Selasa, 02 Februari 2016

Syi'ah Ali


Di Ghadir Khum saat Haji Wada’ dan mendekati jelang wafatnya, Rasulullah berkhutbah, “Man kuntu maulahu fahadza ‘Ali maulahu” (Sesiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka inilah Ali sebagai pemimpinnya –setelahku)

Terjemah dari Kitab Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i Al-Amin Al-Antaki  [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Suriah, 1402 H]

Rasulullah Saw adalah orang yang sangat penyayang dan pengasih terhadap umatnya. Oleh karena itu, mustahil beliau membiarkan umatnya atau tidak memberitahukan kepada mereka hal yang sangat penting, yaitu golongan yang selamat (firqa an-najiyah).

Aku katakan, sesungguhnya golongan yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada ketaatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan para Imam Ahlulbait beliau yang telah disucikan sesuci-sucinya oleh Allah dari segala dosa dan kesalahan, serta berlepas diri dari musuh-musuh mereka. Hal ini merupakan pengamalan sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadis yang telah disepakati kesahihannya, baik oleh Sunni maupun Syi’ah, yaitu sabda beliau, “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maula-nya (pemimpinnya), maka ini ‘Ali adalah maula-nya (pemimpinnya) juga. Ya Allah,  cintailah orang yang mencintainya, musuhilah orang yang memusuhinya, tolonglah orang yang menolongnya, dan telantarkanlah orang yang menelantarkannya.”

Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Saw ketika ditanya tentang golongan yang selamat, siapakah golongan itu? Lalu ia bersabda, “Mereka (golongan yang selamat) adalah golongan yang mengikutiku dan para sahabatku,” riwayat ini tidak sahih. Sebab, para sahabat Nabi Saw tidak semuanya mengikuti Nabi Saw karena terbukti sebagian di antara mereka melakukan hal-hal yang tercela dan tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Misalnya, Marwan Al-Hakam, ia adalah Ath-Tharid (orang yang telah diusir oleh Nabi Saw dari Madinah) bin Ath-Tharid dan Al-Mal’un (terkutuk) bin Al-Ma’un ;Mu’awiyah, ‘Amru bin’ Ash, ia adalah orang yang terkenal dengan kelicikan dan penipuannya; Al-Mughlrah bin Syu’bah; dan masih banyak lagi yang lainnya.

Allah Swt berfirman,

“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar” (QS. At-Taubah [9]:101).

Sekiranya riwayat yang menyebutkan, “Mereka (golongan yang selamat) adalah golongan yang mengikutiku dan para sahabatku,” adalah riwayat sahih, betapapun menurutku riwayat ini tidak sahih, maka mereka yang dimaksud adalah Ahlulbait Nabi Saw, mereka inilah yang telah dijadikan  oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai panutan bagi orang-orang yang berpikir. Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya agar berpegang teguh kepada Ahlulbaitnya dan melarang mereka untuk berpaling dari Ahlulbaitnya, sebagaimana ditegaskan dalam banyak sabda Nabi Saw.

Adapun pendapat yang berkata bahwa umat Nabi Saw seluruhnya selamat, maka ini bertentangan dengan sabda beliau yang telah disepakati kesahihannya, demikian juga pendapat yang menyatakan bahwa umat beliau seluruhnya binasa.

Dengan demikian, golongan yang selamat hanyalah satu, sebagaimana menurut sabda Nabi Saw. Golongan ini (yang selamat) haruslah berbeda dengan golongan-golongan lainnya.

Syi’ah berbeda dengan golongan-golongan lainnya dalam banyak perkara yang khusus ada pada mereka. Misalnya, pendapat mereka (Syi’ah) tentang kemaksuman para imam dan dikhususkannya kekhalifahan bagi para Imam Ahlulbait dengan dalil-dalil yang mematahkan segala hujjah para penentang mereka.

Oleh karena itu, jabatan khalifah tidak sah untuk selain para Imam Ahlulbait as, dan tidaklah sempurna peraturan umat yang dipimpin oleh seorang khalifah yang di luar mereka (para imam Ahlulbait).

Seandainya para sahabat Rasulullah Saw mengikuti ajaran­-ajaran Nabi mereka, niscaya tidak akan terjadi pertentangan dan peperangan di antara sesama mereka. Akan tetapi, sayangnya banyak dari mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, maka terjadilah apa yang telah terjadi pada mereka (yaitu pertikaian dan peperangan).

Maka, cukuplah Allah sebagai Pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baiknya Pelindung, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Sesungguhnya dalil-dalil dan nasihat yang telah kami sampaikan telah cukup bagi orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia menyaksikannya.

Sebagai akhir kalam dari bagian ini, sekali lagi kami sampaikan bahwa Syi’ah adalah kelompok Mukminin, yang berpegang teguh pada setiap yang berasal atau bersumber dari Rasulullah Saw dan dari Tuhannya. Syi’ah adalah golongan yang selamat, yang berpijak di atas jalan kebenaran serta benar dalam setiap keyakinannya.

Akan tetapi, orang-orang yang jahat mengalamatkan bennacam-macam tuduhan dusta dan keji terhadap Syi’ah, sedangkan ia berlepas diri (bersih) dari segala macam tuduhan dusta dan keji tersebut.

Silakan Anda merujuk kepada kitab-kitab karangan para ulama mereka dengan tulus, niscaya Anda akan mengetahui kebenaran ucapan kami.

Kalimat “Syi’ah” itu sendiri merupakan kemuliaan yang agung karena Al-Quran telah menyebutkannya dalam bentuk pujian. Allah Swt. berfirman,

“Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) [hadza min syi’atihi] dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun) [wa hadza min ‘aduwwihi]. Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya)(QS. Al-Qashash [28]:15).

Dan firman-Nya,

“Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Sy’iah)-nya Nuh.” (QS. Ash-Shaffat [37]:83).

Artinya Ibrahim as adalah termasuk Syi’ah (golongan) Nuh as.

Telah beberapa kali Anda membaca dalam buku (kitab) ini sabda Rasulullah Saw kepada ‘Ali as, “Engkau dan Syi ‘ahmu adalah orang­-orang yang beruntung kelak pada hari kiamat.”


Dengan demikian, Syi’ah mereka adalah pengikut  agama Allah dan pengikut para nabi dan aushiya’ (orang-orang yang telah mendapat wasiat dari Nabi Saw untuk meneruskan kepemimpinan Nabi Saw sepeninggalnya, yaitu para Imam Ahlulbait Nabi Saw). Dan segala puji bagi Allah Swt. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar