan menewaskan 1,200 penumpang dari berbagai
negara, termasuk AS. Konon, kapal itu tenggelam karena serangan torpedo tunggal
kapal selam Jerman. Tenggelamnya kapal ini menjadi alasan bagi AS untuk terjun
dalam PD I dan pasukan Sekutu pun meraih kemenangan. Namun, kecurigaan muncul:
mengapa kapal itu tenggelam dengan sangat cepat ke bawah permukaan laut?
Hal ini hampir tak mungkin terjadi bila kapal sekedar ditembak torpedo tunggal.
Kemungkinannya, kapal sipil itu membawa amunisi illegal dan terjadi ledakan
besar akibat ditembak tornado. Menggunakan kapal sipil untuk membawa amunisi
dan instrumen perang lainnya adalah melanggar perjanjian internasional.
2.
Franklin D. Roosevelt: Pearl Harbor-Perang Dunia II, 1941-1945
“Kemarin, 7 Desember 1941
– tanggal yang dikenang dalam kehinaan – Amerika Serikat tiba-tiba dan sengaja
diserang oleh angkatan laut dan udara Kekaisaran Jepang. Amerika Serikat sudah
berdamai dengan negara itu dan, atas ajakan Jepang, masih dalam perundingan
untuk menciptakan perdamaian di Pacifik. Jarak Hawaii dari Jepang meyakinkan
kita bahwa jelas serangan itu sengaja direncanakan beberapa hari atau bahkan
berminggu-minggu lalu. Selama rentang waktu itu, pemerintah Jepang telah
sengaja berusaha untuk menipu Amerika Serikat dengan memberikan pernyataan palsu
mengenai harapan perdamaian.” (8 Desember 1941)
Catatan: Ada hal yang aneh dalam kejadian ini: pada
tanggal 4 Desember, 3 hari sebelum penyerangan, pihak intelijen Australia
memberitahukan kepada AS mengenai pergerakan armada Jepang yang menuju Pearl
Harbour, namun AS tidak menghiraukannya. Lalu, dalam sebuah catatan jurnal yang
dibuat oleh Menteri Angkatan Perang Roosevelt, Henry Stimson, tertanggal 25
November 1941, tercantum percakapan yang ia lakukan dengan Roosevelt:
“Pertanyaannya adalah bagaimana cara membuat pihak Jepang agar menyerang
terlebih dahulu… Hal itu memang diharapkan agar terlebih dahulu dilakukan oleh
pihak Jepang sehingga tidak ada sedikitpun keraguan atas siapa yang menjadi
pihak agresor.”
Beberapa bulan sebelum
terjadinya serangan terhadap Pearl Harbour, Roosevelt melakukan segala hal yang
bisa memicu amarah pihak Jepang, dengan menunjukan kebijakan-kebijakan yang
agresif. Ia menghentikan semua impor minyak Jepang dari perusahaan Minyak
Amerika. Ia membekukan semua aset milik Jepang di Amerika, ia memberi pinjaman
secara terbuka pada kelompok Nasionalis China serta menyuplai persenjataan
kepada Inggris dan keduanya merupakan musuh Jepang di perang, yang sekaligus
juga berarti melanggar hukum internasional yang mengatur perang.
Jadi, sebagaimana yang
memang diharapkan terjadi, pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl
Harbour sehingga menewaskan 2400 orang tentara. Sebelum kejadian Pearl Harbour,
83% masyarakat Amerika tidak menginginkan Amerika terlibat dalam perang.
Setelah kejadian Pearl Harbour, 1 juta orang mendaftarkan diri menjadi
sukarelawan perang.
3.
Harry S. Truman: Ancaman komunisme, Pelanggaran UN Charter-Perang Korea
1950-1953
“Pada hari Minggu, tanggal
25 Juni, pasukan Komunis menyerang Republik Korea. Serangan ini telah
menjelaskan semua keraguan, bahwa gerakan Komunis Internasional telah melakukan
invasi bersenjata untuk menaklukkan negara-negara yang independen. Tindakan
agresi seperti ini menciptakan bahaya yang sangat nyata terhadap keamanan semua
bangsa merdeka. Serangan terhadap Korea adalah pelanggaran atas perdamaian dan
pelanggaran atas Piagam PBB. Dengan tindakan mereka di Korea, pemimpin Komunis
telah menunjukkan kebencian mereka atas prinsip-prinsip moral yang menjadi
landasan didirikannya PBB. Ini adalah tantangan langsung terhadap upaya
negara-negara merdeka dalam membangun dunia yang bebas dan damai. Tantangan ini
telah disajikan dengan jitu dan kita harus menghadapinya dengan jitu pula. “(19
Juni 1950)
Catatan: Sebulan kemudian, Truman berhasil membujuk Kongras AS
untuk menambah anggaran perang demi ‘mencegah tersebarnya komunisme di dunia’.
AS melibatkan diri dalam Perang Korea dengan cara mengirim pasukan untuk
membantu Korea Selatan, melawan Korea Utara yang didukung Uni Soviet. IF
Stone dalam bukunya ‘Hidden Story of the Korean War’ antara lain menyebut
bahwa Korsel memang sengaja memancing serangan Korut. Ketika AS terjun ke dalam
perang, siapa yang mengambil keuntungan? Tentu saja, para makelar perang (the
industrial military complex).
4.
Lyndon B. Johnson: Insiden Teluk
Tonkin, “Domino Effect”-Perang Vietnam, 1964-1974; “Perang Melawan Kemiskinan”
“Tadi malam saya
mengumumkan kepada rakyat Amerika bahwa rezim Vietnam Utara telah melakukan
serangan lanjutan yang disengaja terhadap kapal angkatan laut AS yang
beroperasi di perairan internasional. Karena itu, kita melancarkan serangan
udara yang berhasil menimbulkan kerusakan besar terhadap kapal dan fasilitas
[Vietnam Utara]. Dua pesawat AS hilang dalam operasi ini. Setelah berkonsultasi
dengan para pemimpin Kongres, saya juga mengumumkan keputusan untuk meminta
Kongres agar mendukung upaya AS dalam melindungi kebebasan dan perdamaian di
Asia tenggara. Aksi rezim Vietnam Utara ini telah memberikan perubahan besar
bagi situasi Asia Tenggara yang sudah sangat serius.” (5 Agustus 1964)
Catatan: Tanggal 4 Agustus 1964, kapal USS Maddox dan
USS Turner Joy melaksanakan patroli bersama di sepanjang Teluk Tonkin
yang berjarak sekitar 18 km dan pantai Vietnam Utara. Tiba-tiba ada serangan
dari kapal-kapal torpedo Vietnam Utara. [menurut versi Vietnam Utara, saat itu
kapal AS melakukan misi intelijen dan memang sengaja memancing serangan].
Presiden Johnson memerintah Angkatan Udara dan Laut AS untuk melancarkan
serangan udara terhadap pangkalan kapal-kapal torpedo Vietnam Utara.
Selanjutnya, AS mengirim pasukannya ke Vietnam. Lagi-lagi, yang diuntungkan
secara finansial tentu saja para makelar perang (the industrial military
complex)
5.
Richard M. Nixon:
“Vietnamisasi”; Pemboman Kamboja, 1969-1973, “Perang Melawan Kejahatan”
“Malam ini, Amerika dan
Vietnam Selatan akan menyerang markas operasi militer komunis seluruh di
Vietnam Selatan … Ini bukan invasi ke Kamboja … Kami mengambil tindakan ini
bukan untuk tujuan memperluas perang ke Kamboja, tapi untuk tujuan mengakhiri
perang di Vietnam dan memenangkan perdamaian dengan adil. Kami akan terus
melakukan segala upaya untuk mengakhiri perang ini melalui negosiasi di meja
konferensi daripada melalui pertempuran di medan perang …. Pengumuman saya ini
sekaligus memberitahukan kepada pemimpin Vietnam Utara bahwa kami mau bersabar
untuk mengupayakan perdamaian di meja rapat, tapi kami tidak akan dipermalukan.
Kami tidak akan kalah.” (30 April 1970)
Catatan: Konflik Vietnam merembet ke Kamboja. Nixon menyatakan
bahwa Vietnam Utara telah memperluas agresinya ke berbagai wilayah, termasuk
Kamboja. Di Kamboja, tentara Partai Komunis Kamboja bersekutu dengan Republik
Demokratik Vietnam (=Vietnam Utara) dan Front Pembebasan Vietnam Selatan,
melawan pemerintah Kamboja yang didukung oleh Amerika Serikat dan Republik
Vietnam (=Vietnam Selatan). Nixon kemudian memerintahkan tentara AS untuk
melakukan pengeboman besar-besaran di Kamboja dengan alasan mencegah
berkuasanya pasukan komunis.
6.
Ronald Reagan: Kirim Marinir ke Beirut 1983, Invasi Grenada 1983, Pengeboman
Libya 1986, Perang Dingin 1981-1989, Iran-Contra 1985
“Secara keseluruhan,
Reagan mengatakan ‘Saya tidak ingat’ 88 kali dalam delapan jam kesaksian atas
kasus Iran-Contra pada 16-17 Februari 1990, “ tulis New York Times.
