Sabtu, 26 September 2015

Zulkarnain Atawa Cyrus II The Great Menurut Nubuat Nabi Daniel (Kitab Wahyu) dan Al-Qur’an



Sejarawan Yunani, Herodutus, dalam buku Herodutus jilid I halaman 191 menulis tentang kecerdikan dan kecerdasan Cyrus:

“Cyrus mengalihkan arus sungai dengan menggunakan suatu terusan yang masuk ke dalam suatu telaga (danau) yang terletak di muka rawa-rawa. Dia membuat saluran purba itu dapat diarungi (dilalui) dengan mengeringkan sungai tersebut. Orang-orang Persia masuk ke dalam kota Babilonia melalui jalan ini. Seandainya orang-orang Babilonia menyadari lebih dulu dan atau mengetahui rencana (strategi) yang dibuat Cyrus itu, niscaya mereka tidak akan membiarkan orang-orang Persia memasuki kota mereka. Sebab hanya dengan menutup semua pintu gerbang kecil yang menuju ke sungai dan naik ke atas tembok (dinding/benteng) yang membujur sepanjang sungai saja niscaya mereka akan dapat dengan mudah menangkap dan menumpas para penyerbu itu seperti dengan sebuah jala saja. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, orang-orang Persia menyergap para prajurit dan para pengawal Babilonia dengan tiba-tiba dan serentak.”

Cyrus II of Persia (600 BC atau 576-530 SM) alias Zulkarnain umumnya dikenal sebagai Cyrus The Great (Koresh dalam bahasa Ibrani), adalah pendiri Kekaisaran Persia dan Dinasti Achaemenid. Para sejarawan menyatakan bahwa dia adalah Raja Zulqarnain yang tercantum dalam al-Qur’an. Karirnya dimulai sebagai pejabat rendahan di wilayah bagian barat daya Iran, lalu mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menyatukan tiga kerajaan besar terdahulu yaitu Median (Medea), Lydian (Lidya) dan Neo-Babilonia.

Di bawah pemerintahannya, kekaisaran Persia menguasai berbagai kerajaan kuno sebelumnya yang terbentang mulai dari Timur Dekat, diperluas hingga akhirnya menaklukkan sebagian besar Asia Barat Daya dan sebagian besar Asia Tengah, sebagian dari Eropa dan Kaukasus. Kekaisaran ini diperluas ke Turki, Israel, Georgia dan Arabia. Di arah barat, ke Kazakhstan, Kirgistan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Dari laut Mediterania dan Hellespont di barat sampai Sungai Indus di timur.

Zulkarnain atau Cyrus Agung menciptakan kekaisaran terbesar di dunia pada masanya dan ratusan tahun sesudahnya. Ia menghormati adat istiadat dan agama dari wilayah yang dia taklukan. Para sejarahwan menyebutkan bahwa dalam sejarah dunia, kerajaan Persia yang didirikan oleh Cyrus atau Zulkarnain ini merupakan model yang sangat sukses untuk sistem administrasi terpusat serta pemerintahan yang bekerja dengan partisipasi rakyatnya. Tak hanya itu saja, Zulkarnain atau Cyrus Agung juga diakui prestasinya dalam kepeloporannya sebagai pencetus dan pendiri Hak Asasi Manusia, politik, dan strategi militer, ribuan tahun sebelum Eropa menemukan khazanah Zulkarnain dan lalu menjadikannya sebagai bahan utama kajian mereka.

Dengan demikian, pengaruh Zulkarnain pada peradaban Timur dan Barat merupakan warisan humanisme dan peradaban yang besar, selain tentu saja, berpengaruh luas di dunia kuno, bahkan Athena maupun China kuno banyak mengadopsi aspek-aspek budayanya dalam pertukaran budaya mereka.

SEJUMLAH WILAYAH TAKLUKAN
Median Empire (Madyan) (Zona Perang: Revolusi Persia, Pertempuran Hyrba, Pertempuran Perbatasan Persia, dan Pertempuran Pasargadae)
Meskipun ayahnya meninggal pada 551 SM, Cyrus Agung telah berhasil naik takhta di 559 SM, namun, Cyrus belum menjadi penguasa independen. Seperti pendahulunya, Cyrus harus mengakui penguasa kolonialnya yaitu Median. Di sini, menurut sejarahwan Herodotus, Cyrus bersama Harpagus yang adalah sahabat sekaligus penasihatnya, menggerakkan rakyat Persia untuk memberontak melawan tuan-tuan feodal mereka, orang Median. Ada kemungkinan bahwa baik Harpagus maupun Cyrus memberontak karena ketidakpuasan mereka dengan kebijakan Astyages, raja Median yang lalim.

Awal pemberontakan itu terjadi di musim panas 553 SM, Harpagus dan Cyrus, memimpin tentara melawan orang Madai hingga penaklukan Ecbatana pada tahun 549 SM, yang secara efektif meruntuhkan Kekaisaran Median.

Setelah Zulkarnain atau Cyrus Agung menerima mahkota Median pada tahun 546 SM, ia secara resmi diberi gelar “Raja Persia” sebagai pengganti Astyages. Semua pengikut Astyages (termasuk banyak kerabat Cyrus) sekarang di bawah komandonya. Pamannya Arsames, yang sebelumnya menjadi raja negara-kota Madai Parsa juga harus menyerahkan tahtanya. Pengalihan kekuasaan ini tampaknya terjadi secara damai, dan Arsames masih tetap menjadi gubernur.

LYDIAN EMPIRE DAN ASIA MINOR (Zona Perang: Pertempuran Pteria, Pertempuran Thymbra, dan Pengepungan dari Sardis (547 SM)
Tanggal yang tepat dari penaklukan Lydian tidak diketahui, tetapi terjadi antara penggulingan kerajaan Median (550 SM) dan penaklukkan Babilonia (539 SM). Lydian pertama kali menyerang kota-kota Kekaisaran Persia yang waktu itu baru memulihkan diri pasca peperangan Median, melalui Pteria di Kapadokia. Raja Croesus dari Lydian mengepung dan merebut berbagai kota lalu memperbudak penduduknya. Sementara itu, Persia mengundang warga Ionia yang merupakan bagian dari kerajaan Lydia untuk memberontak terhadap penguasa mereka. Tawaran itu ditolak, akhirnya Cyrus-Zulkarnain menggerakkan tentaranya menuju Lydian. Pertempuran Pteria secara efektif menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak menderita kerugian berat. Namun Croesus berhasil dipukul mundur ke Sardis.

Sementara di Sardis, Croesus mengirim permintaan pada para sekutunya untuk mengirimkan bantuan kepada Lydia. Sayangnya, menjelang akhir musim dingin, sebelum bisa menyatukan sekutu, Cyrus Agung atau Zulkarnain ini mendobrak ke wilayahnya dan Croesus terkepung di ibukotanya, Sardis. Sesaat sebelum Pertempuran akhir di Thymbra antara dua penguasa, Harpagus sang penasihat menyarankan Cyrus Agung untuk memposisikan unta-unta Arab di garis depan pasukannya. Kuda-kuda Lydian yang tidak tahan dengan bau unta-unta itu akan sangat takut. Strategi ini ternyata efektif hingga kavaleri Lydia tercerai-berai dan mengalami kekalahan telak di tangan pasukan Zulkarnain (Cyrus Agung). Cyrus menangkap Croesus dan menduduki ibukota Sardis. Kerajaan Lydia takluk di 546 SM.

Sebelum kembali ke ibukota, seorang Lydian bernama Pactyas dipercayakan oleh Cyrus Agung untuk mengirim harta rampasan perang ke Persia. Namun, segera setelah keberangkatan Cyrus, Pactyas menyewa tentara bayaran dan menyebabkan pemberontakan di Sardis terhadap Gubernur Persia-Lydia yang bernama Tabalus. Cyrus kemudian mengirim Mazares, salah seorang komandan, untuk memadamkan pemberontakan dengan perintah menangkap Pactyas hidup-hidup. Setibanya Mazares di Sardis, Pactyas melarikan diri ke Ionia, tempat ia menyewa tentara bayaran. Komandan Mazares lalu mengerahkan pasukannya ke negara Yunani dan menaklukkan kota-kota Magnesia dan Priene. Akhir hidup Pactyas tidak diketahui, tapi ia kemungkinan tertangkap Cyrus dan dihukum mati.

Mazares melanjutkan penaklukan Asia Minor tapi meninggal karena penyebab yang tidak diketahui selama pengerahan pasukan di Ionia. Cyrus mengirim Harpagus, untuk menyelesaikan penaklukan Mazares di Asia Kecil. Harpagus menaklukkan Lycia, Sisilia dan Phoenicia, menggunakan strategi “Building Earthworks” untuk mengepung dan menembus benteng kota, sebuah metode perang yang masa itu tidak diketahui oleh orang Yunani. Ia mengakhiri penaklukan pada 542 SM dan kembali ke Persia.

NEO-BABILONIA EMPIRE (Zona Perang: Pertempuran Opis)
Tahun 540 SM, Cyrus menaklukkan Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susa. Konflik dimulai pada musim dingin 540 SM, awal Oktober. Cyrus sang Zulkarnain berjuang dalam pertempuran di Opis, kota strategis di dekat sungai Tigris, sebelah utara Babilon. Tentara Babel itu ditaklukkan pada 10 Oktober. Berikutnya Kota Sippar takluk tanpa pertempuran. Ini kemungkinan adalah berkat negosiasi Cyrus dengan para jenderal Babel untuk mendapatkan kompromi demi menghindari konfrontasi bersenjata. Nabonidus, Raja Babilon yang tinggal di kota Sippar pada waktu itu segera melarikan diri ke ibukota Babel, yang tidak dikunjunginya selama bertahun-tahun.

Dua hari kemudian, pada 7 Oktober (kalender Gregorian), Gubaru, salah seorang jenderal Babilon yang memihak Cyrus mengerahkan pasukan masuk ke ibukota Babel, lagi-lagi tanpa ada perlawanan dari tentara Babel. Herodutus menjelaskan bahwa Persia, memanfaatkan kanal yang dibangun oleh Nitokris, Ratu Babilon sebelumnya untuk melindungi Babel terhadap serangan Median, dialihkan ke sungai Efrat sehingga air turun “setinggi paha pria”. Hal ini memungkinkan pasukan invasi untuk berbaris langsung melalui sungai, menembus benteng kota Babel di malam hari.

Pada tanggal 29 Oktober, Cyrus sendiri masuk kota Babel dan menahan Nabonidus. Sebelum invasi Cyrus ke Babel, Kekaisaran Babilonia telah menaklukkan banyak kerajaan. Setelah mengambil alih Babel, Cyrus Agung menyatakan dirinya “Raja Babilon, Raja Sumeria dan Akkad, Raja dari empat penjuru dunia”. Pada akhir pemerintahan Cyrus, Kekaisaran Persia Dinasti Achaemenid membentang dari Asia Kecil di barat ke daerah barat laut India di timur. Sebuah masa paling gemilang dalam sejarah Bangsa Persia, masa sebuah bangsa di bawah pemimpin agung: penakluk, ahli strategi, humanis, seorang raja yang berpaham monotheis, yang dalam al Qur’an disebut Zulkarnain.

SIAPAKAH CYRUS ZULKARNAIN?
Sampai saat ini mungkin sebagian besar dari kita masih belum secara pasti mengetahui siapa Zulkarnain itu. Disebutkan bahwa Zulkarnain di dalam Surah Al-Kahfi adalah Raja Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan Cyrus II Raja Persia, hal tersebut berdasar pada alasan-alasan berikut ini:

[1] Kata Zulkarnain yang berbentuk kiasan “mempunyai dua kekuasaan atau kerajaan” atau “dua tanduk” artinya seorang penguasa atau raja yang memiliki atau terbentuk dari 2 kerajaan. Dalam sejarah kita mengetahui bahwa Kerajaan Koresh (Persia) dibentuk dengan menyatukan 2 kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan Media dan Anshan pada tahun 549 SM.

[2] Dalam Kitab Daniel pada Perjanjian Lama disebutkan perumpamaan “Domba” bertanduk 2 yang menanduk ke barat dan timur. Nabi Daniel dengan jelas menyebutkan itu adalah raja Persia yang terbentuk dari Media dan Anshan.

“Vision” dari Nabi Daniel tentang biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratkan tanduk yang lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi (Persia) yang belakangan menjadi Imperium Parsi (Persia). Dalam sejarah tokoh yang mendirikan Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian menjadi Imperium Parsi tersebut adalah Cyrus the Great (600 – 529) SM, mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan memerintah (550 – 529) SM. Jadi “Vision” dari Nabi Daniel itu mengisyaratkan bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great

[3] Zulkarnain adalah orang beriman pada Allah, tidak mungkin menyembah Dewa-dewa seperti halnya Alexander (Iskandar), menurut buku yang pernah kami baca memang Koresh adalah seorang raja Muslim yang mengikuti agama Tauhid (Monotheis) yang dibawa oleh seorang nabi Persia Zaratushtra yang sekarang agamanya menyimpang disebut dengan Zoroaster.

Cyrus the Great penganut yang taat dari ajaran Monotheis Zarathustra. Di sekolah-sekolah diajarkan bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu Tuhan Terang Ahura Mazda (Ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun dewasa ini ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: “Kembali ke Gatha”, mereka ini berkeyakinan Zarathustra tidak mengajarkan dua Tuhan, melainkan Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan Iblis (Lucifer) dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Ini mengisyaratkan bahwa Cyrus the Great bukanlah penyembah berhala atau dewa-dewa, melainkan beragama Tauhid (Monotheis), sehingga itulah sebabnya maka pada (538) SM Bani Israil semuanya dikembalikan ke Yerusalem oleh Cyrus the Great. Gatha telah dibakar habis tatkala Alexander menduduki Persepolis, sehingga Gatha hanya berupa rekaman ingatan dari para pendeta agama Zarathustra. Alexander memperoleh gelar dari para pendeta agama Zarathustra, yaitu “yang terkutuk”.

Alexander dari Macedonia adalah orang yang mengakhiri pemerintahan Dinasti Persia Monotheis – Kerajaan Persia yang ada di masa lahirnya Islam adalah peninggalan dari pecahan kerajaan Alexander (Seleucid) yang mengadopsi kepercayaan Politheisme Yunani kuno. Berkaitan dengan kisah Ya`juj dan Ma`juj (Gog and Magog), Zulqarnain disebutkan menyerbu ke barat tempat matahari terbenam. Dalam sejarah diketahui memang raja Koresh menyerbu ke barat tepatnya kerajaan Lydia di Turki paling barat sekarang di mana sang raja (Croesus) diampuni dan tidak dibunuhnya! Ini terjadi pada tahun 547-546 SM. Kemudian disebutkan menyerbu ke timur yaitu tempat matahari terbit. Dalam sejarah dengan mudah diketahui bahwa yang dimaksud adalah bangsa India! Yang memang ia taklukkan pada 546-545 SM.

Kemudian disebutkan ke wilayah di antara gunung-gunung di mana terdapat bangsa pengacau Ya`juj dan Ma`juj. Dalam sejarah yang kami ketahui memang raja Koresh menyerbu wilayah Armenia di kaki pegunungan Kaukasus pada 537 SM (setelah penaklukan Babilonia pada 539 SM). Kita mengetahui bahwa ia membangun tembok dari campuran besi dan tembaga yang diperkirakan berada dekat kota Derbent sekarang, ternyata bahwa Alexander tidak pernah menguasai pegunungan Kaukasus!!

Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa Derbent ditemukan pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahanan yang strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut masih ada clan diberi nama Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh bangsa Persia (yang menemukannya) pada abad ke-6, untuk menahan serangan pendatang-pendatang dari daerah Utara.

[4] Kita juga mengetahui bahwa Koresh dengan baik hati mempersilahkan bangsa Yahudi kembali ke tanah Palestina setelah terusir oleh bangsa Babel Khaldea sejak 586 SM, bahwa jarang sekali ada raja sebaik ini dalam sejarah. Hal ini menunjukkan tingkat keimanannya.

Cyrus II inilah yg membebaskan orang-orang Yahudi yang diasingkan di Babilonia sejak invasi Nebuchadnezar dan mengembalikan orang-orang Yahudi ke Yerusalem untuk membangun Bait Suci (Bet El Makdesh) yang kedua kalinya. Pada masa pemerintahan Cyrus II inilah terjadi gelombang pertama kepulangan orangorang Yahudi dari Babilonia. Cyrus II terkenal karena pemerintahannya yang adil terhadap semua bangsa taklukannya.

Cyrus II meneruskan tradisi sejak raja-raja Babilonia yaitu membiarkan wilayah-wilayah taklukannya diperintah oleh orang lokal dan di lain pihak mereka merekrut orang-orang pilihan dari setiap wilayah taklukannya untuk menjadi pajabat di Istana Raja. Cyrus II juga dikenal dgn gelar ”Cyrus The Great“

[5] Kembali pada kronologis penaklukannya dalam surah Al-Kahfi dalam al-Qur’an, disebutkan ke barat, timur dan ke pegunungan, dimana hal ini telah dilakukan Koresh. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Alexander yang asalnya dari barat!

[6] Alexander sesungguhnya tidak sehebat itu, bukankah karena yang berkuasa di dunia saat ini adalah orang-orang Eropa (barat) yang dengan subyektif menetapkan orang Eropa sebagai yang paling hebat. Sebenarnya yang berhak disebut the Great adalah raja Koresh karena ia dengan susah payah menaklukkan wilayah luas dari Turki (bahkan penerusnya Darius I sampai ke Eropa) di barat sampai ke India di timur. Alexander tinggal menerima enaknya saja dengan mengalahkan satu raja Persia (Darius III) pada 330 SM maka ia menguasai semua provinsi milik Persia!!! (wilayah Mesir telah ditaklukkan Persia tahun 525 SM, Baylon (‘Iraq) pada 539 SM!!)

[7] Seperti diketahui fokus lokasi para nabi adalah sekitar timur tengah. Adalah logis menetapkan Zulqarnain sebagai orang Persia yang dekat jazirah Arab daripada negeri Makedonia-nya Alexander di Eropa!!


[8] Bisa jadi kata-kata Arab suku Quraisy diambil dari nama raja Persia Koresh yang memang “the Great”, ”Agung”, “Magnus” dalam arti sebenarnya yang dekat dengan wilayah Arab. Bukankah nama aslinya Fihr bergelar “Quraisy”. Sebagai penganut monotheisme, tidak ada lambang/patung atau gambaran berhala/dewa-dewa dalam makamnya yang polos dan sederhana –untuk ukuran seorang raja besar dalam sejarah.

Sabtu, 05 September 2015

Terorisme dan Unilateralisme Amerika




Oleh Sulaiman Djaya, esais dan penyair (Sumber: Banten Raya, 30 Agustus 2014)

Berbeda dengan kondisi beberapa puluh tahun silam dalam sejarah kemanusiaan kita, juga dalam sejarah bangsa-bangsa, dunia saat ini telah mengalami perubahan yang besar, yang diantaranya adalah kesadaran akan Amerika sebagai entitas hipokrisi dunia. Jika di masa-masa itu negara-negara imperialis dunia, khususnya AS, bisa merasa bebas melakukan apa saja dengan menggunakan lembaga-lembaga moneter dan politis yang dapat di-veto dan “diarahkan”-nya untuk melakukan intervensi ekonomi dan politik Negara-negara lain, untuk saat ini sudah mulai hadir para pemimpin yang berani berdiri tegak untuk menentang unilateralisme Amerika, semisal Hugo Chavez dan Mahmoud Ahmadinejad. Singkat kata, AS sudah tidak lagi leluasa berbuat semaunya, sebab negara-negara dunia sudah lebih tanggap dan siap melayangkan protes bahkan kecaman terhadap kesewenang-wenangan dan arogansi unilateral, yang lagi-lagi, lebih sering dipraktekkan Amerika. Tak heran jika akhirnya AS menjadi negara yang paling dibenci oleh masyarakat internasional, karena kejahatan dan kesewenang-wenangan yang dilakukannya di berbagai belahan dunia, tak terkecuali kebiasaannya menciptakan fron-fron ekstrim dan teroris yang diperalat untuk mencapai target politiknya. Lihat saja fron-fron ekstrim yang diciptakan Amerika saat ini, semisal Front al Nusra dan ISIS di kawasan Irak dan Suriah itu.

KRITIK PEDAS NOAM CHOMSKY
Khusus berkenaan dengan pemerintahan George Walker Bush, di mana mayoritas dunia sepakat bahwa Bush adalah figur jahat dan keji dalam sejarah kemanusiaan kita, para cendekiawan dan pengamat politik yang independen sering melontarkan kritik tajam terhadap kinerja Gedung Putih. Kecaman juga tak terkecuali disampaikan oleh para cendekiawan di dalam negeri AS sendiri. Salah satu tokoh pemikir di AS yang sering melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Bush adalah Noam Chomsky, dosen di Universitas Massachusset. Noam Chomsky bahkan seringkali bernada keras dan sarkastis dalam melayangkan kritiknya, dan tak sungkan-sungkan menyebut pemerintah AS sebagai pelanggar norma-norma kemanusiaan yang paling parah dan tak tahu malu. Pemikir besar ini mengimbau Gedung Putih agar mengubah kebijakannya demi tegaknya perdamaian dan kedamaian di dunia.

Betapapun banyak juga yang nyinyir dan tidak suka kepada Noam Chomsky, namun haruslah kita akui bahwa keterus-terangan Noam Chomsky telah membuat dunia sadar dan mengenalnya sebagai tokoh cendekiawan yang jujur yang justru terbukti memiliki komitmen yang kuat bagi kemanusiaan di jaman kita ini. Tak jarang, bahkan seringkali, pernyataan-pernyataan pedasnya selalu disensor oleh media-media massa AS. Hanya saja sensor ketat tersebut tidak menyiutkan tekad dan nyali Chomsky dan rekan-rekannya untuk terus aktif mengungkap kesewenang-wenangan rezim Washington. Melalui media cetak dan situsnya sendiri, Noam Chomsky dan kelompoknya yang gigih ini tetap aktif memberikan pencerahan kepada masyarakat dunia akan sepak terjang Gedung Putih dan bahaya yang ditimbulkannya bagi rakyat AS sendiri dan dunia secara umum, dunia kita saat ini dan jaman kita ini.

Dan sebagaimana sama-sama kita tahu, salah-satu isu dan fakta utama jaman kita saat ini adalah maraknya terorisme, salah satu masalah yang menurut Noam Chomsky adalah kebohongan besar Gedung Putih ketika Amerika mengumandangkan perangnya melawan teror ini. Tak lain karena “AS sendiri yang memimpin gerakan terorisme di dunia”. Untuk membuktikan kebenaran klaimnya tersebut, Noam Chomsky membeberkan beberapa contoh yang diantaranya dukungan AS kepada operasi teror untuk menggulingkan pemerintahan Nicaragua yang terbentuk melalui revolusi tahun 1979. Noam Chomsky menulis, “Operasi ini dikutuk oleh Mahkamah Internasional dan Dewan Keamanan merumuskan dua resolusi berkenaan dengan hal ini, namun AS segera memveto keduanya.” Pemerintahan Ronald Reagan kala itu telah melakukan banyak kejahatan terorisme, yang salah satunya adalah aksi penembakan pesawat komersial Iran tahun 1988 yang menewaskan sekitar 300 penumpang sipil. Chomsky juga menyebutkan operasi militer AS ke sejumlah negara pada masa itu dan menilainya sebagai invasi dan pelanggaran kedaulatan negara lain. Aksi ini menurutnya jauh lebih buruk dari terorisme yang telah dikenal masyarakat atau warga dunia.

Selanjutnya, mengenai era baru perang melawan teror yang pernah dikumandangkan oleh George Walker Bush, figur yang tak bermartabat dan memalukan bagi manusia itu, pasca peristiwa 11 September, Noam Chomsky menyatakan bahwa mereka yang saat ini mengaku sebagai pemimpin perang melawan teror adalah orang-orang yang justru sebelumnya pernah divonis oleh Mahkamah Internasional sebagai pelaku teror. Puluhan tahun yang silam mereka mengumumkan perang anti teror, tapi semua menyaksikan apa yang mereka lakukan. Sepak terjang mereka telah mengakibatkan kerugian yang besar bagi kawasan Amerika Tengah dan berapa banyak nyawa warga sipil yang melayang akibat perang ini. Lebih lanjut Noam Chomsky menegaskan, “Jika mau, kami dapat menyusun daftar seluruh kehancuran yang dihasilkan oleh kinerja AS. Sepak terjang ini tidak berkesudahan. Karena itu dapat dikatakan bahwa AS tidak pernah melakukan langkah apapun untuk memerangi terorisme.” Yah, sekali lagi, karena fron-fron teroris tersebut tak lain adalah pion-pion Amerika sendiri, tak ubahnya para bajak laut yang dipelihara kerajaan atau sebuah Negara di masa lalu.

DONALD RUMSFELD dan JOHN NEGROPONTE
Pertanyaan kita adalah jika fron-fron teroris itu diciptakan Amerika, siapakah arsiteknya? Di sini Noam Chomsky menyebut nama dua orang, yaitu John Negroponte dan Donald Rumsfeld, dua komandan lapangan yang sekaligus mereka sendiri lah yang menciptakan fron-fron dan kelompok-kelompok teroris. Khusus mengenai John Negroponte yang menjabat sebagai Direktur Intelijen Nasional AS, Noam Chomsky menyatakan, “Saat menjadi duta besar AS di Honduras, John Negroponte adalah rekan kerja direktur operasi utama dalam perang melawan pemerintahan Sandinista.” Chomsky juga menyebut Donald Rumsfeld, Menteri Pertahanan AS (kala itu), bahkan lebih buruk dari Negroponte. Noam Chomsky menulis, “Pada masa Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika, Rumsfeld berperan sebagai utusan khusus Presiden ke Timur Tengah. Tugas utama yang dipikulnya adalah menjalin hubungan yang dekat dengan Saddam (sang tiran yang kelak akan dimanfaatkan AS dan sekutunya untuk memerangi Iran selama delapan tahun dalam perang yang kita kenal sebagai Perang Irak-Iran), untuk memudahkan AS memberikan bantuan kepada Irak. Salah satu bantuan yang dimaksud adalah bantuan senjata pemusnah massal yang digunakan rezim Saddam untuk melakukan pembantaian massal terhadap warga Kurdi Irak dan Muslim Syi’ah. Setelah perang Irak-Iran berakhir, bantuan Amerika itu bahkan masih terus mengalir.”

MELAHIRKAN ANTIPATI
Noam Chomsky tak lupa pula menambahkan bahwa penyebab utama kebencian masyarakat dunia, khususnya di Timur Tengah, terhadap AS, tak lain adalah karena dukungan mutlak Washington kepada rezim-rezim despotik dan kelompok-kelompok teroris yang dapat dimanfaatkan Amerika di berbagai belahan dunia, termasuk ISIS dan yang sejenisnya saat ini, yang salah satunya adalah rezim Zionis Israel yang selama berpuluh tahun menelantarkan, menculik dan membantai rakyat Palestina. Bahkan, Noam Chomsky tak sungkan-sungkan menyebut AS sebagai rezim teroris yang melindungi para teroris. Tak lupa pula kritikus jempolan ini menyebutkan nama sejumlah orang penting yang terlibat aksi terorisme dan pembantaian warga sipil dalam skala besar. Singkatnya, Noam Chomsky meragukan kebenaran klaim perang melawan teror yang disulut oleh AS, tak lain karena yang membuat group-group teroris adalah Amerika sendiri.

Sebagai contoh lain, saat memberikan sambutan pada seminar tahunan Organisasi Amnesti Internasional pada Januari 2005 silam, Noam Chomsky mengungkapkan adanya peringatan rahasia yang disampaikan dinas-dinas intelijen Amerika kepada para perancang perang Irak bahwa perang ini kemungkinan akan semakin meningkatkan ancaman terorisme di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Washington dan juga London memiliki tujuan lain dalam menginvasi Irak, bukan untuk menumpas gerakan terorisme itu sendiri, karena mereka lah yang menciptakan milisi-milisi terrors yang dimainkan sesuai dengan kendali politik dan finansial Ingris dan Amerika, sebagaimana ISIS saat ini yang diciptakan Amerika, Israel, Ingris dan didanai bersama-sama dengan Rezim Saud dan Qatar.

MASALAH PALESTINA
Sementara itu, khusus untuk kasus Palestina, dalam sebuah pernyatannya, Noam Chomsky mengungkapkan sejumlah fakta tentang kejahatan orang-orang Zionis terhadap rakyat Palestina. Noam Chomsky mengungkapkan bahwa “Pada tanggal 3 Oktober tahun 2000, Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan instruksi pemberian suku cadang militer dan helikopter tempur Apache yang merupakan helikopter tempur tercanggih buatan AS kepada Israel. Masalahnya adalah penguasa Gedung Putih tahu persis apa yang akan dilakukan Israel dengan helikopter ini.”

Dan benar saja, dengan helikopter pemberian Bill Clinton inilah tentara Zionis melakukan kejahatan besar terhadap rakyat Palestina. Kala itu banyak warga Palestina yang menjadi sasaran roket dan peluru-peluru yang ditembakkan oleh helikopter Apache sumbangan Bill Clinton kepada Israel tersebut. Dengan kata lain, kala itu helikopter AS dengan pilot Israel telah melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina yang tak bersenjata. Tak hanya itu saja, Noam Chomsky pun melanjutkan, “Jika orang-orang Arab Palestina membalas serangan itu, mereka akan langsung dicap sebagai teroris.” Persis di sini lah, Noam Chomsky dengan tegas mengkritik dukungan AS kepada Israel, dengan mengatakan, “Selama beberapa dekade, AS mengerahkan segenap daya dan kekuatan untuk membela sekutu terdekatnya di Timur Tengah, yaitu Israel.”

IRAN yang MERDEKA
Tak hanya soal-soal di atas, hubungan konflik AS dan Iran juga menyita perhatian Noam Chomsky dan disorotinya dengan tajam dan kritis, brilian, dan jernih. Menurutnya, dukungan AS kepada Iran dibawah rezim Syah Pahlevi adalah berkat ketergantungan Syah Pahlevi kepada AS. Kita tahu, Rezim Syah Phalevi yang manut dan mau diperbudak Israel dan Amerika ini kelak akan di-revolusi oleh jutaan Muslim Syi’ah Iran yang bangga dengan teladan Islam dan para imam suci Ahlulbait mereka. Noam Chomsky juga mengkritisi kebijakan AS yang cenderung memusuhi Iran pasca revolusi Islam. Sedangkan mengenai isu nuklir Iran, Chomsky menyatakan, “Selama tiga tahun Iran menangguhkan aktivitas pengayaan uranium yang sudah menjadi haknya, hanya untuk memupuk kepercayaan umum akan status damai program nuklirnya. Namun AS dan Eropa menyalahgunakan niat baik Iran ini.” Akibatnya, Iran tidak lagi menaruh kepercayaan kepada Eropa. Akhir kata, Professor Noam Chomsky yang brilian dan jujur itu dalam banyak kesempatan dan tulisan-tulisannya tak segan-segan melayangkan kritik dan kecaman secara blak-blakkan dan tanpa sungkan-sungkan terhadap kebijakan militerisme AS.