(Foto: Iran Setelah Revolusi Islam 1979)
(Foto: Iran Sebelum Revolusi Islam 1979)
Oleh Behrouz Kamalvandi,
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Republik Indonesia
Beberapa kalangan telah
mengenal dan mengetahui banyak perihal visi dan misi serta apa yang telah
dicapai Revolusi Islam Iran. Di antara semua pandangan itu, pemaknaan Revolusi
sebagai mukjizat Allah Swt akan membuka banyak cakrawala berpikir kita dan juga
menguak sisi-sisi lain yang belum terungkap sebelumnya.
Kita semua tahu apa definisi dan maksud dari kata mukjizat, yaitu karunia Allah
Swt kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti kebenaran yang tidak bisa dilakukan
oleh orang lain. Ada “Invisible hand,” yaitu Allah sendiri, di dalam setiap
tindakan material seorang nabi dan rasul. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sebagai manusia biasa mungkin juga pernah menyaksikan “tangan-tangan lain” yang
bekerja di luar jangkauan tangan material kita meskipun mungkin tidak
memberikan perhatian serius kepadanya atau mengabaikannya begitu saja.
Bila kita mau jujur,
cukuplah bagi Allah untuk memberikan satu mukjizat melalui tangan seorang nabi
dan rasul sebagai “syarat cukup” bagi semua orang untuk meyakininya. Namun
karena tingkat keimanan manusia berbeda-beda, maka Allah memberikan berbagai
mukjizat kepada seorang nabi. Bagaimanapun, walaupun banyak mukjizat telah
ditunjukkan-Nya, masih saja ada segelintir manusia yang menolak kenabian. Kalau
mau menelaah dan memperhatikan segala kondisi yang terjadi sebelum Revolusi
Islam, baik di Iran atau pun di luar Iran, pasti kita akan memprediksi bahwa
revolusi mustahil terjadi. Saat itu tidak ada orang yang mampu melakukan sebuah
gerakan pembebasan karena ada kekuatan besar yang kukunya mencengkeram semua
aspek kehidupan masyarakat Iran.
Mereka yang menelaah dan
meneliti konstelasi geopolitik pada masa itu akan mengakui dominasi dan
pertarungan di antara dua kutub besar: komunisme dan kapitalisme. Kita tidak
mungkin melakukan suatu perubahan kecuali berlindung kepada salah satu dari dua
kekuasaan tersebut. Namun di sinilah letak kemukjizatannya. Revolusi Islam Iran
dilahirkan oleh masyarakat yang tidak memiliki senjata. Mereka melawan sistem
zalim nan digdaya dengan tangan kosong. Mereka juga tidak memiliki landasan
ekonomi-sosial-politik yang kuat. Namun kenyataannya, mereka berhasil
menghancurkan hegemoni dan menggulingkan tirani Raja terakhir di Dinasti
Pahlevi. Inilah mukjizat yang pertama.
Mukjizat kedua terjadi
pasca-Revolusi. Tidak ada satu pun analis sekuler yang percaya bahwa revolusi
ini bisa berumur panjang dan terus bertahan hingga detik ini. Tidak perlu saya
menyampaikan analisis politik yang panjang lebar. Cukuplah saya memberikan satu
contoh bahwa saat Republik Islam ini baru lahir, ia telah dipaksa berperang
selama 8 tahun oleh Iraq yang didukung negara-negara besar Dunia (yang
salah-satu komandonya adalah Amerika). Tidak cukup di situ, penyerangan dan
embargo Amerika dengan berbagai dalih, termasuk pembekuan aset Iran di Amerika
Serikat. Namun, Iran tidak goyah. Kita pun menyaksikan mukjizat kedua dari
Allah Swt.
Dalam semua bidang, Iran
mendapatkan semua kemajuan setelah revolusi yang tidak bisa saya sebutkan
secara terperinci dalam kesempatan ini, baik di bidang pertanian, industri,
maupun energi. Pasca-Revolusi, ilmu pengetahuan berkembang pesat. Iran berada
di urutan teratas di Timur Tengah, dan urutan ketujuh atau kesepuluh di Dunia,
untuk tujuh bidang ilmu pengetahuan besar di dunia, di antaranya yaitu fisika,
kimia, biologi, dan matematika. Pengembangan dan pembangunan infrastruktur
terjadi di setiap sektor, baik jalan, perairan, maupun pembangkit tenaga
listrik. Dalam kebudayaan, produksi film Iran adalah edukatif dan humanis, jauh
dari kesan terorisme. Tentu saja tidak ketinggalan kemajuan teknologi nuklir.
Tawakkal
Bisa disimpulkan dalam
satu kalimat pendek bahwa yang menjadi dasar dan penyebab kemenangan Revolusi
Islam Iran tiada lain adalah tawakkal kepada Allah Swt. Walaupun kita tahu
bahwa sosok Imam Khomeini r.a menduduki peran yang sangat penting dalam
revolusi ini, tetap saja apa yang beliau lakukan adalah dalam rangka menguatkan
tawakkal masyarakat Iran kepada Allah Swt. Imam Khomeini bisa memimpin masyarakat
di tengah samudera yang luas dan dihadang berbagai badai serta ombak yang
begitu besar karena tawakkal kepada Allah Swt. Selain itu, beliau berhasil
menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual Islam, seperti nilai dan makna
syahadah. Kita dapat menyaksikan efek positif terhadap berbagai belahan Dunia
dari apa yang telah beliau lakukan, misalnya pembelaan terhadap rakyat
Palestina atau kaum tertindas di tempat-tempat lain.
Poin lain yang beliau
tanamkan dan hidupkan di dalam diri kami adalah kepercayaan terhadap kemampuan
diri sendiri. Ini juga berasal dari tawakkal kepada Allah Swt. Setiap orang
yang memiliki kepercayaan diri pasti mampu melakukan perubahan karena bertawakkal
kepada Allah Swt. Peran masyarakat juga besar karena mereka mengikuti apa yang
telah dititahkan oleh pemimpin mereka. Mengapa bisa demikian? Karena tujuan,
visi dan misi Imam Khomeini adalah misi Ilahiah, misi ketuhanan. Segala
aktivitas dan segala apa yang beliau perintahkan bersumber dari apa yang Allah
Swt ajarkan kepada kita. Sebaliknya, ketika kita mengalami keputusasaan, rendah
diri, dan merasa tidak mampu, maka di situlah keimanan kita lemah dan jauh dari
nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai Allah Swt. Dalam sebuah hadis Qudsi
disampaikan bahwa apabila beriman, taat, dan bertakwa kepada-Nya, maka kita
akan menjadi “seperti-Nya”. Tangan kita akan menjadi seperti “tangan-Nya,” kaki
kita akan menjadi seperti “kaki-Nya”, dan apa yang kita lakukan akan sesuai
dengan kehendak-Nya.
Imam Khomeini telah
mencapai derajat seperti itu, derajat takwa yang menyebabkan beliau bisa
melakukan berbagai hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa karena di
situ ada tangan-tangan Tuhan yang juga ikut membantunya. Karena itulah, kita
menyaksikan bahwa setiap ucapan yang muncul dari mulut Imam Khomeini akan
memberi efek dan pengaruh terhadap mereka yang menyimaknya. Kemenangan Revolusi
Islam Iran harus dilihat dari kelanjutan berbagai konfrontasi, konflik antara hak
dan batil sepanjang sejarah, kelanjutan dari Karbala yang ada di setiap
masa. Karena kita menyaksikan bahwa yang berkuasa di dunia sekarang ini
adalah kekuasaan yang tidak benar dan membawa nilai-nilai kebatilan, maka
konfrontasi dan konflik antara hak dan batil ini juga akan terus berlanjut.
Namun, janganlah
dibayangkan bahwa kita akan menyelesaikan masalah dunia ini langsung pada hal
yang global tanpa dimulai dari dalam diri kita sendiri. Kalau kita berhasil
menundukkan hawa-nafsu kita, atau menang atas kebatilan di dalam diri kita,
barulah kita akan berhasil untuk menyelesaikan problem dan pertentangan antara
hak dan batil di luar diri kita. Begitu pula problem perpecahan yang terjadi di
tengah masyarakat harus menjadi fokus kita. Apa yang kita saksikan sesungguhnya
tidak lepas dari hegemoni sebagian kelompok yang ingin menancapkan kukunya pada
semua sendi kehidupan global.
Inti kemenangan Revolusi
adalah iman dan takwa kepada Allah Swt. Kalau kemajuan di Iran hanya diukur
dari kemajuan material, maka Barat justru lebih maju daripada Iran, dan kita
akan kembali jatuh dalam keputusasaan. Kita merasa bahwa kita masih kecil dan
tidak punya apa-apa. Kita harus melihat segala kemajuan ini dari sisi mukjizat
Allah Swt. Apa yang kami dapatkan sekarang ini dengan berbagai latar-belakang
yang kami miliki, juga dengan berbagai kondisi dunia yang ada pada saat ini,
adalah mukjizat dan tangan-tangan Allah yang selalu membantu kami. Di situlah
kita akan merasa bahwa diri kita mampu dan memiliki kepercayaan diri.
Nuklir
Masalah “besar” yang
selalu digembar-gemborkan kekuatan-kekuatan adidaya adalah nuklir Iran. Padahal
masalahnya sangat sederhana, yaitu sebuah bangsa yang dengan tangan kosong dan
diboikot serta diembargo dari berbagai penjuru dunia masih bisa mencapai
kemajuan dalam teknologi nuklir. Kemajuan teknologi Iran bukan terbatas pada
nuklir. Salah satunya, kami juga berhasil menguasai apa yang disebut dengan
teknologi “Air Berat” (Heavy Water). Iran merupakan salah satu dari lima negara
di dunia yang berhasil mengembangkan tekhnologi Air Berat. Air Berat, jika
dilihat dengan mata telanjang, nyaris sama dengan air-air yang lain. Allah Swt
menciptakan di dalam air apa yang disebut dengan Deuterium. Dari situlah, Allah
menyatakan di dalam Al-Quran bahwa, “Kami menciptakan segala sesuatu yang hidup
itu dari air”. Mereka yang sedang belajar di fakultas kimia atau fisika tentu
lebih layak untuk meneliti hal ini.
Kalau air itu dibagi
menjadi satu juta (molekul), maka 120 atau 170 darinya mengandung apa yang
disebut dengan Deuterium tadi; 120 per 1 juta. Kalau 120 itu berhasil
dinaikkan, atau dilipatgandakan hingga lima kalinya, maka Deuterium itu akan
berfungsi untuk mempengaruhi gerakan-gerakan molekul-molekul di dalam diri kita
yang akan menyebabkan ketuaan. Dan kalau terus dikayakan, digandakan, dan
diperkuat, maka ia akan menjadi obat yang paling ampuh bagi kanker. Hampir 95%
kanker yang ada di dunia ini dapat diobati dengan tekhnologi ini. Kalau terus
dikayakan, maka ia akan menjadi pengganti minyak pelumas, pendingin
mesin-mesin. Kalau berhasil mengayakannya sampai sempurna, maka kita tidak
membutuhkan lagi uranium, atau tidak membutuhkan lagi nuklir.
Saya berani memastikan
bahwa pencapaian teknologi ini di sebuah negara seperti di Iran adalah suatu
mukjizat yang besar. Karena tidak ingin berita ini tersebar, bahwa Iran
berhasil mengembangkan teknologi Air Berat, Barat kemudian menutupi hal ini dan
mengangkat isu lain, yaitu bahwa nuklir Iran akan membuat senjata pembunuh
massal dan akan berbahaya bagi Dunia. Itulah mukjizat yang mereka tutupi. Berkenaan
dengan nuklir, isu terakhir yang bisa saya sampaikan adalah bahwa segala upaya
diplomasi dan legal sudah kami lakukan, dan sekarang kita sedang melalui jalan
bebas hambatan untuk menuju kepada kesuksesan. Beberapa hari yang lalu, Iran
berhasil meluncurkan satelit dan alih-alih mengucapkan selamat atas prestasi itu,
mereka malah mengatakan hal ini bertujuan militer demi untuk invasi dan
sejenisnya.
Telah saya sampaikan bahwa
masalah diplomatik (terkait program nuklir Iran) sudah final walaupun masih ada
kemungkinan DK PBB, misalnya, karena tekanan-tekanan akan menjatuhkan sangksi
terhadap Iran. Namun saya, sebagai orang yang sudah berkecimpung dalam dunia
politik selama tiga puluh tahun, bisa memastikan bahwa sanksi itu tidak memberi
dampak apa pun. Poin terakhir yang ingin saya sampaikan adalah yakinilah janji
Allah Swt akan terlaksana. Janji Allah akan terealisasi, yakni bahwa Allah Swt
akan memenangkan hak di atas kebatilan dan Allah-lah, yang disebutkan dalam
surah Al-Ikhlas sebagai Allahusshamad, Zat Yang menutupi kebatilan. Kebatilan
merupakan kekosongan dan Kebenaran Allah itulah yang kemudian akan menutupi
segala kekosongan, dan Allah Swt pasti akan merealisasikan janji-Nya.
Sumber:
Majalah SYI’AR Edisi Maulid 1429 H,
hal. 73-78.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar