Rabu, 26 November 2014

Iranian Soldiers

Ini adalah bendera Iran, setelah Revolusi Islam 1979 kata-kata 'Allahu akbar' (Allah Maha Besar') ditulis dalam huruf Kufi Al-Quran dan diulang sebanyak 22 kali di strip hijau dan merah. 
Iran's President Hassan Rouhani.

Indonesian Military Pictures

Indonesian Airforce. 
Indonesian Marines. 
Indonesian Submarine. 
Indonesian Special Force. 

Selasa, 25 November 2014

Fatimah az Zahra (sa) dalam al Qur’an




Kendati membahas topik Ahlul bait a.s. – termasuk Sayyidah Fathimah s.a.- merupakan hal yang sangat baik dan terpuji, akan tetapi perlu diakui, manusia tidak akan mampu membahasnya secara utuh dan sempurna; mengingat sesuatu yang terbatas tak akan mampu membatasi sosok yang tak terbatas. Beliau adalah salah satu kalimat Allah dan kesempurnan-Nya yang tak berakhir; kesempurnaan yang menurut ungkapan Allah, tuhan Yang maha segala-galanya, beliau adalah Kautsar (kebaikan yang melimpah).

Oleh karenanya, betapapun sifat dan atribut yang disandangkan kepada beliau, analisa dan kajian apapun yang dikemukakan, akan terasa kurang dan kurang. Abu Abdillah a.s.,  setelah menafsirkan  Al-Qadar dengan beliau, mengatakan:” Barangsiapa  yang mengenal Fathimah sebenar-benarnya maka dia telah mendapatkan lailatul Qadar.” Lebih lanjut beliau bersabda:” Karena (pada dasarnya) Fathimah dinamakan demikian karena makhluk tak mampu mengenal siapa sebenarnya beliau.” (Bihar, jilid 43, halaman 65). Begitulah gambaran kemustahilan seseorang untuk mengenal sosok suci Fathimah.

Hanya saja, kemustahilan ini tidak seharusnya membuat seseorang berhenti untuk berusaha mengenal sosok teladan ini, karena sebagaimana hakikat dan waktu lailatul Qadar tidak diketahui, namun manusia dianjurkan untuk berusaha, menghidupkan dan mengisi malam-malam yang dapat dimungkinkan sebagai malam penuh berkah tersebut dengan doa dan ibadah, maka dalam rangka mengenal sayyidah Fathimah juga demikian. Manusia hendaknya tidak berptutus asa mencari jalan dan sarana guna mengenal sosok wanita penghulu dunia akhirat ini.

Tanpa diragukan lagi, sarana terbaik untuk memahami hakikat putri Rasul ini adalah menyimak ungkapan al-Quran dan selanjutnya sabda-sabda sang ayah dan Ahlul baitnya yang sama-sama bersumber dari wahyu.

Dengan memperhatikan al-Quran akan tampak jelas bahwa sayyidah Fathimah s.a. memiliki posisi yang terhormat, di mana bukti kongkretnya terdapat banyak ayat yang turun berkaitan dengan beliau dan keluarganya.

Berikut ini beberapa keutamaan Fathimah menurut penuturan al-Quran dan hadis. Kami hanya membawakan listnya saja dan insya Allah pada kesempatan mendatang satu persatu item tersebut akan kami bahas:

Fathimah s.a., Kautsar Rasulullah Saw

Kautsar memiliki arti yang luas, yaitu kebaikan yang melimpah. Dan kebaikan ini memiliki mishdaq (personifikasi) yang begitu banyak. Akan tetapi mayoritas mufasir baik Syi’ah maupun Ahli sunah mengakui bahwa mishdaq paling sempurna dari kautsar ini adalah sayyidah Fathimah s.a.  Wujud suci Fathimah s.a. merupakan berkah yang tiada bandingannya bagi sang ayah. Mengapa tidak dari beliaulau muncul para sosok penerus pemegang panji Islam yang senantiasa menjaga agama suci ini dari penyimpangan.

Dalam sebuah riwayat yang menjelaskan turunnya surah ini disebutkan:” Kaum musyrikin selalu mengolok-olok nabi dengan ungkapan yang sangat  menyakitkan hati, bahwa beliau seorang yang tidak memiliki keturunan. Untuk menepis celotehan-celotehan ini, Allah berfirman dalam al-Quran:

 Ø§Ù†Ø§ اعطیناک الکوثر

Nama  Fathimah s.a.

Bukan itu saja, malah nama beliau juga memiliki berkah yang begitu besar. Dalam berbagai hadis yang menyebutkan sebab penamaan beliau dengan Fathimah disebutkan bahwa penamaan ini karena para pengikut dan pecintanya terhindar dari api neraka. 

Keluarga Fathimah s.a.

Tiada satupun keluarga yang dijamin dari kesalahan dan dosa selain keluarga beliau,  Allah Swt berfirman:

Ø¥ِÙ†َّما ÙŠُريدُ اللَّÙ‡ُ Ù„ِÙŠُØ°ْÙ‡ِبَ عَÙ†ْÙƒُÙ…ُ الرِّجْسَ Ø£َÙ‡ْÙ„َ الْبَÙŠْتِ Ùˆَ ÙŠُØ·َÙ‡ِّرَÙƒُÙ…ْ تَØ·ْهيراً

”Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya.” (Al-Ahzab: 33).

Putra-putra Fathimah

Putra-putra Fathimah adalah sosok-sosok maksum yang berkat titah Allah Swt mereka mengemban tugas untuk memberikan hidayat kepada umat manusia.  

Ùˆَ جَعَÙ„ْنا Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ْ Ø£َئِÙ…َّØ©ً ÙŠَÙ‡ْدُونَ بِØ£َÙ…ْرِنا Ù„َÙ…َّا صَبَرُوا

Dan Kami jadikan dari mereka, para pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami, setelah mereka bersabar…(As-Sajdah: 24 dan Al-Anbiya’, ayat 73)

Kecintaan Terhadap Fathimah, Upah Risalah Nabi

Tanpa diragukan lagi, sayyidah Fathimah merupakan salah satu Qurba, (kerabat dekat) di mana Allah dalam surah Syura ayat 23, berfirman:” katakanlah (wahai rasul) aku tidak meminta upah dari kalian kecuali kecintaan terhadap Qurba.

Ibnu Hajar, salah seorang ulama Ahli sunah menuturkan sebuah riwayat dalam kitabnya Syawaiqul muhriqah, pasal pertama, bab 11, yang berbunyi:”Saat ayat di atas turun, Rasulullah ditanya: wahai rasul siapakah familimu yang wajib dicintai itu? Beliau bersabda:Ali, Fathimah, dan kedua putranya.”     

Tim Era al Quran 


Senin, 24 November 2014

Makna Khutbah Haji Wada’ Nabi Saw di Ghadir Khum




Oleh Yasser Arafat

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sedikit mengenai salah satu dari sekian banyak sejarah Islam yang telah hilang dari ingatan mayoritas umat Islam. Pada tanggal 18 Zulhijah, ada sebuah sejarah – kalau boleh saya mengatakan peristiwa tersebut adalah sejarah besar. Saya menyebutnya sebagai sejarah disempurnakannya Agama Islam. Jarang di antara kita yang mengetahui riwayat ini. Bahkan sebagian kaum Muslimin menganggap bahwa riwayat ini adalah riwayat dho’if.

Jadi, pada tanggal 18 Zulhijah, Rasulullah sawaw beserta kaum Muslimin –setelah melaksanakan ibadah haji- berangkat dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan di tempat yang bernama Khum, Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah Swt: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S al-Maidah 67)

Ayat tersebut mengandung makna bahwa Nabi diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyampaikan suatu amanat yang sangat penting. Namun Nabi sawaw ragu untuk menyampaikannya, karena Nabi khawatir kalau-kalau umatnya akan menolak amanat tersebut. Lalu Allah memberinya jaminan bahwa beliau akan dilindungi dari gangguan manusia. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang menolak amanat tersebut.

Rasulullah menyuruh sahabatnya untuk berhenti dan membangun mimbar dari pelana-pelana kuda. Di atas mimbar tersebut Rasulullah sawaw menyampaikan pidatonya. Pidato Rasulullah tersebut sangat panjang, sehingga di sini saya akan menyampaikan ringkasannya saja.Nabi berkata, “Wahai manusia, mungkin aku akan segera menerima panggilan Ilahi dan akan berpisah dari kalian semua……”

“Apakah kalian bersaksi bahwa Tuhan semesta alam adalah satu dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya dan bahwa tidak ada keraguan tentang kehidupan di akhirat?”
Mereka semua berkata, “Ya, kami bersaksi atasnya.”

Kemudian Nabi berkata, “ Wahai manusia, aku akan meninggalkan kepada kalian dua hal yang sangat berharga (tsaqalain) sebagai wasiat kepada kalian dan akan dilihat bagaiamana kalian memperlakukan keduanya.”
Seorang lelaki berdiri dan berkata, “Apa dua hal itu ya Rasulullah?”

Nabi menjawab, “Satu darinya adalah Kitab Allah yang satu sisinya terhubung kepada Allah dan sisi lainnya berada di tangan kalian. Satunya lagi adalah al-Itrah Ahlulbaytku. Keduanya tidak akan terpisah selama-lamanya sampai menemuiku di al-haudh.”“Janganlah kalian mendahului keduanya dan jagalah perilaku kalian terhadap mereka, supaya kalian tidak binasa.”

Lalu beliau sawaw mengangkat tangan Ali k.w sehingga terlihat kedua ketika Ali yang putih. Nabi berkata, “Allah adalah maulaku dan aku adalah maula kaum Mukmin. Aku lebih pantas dan berhak atas kaum mukmin daripada diri mereka sendiri.”“wahai manusia, siapa yang aku adalah maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. (Man kuntu maula fa’aliyuun maula).” (Nabi mengulang sampai 3 kali).“Ya Allah, cintailah orang yang mencintai Ali dan musuhilah yang memusuhinya…..”

Setelah itu Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah Swt: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah 3)

Jadi wahyu dari Allah yang menjadikan sempurnanya agama Islam ini adalah diangkatnya Ali sebagai maula kaum Mukmin.Apa arti maula itu? Maula adalah orang yang lebih pantas dan lebih berhak atas kaum mukmin dari diri mereka sendiri atau bisa dikatakan bahwa maula itu adalah pemimpin.

Riwayat ini termasuk riwayat yang sangat mutawatir. Al-Dzahabi, seorang ahli kritik hadits berkata bahwa riwayat tersebut mutawatir, artinya banyak sekali yang meriwayatkannya. Al-Allamah al-Amini dalam kitab al-Ghadir menyebutkan 110 sahabat besar yang meriwayatkan hadits ini. Menurut Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari juz 7 hlm.74, “Adapun hadits man kuntu maula fa’aliyun maula dikeluarkan oleh Turmudzi dan al-Nasa’i dan sanadnya sangat banyak.”

Inilah secara singkat apa yang terjadi pada peristiwa bersejarah itu, yaitu penyempurnaan Islam. Marilah kita sampaikan pujian kepada Allah yang telah menyempurnakan agama ini, atas kesempurnaan nikmat-Nya dan keridhoan Tuhan terhadap risalah Rasulullah sawaw dan kepemimpinan Ali k.w sesudah Rasulullah sawaw.