“Aku ingat diberitahu
bahwa ada agen atau pemerintahan dalam level tertentu, yang tidak dilarang oleh
Amandemen Boland, dan saya ingat itu. Dan saya mengatakan bahwa kita harus
tetap dalam koridor hukum dan sebagainya. Dan saya tidak pernah menantang atau
mempertanyakan apa yang diberitahukan kepada saya… “ [Intinya, Reagan
menyatakan tidak tahu menahu tentang Iran-Contra]
Catatan: Pada 1982, sebanyak 96 warga negara asing, sebagian
besarnya warga AS dan Eropa Barat, diculik oleh kelompok tak dikenal. AS meyakini
pelakunya adalah Hizbullah (meski Hizbullah tidak pernah resmi mengakui hal
ini). Karena Hizbullah adalah sekutu Iran, AS pun terpaksa mendekati Iran untuk
meminta tolong. Iran yang saat itu tengah diagresi Irak dan sangat membutuhkan
senjata untuk mengusir Irak, segera memanfaatkan peluang itu. Iran bersedia
membantu pembebasan sandera dengan imbalan pemberian senjata. Amerika kemudian
mengirim senjata untuk Iran via pihak ketiga (gerilyawan Contra). Namun Iran
mempermainkan Amerika seperti boneka. Meski ribuan rudal dan senjata telah
digelontorkan, Iran mengulur-ulur pembebasan sandera. Iran bahkan membocorkan
kesepakatan rahasia itu ke publik setelah tujuannya mendapatkan senjata
tercapai. Akibatnya skandal terbongkar pada tahun 1986.
Pemerintah Amerika
mendapatkan aib, sementara Iran berhasil mengusir Irak (yang sejak awal perang
didukung AS) pada tahun 1988.
7.
George HW Bush: Invasi Panama 1989, Perang Teluk 1991
“Dan saya sangat prihatin,
bukan hanya tentang atas serangan fisik, melainkan juga atas kebrutalan [Irak]
sebagaimana yang dilaporkan oleh Amnesty International; yang mengkonfirmasi
beberapa cerita yang sampai kepada kami dari Amir [Kuwait]. Hal ini sulit
dipercaya, kebrutalan yang telah diceritakannya. Maksud saya, cerita tentang
kabel mesin dialisis yang dicabut dari pasien, dan mesi dialisis itu
dikirim ke Baghdad; bayi yang dikeluarkan dari inkubator dan inkubator itu
dikirim ke Baghdad. Saya tidak tahu berapa banyak dari kisah-kisah ini dapat
dikonfirmasi, tapi saya tahu pasti bahwa Amir [Kuwait] berbicara dari lubuk
hatinya. Dan setelah itu, datang Amnesty International, yang mendapatkan info
dari banyak orang di perbatasan, dan hal ini sangat memuakkan. ” (9 Okt 1990)
Catatan: Cerita tentang inkubator itu diungkapkan oleh gadis
bernama Nariyah (15 tahun). Di program televisi ABC’s Nightline dan NBC
Nightly News, sambil menangis ia menceritakan kejahatan tentara Irak yang
membantai 300-an bayi di rumah sakit Kuwait. Kisahnya menimbulkan gelombang
antipati terhadap Saddam Hussein. Dengan segera Bush berhasil menggalang
dukungan internasional dan pada tahun 1991, dilancarkan Operasi Badai Gurun:
menyerbu Kuwait dan mengusir tentara Irak. Beberapa tahun kemudian
terungkap bahwa Nariyah tak lain putri Sheikh Saud Nasser Al-Saud
Al-Sabah, Duta Besar Kuwait untuk Amerika Serikat. Sebelum tampil di acara
televisi itu, dia belajar akting dahulu di Hill & Knowlton.
8.
William J. Clinton: “Intervensi
Kemanusiaan”-NATO di Bosnia dan Herzegovina 1995, “Intervensi Kemanusiaan”-NATO
di Yugoslavia 1999
“Koordinator kemanusiaan
kami, Brian Atwood, yang baru saja kembali dari kawasan itu, menceritakan
pertemuannya dengan seorang wanita Albania tua di sebuah kamp di luar Tirana.
Wanita itu melihat semua laki-laki anggota keluarganya dan sebagian besar pria
di desanya ditangkap oleh otoritas Serbia, diikat, disiram dengan bensin, dan
dibakar di depan keluarga mereka. Ini adalah jenis cerita yang akan terlalu
mengerikan untuk dipercayai jika saja cerita ini tidak konsisten dengan apa
yang telah disampaikan begitu banyak pengungsi lainnya. Apa yang perlu kita
ingat adalah bahwa ini adalah kejahatan yang direncanakan dengan cermat, bukan
insiden akibat kemarahan yang lepas kendali semata; ini adalah kejahatan yang
dilakukan oleh pemerintah Beograd untuk tujuan politik yang spesifik, yaitu
untuk mempertahankan kontrol mereka atas Kosovo. Aksi mereka ini harus
dikalahkan.” (April 28, 1999)
Catatan: Khusus untuk Bosnia, narasi yang umumnya sampai
kepada kita adalah: Bosnia yang muslim ingin mendirikan negara sendiri, lalu
diperangi oleh tentara Kristen Serbia. Pertanyaannya: mengapa AS dan NATO sedemikian
bersemangat ikut berperang, mengebomi habis-habisan wilayah itu (dan mengambil
posisi untuk membela Bosnia-muslim)? Tentu jawabannya memerlukan penelitian
mendalam. Namun yang jelas, hasil akhirnya adalah liberalisasi ekonomi di
kawasan tersebut dan hal ini diungkap oleh Bank Dunia, “… upaya yang lebih
besar harus diberikan dalam membangun struktur kelembagaan yang layak untuk
pemerintahan yang efektif, seperti diuraikan dalam Perjanjian Dayton, dan
melaksanakan reformasi struktural utama untuk mengubah struktur ekonomi
sosialis lama ke yang baru, yaitu ekonomi berbasis pasar.”(Bank Dunia
1997).
9.
George W. Bush: Al-Qaeda- “War on
Terror” 2001-sekarang, Invasi ke Irak 2003-sekarang
]“Menghadapi bukti yang
jelas dan resiko bahaya ini, kita tidak bisa menunggu untuk sampai datangnya
bukti final, yaitu asap senapan yang bisa datang dalam bentuk awan jamur
[=ledakan senjata biologis]. Dalam memahami ancaman ini, dengan melihat bentuk
dan penipuan rezim Irak, kita memiliki alasan untuk mengasumsikan yang
terburuk, dan kita memiliki tugas yang mendesak untuk mencegah kemungkinan
terburuk itu terjadi. “(6 Okt 2002)
Catatan: Bush Jr ‘membujuk’ Kongres AS agar menyetujui serbuan
ke Irak dengan alasan Saddam memiliki senjata biologis. Tahun 2003, serangan
itu dilakukan, Saddam terguling, dan sampai hari ini tentara AS masih bercokol
di Irak. Kontrak migas dan proyek-proyek rekonstruksi, tentu saja jatuh ke
tangan para pemegang saham perang ini (perusahaan-perusahaan milik Zionis). Dan
kemudian terbukti, Saddam sama sekali tidak menyimpan senjata biologis itu.
10. Barack H.
Obama: “Intervensi Kemanusiaan”-NATO
(serangan ke Libya) 2011, “Intervensi Kemanusiaan” (intervensi
di Suriah) 2011-sekarang
“Dalam situasi yang rentan
seperti ini, sangat penting bagi negara-negara di dunia untuk berbicara dalam
satu suara, dan hal ini telah menjadi fokus kami … Kemarin Dewan Keamanan PBB
secara bulat mengirimkan pesan yang jelas, yaitu mengutuk kekerasan di Libya,
mendukung pertanggungjawaban bagi pelakunya, dan membela rakyat Libya.
Sebagaimana semua pemerintahan, pemerintah Libya memiliki tanggung jawab untuk
menghindari kekerasan, untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, dan
untuk menghormati hak-hak rakyatnya. Pemerintahan Libya harus bertanggung jawab
atas kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, dan atas berlanjutnya
pelanggaran HAM.” (22 Feb 2011)
Catatan: Pada bulan Mei 2011, NATO di bawah pimpinan AS
membombardir Libya dan merusak sangat banyak infrastruktur negara termakmur di
Afrika itu (dan kemudian, lagi-lagi, proyek rekonstruksinya dipegang perusahaan
Barat dan pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah baru Libya dengan berhutang
pada IMF dll).
Kini, kebohongan kembali
akan dipakai oleh Obama di Suriah. Rezim Assad dituduh sebagai pelaku serangan
senjata kimia tanggal 21 Agustus 2013 lalu, meskipun belum ada hasil
penyelidikan resmi PBB dan berbagai kejanggalan atas kasus ini telah terungkap. Hingga
tulisan ini dibuat, belum ada keputusan dari Gedung Putih, apakah jadi
mengagresi Suriah atau tidak.
Diterjemahkan (dan diberi
ulasan tambahan) oleh Dina Y. Sulaeman, dari ‘A Century of Lies: The Rationales for Engaging in Foreign
Wars, A Century-old White House Tradition’ (James F Tracy)
[Seabad Kebohongan: Alasan Untuk Melakukan Perang, Tradisi Satu Abad
Gedung Putih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar