Oleh Sulaiman Djaya, esais dan penyair (Sumber: Banten Raya, 30 Agustus
2014)
Berbeda dengan kondisi
beberapa puluh tahun silam dalam sejarah kemanusiaan kita, juga dalam sejarah
bangsa-bangsa, dunia saat ini telah mengalami perubahan yang besar, yang diantaranya
adalah kesadaran akan Amerika sebagai entitas hipokrisi dunia. Jika di
masa-masa itu negara-negara imperialis dunia, khususnya AS, bisa merasa bebas
melakukan apa saja dengan menggunakan lembaga-lembaga moneter dan politis yang
dapat di-veto dan “diarahkan”-nya untuk melakukan intervensi ekonomi dan
politik Negara-negara lain, untuk saat ini sudah mulai hadir para pemimpin yang
berani berdiri tegak untuk menentang unilateralisme Amerika, semisal Hugo
Chavez dan Mahmoud Ahmadinejad. Singkat kata, AS sudah tidak lagi leluasa
berbuat semaunya, sebab negara-negara dunia sudah lebih tanggap dan siap
melayangkan protes bahkan kecaman terhadap kesewenang-wenangan dan arogansi
unilateral, yang lagi-lagi, lebih sering dipraktekkan Amerika. Tak heran jika akhirnya
AS menjadi negara yang paling dibenci oleh masyarakat internasional, karena
kejahatan dan kesewenang-wenangan yang dilakukannya di berbagai belahan dunia,
tak terkecuali kebiasaannya menciptakan fron-fron ekstrim dan teroris yang
diperalat untuk mencapai target politiknya. Lihat saja fron-fron ekstrim yang
diciptakan Amerika saat ini, semisal Front al Nusra dan ISIS di kawasan Irak
dan Suriah itu.
KRITIK PEDAS NOAM CHOMSKY
Khusus berkenaan dengan
pemerintahan George Walker Bush, di mana mayoritas dunia sepakat bahwa Bush
adalah figur jahat dan keji dalam sejarah kemanusiaan kita, para cendekiawan
dan pengamat politik yang independen sering melontarkan kritik tajam terhadap
kinerja Gedung Putih. Kecaman juga tak terkecuali disampaikan oleh para cendekiawan
di dalam negeri AS sendiri. Salah satu tokoh pemikir di AS yang sering
melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Bush adalah Noam Chomsky, dosen
di Universitas Massachusset. Noam Chomsky bahkan seringkali bernada keras dan
sarkastis dalam melayangkan kritiknya, dan tak sungkan-sungkan menyebut
pemerintah AS sebagai pelanggar norma-norma kemanusiaan yang paling parah dan
tak tahu malu. Pemikir besar ini mengimbau Gedung Putih agar mengubah
kebijakannya demi tegaknya perdamaian dan kedamaian di dunia.
Betapapun banyak juga yang
nyinyir dan tidak suka kepada Noam Chomsky, namun haruslah kita akui bahwa
keterus-terangan Noam Chomsky telah membuat dunia sadar dan mengenalnya sebagai
tokoh cendekiawan yang jujur yang justru terbukti memiliki komitmen yang kuat
bagi kemanusiaan di jaman kita ini. Tak jarang, bahkan seringkali,
pernyataan-pernyataan pedasnya selalu disensor oleh media-media massa AS. Hanya
saja sensor ketat tersebut tidak menyiutkan tekad dan nyali Chomsky dan
rekan-rekannya untuk terus aktif mengungkap kesewenang-wenangan rezim
Washington. Melalui media cetak dan situsnya sendiri, Noam Chomsky dan
kelompoknya yang gigih ini tetap aktif memberikan pencerahan kepada masyarakat
dunia akan sepak terjang Gedung Putih dan bahaya yang ditimbulkannya bagi
rakyat AS sendiri dan dunia secara umum, dunia kita saat ini dan jaman kita
ini.
Dan sebagaimana sama-sama
kita tahu, salah-satu isu dan fakta utama jaman kita saat ini adalah maraknya
terorisme, salah satu masalah yang menurut Noam Chomsky adalah kebohongan besar
Gedung Putih ketika Amerika mengumandangkan perangnya melawan teror ini. Tak
lain karena “AS sendiri yang memimpin gerakan terorisme di dunia”. Untuk
membuktikan kebenaran klaimnya tersebut, Noam Chomsky membeberkan beberapa contoh
yang diantaranya dukungan AS kepada operasi teror untuk menggulingkan
pemerintahan Nicaragua yang terbentuk melalui revolusi tahun 1979. Noam Chomsky
menulis, “Operasi ini dikutuk oleh Mahkamah Internasional dan Dewan Keamanan
merumuskan dua resolusi berkenaan dengan hal ini, namun AS segera memveto
keduanya.” Pemerintahan Ronald Reagan kala itu telah melakukan banyak kejahatan
terorisme, yang salah satunya adalah aksi penembakan pesawat komersial Iran
tahun 1988 yang menewaskan sekitar 300 penumpang sipil. Chomsky juga
menyebutkan operasi militer AS ke sejumlah negara pada masa itu dan menilainya
sebagai invasi dan pelanggaran kedaulatan negara lain. Aksi ini menurutnya jauh
lebih buruk dari terorisme yang telah dikenal masyarakat atau warga dunia.
Selanjutnya, mengenai era
baru perang melawan teror yang pernah dikumandangkan oleh George Walker Bush,
figur yang tak bermartabat dan memalukan bagi manusia itu, pasca peristiwa 11
September, Noam Chomsky menyatakan bahwa mereka yang saat ini mengaku sebagai
pemimpin perang melawan teror adalah orang-orang yang justru sebelumnya pernah
divonis oleh Mahkamah Internasional sebagai pelaku teror. Puluhan tahun yang
silam mereka mengumumkan perang anti teror, tapi semua menyaksikan apa yang
mereka lakukan. Sepak terjang mereka telah mengakibatkan kerugian yang besar
bagi kawasan Amerika Tengah dan berapa banyak nyawa warga sipil yang melayang
akibat perang ini. Lebih lanjut Noam Chomsky menegaskan, “Jika mau, kami dapat
menyusun daftar seluruh kehancuran yang dihasilkan oleh kinerja AS. Sepak
terjang ini tidak berkesudahan. Karena itu dapat dikatakan bahwa AS tidak pernah
melakukan langkah apapun untuk memerangi terorisme.” Yah, sekali lagi, karena
fron-fron teroris tersebut tak lain adalah pion-pion Amerika sendiri, tak
ubahnya para bajak laut yang dipelihara kerajaan atau sebuah Negara di masa
lalu.
DONALD RUMSFELD dan JOHN NEGROPONTE
Pertanyaan kita adalah
jika fron-fron teroris itu diciptakan Amerika, siapakah arsiteknya? Di sini
Noam Chomsky menyebut nama dua orang, yaitu John Negroponte dan Donald
Rumsfeld, dua komandan lapangan yang sekaligus mereka sendiri lah yang
menciptakan fron-fron dan kelompok-kelompok teroris. Khusus mengenai John
Negroponte yang menjabat sebagai Direktur Intelijen Nasional AS, Noam Chomsky
menyatakan, “Saat menjadi duta besar AS di Honduras, John Negroponte adalah
rekan kerja direktur operasi utama dalam perang melawan pemerintahan
Sandinista.” Chomsky juga menyebut Donald Rumsfeld, Menteri Pertahanan AS (kala
itu), bahkan lebih buruk dari Negroponte. Noam Chomsky menulis, “Pada masa
Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika, Rumsfeld berperan sebagai utusan khusus
Presiden ke Timur Tengah. Tugas utama yang dipikulnya adalah menjalin hubungan
yang dekat dengan Saddam (sang tiran yang kelak akan dimanfaatkan AS dan
sekutunya untuk memerangi Iran selama delapan tahun dalam perang yang kita
kenal sebagai Perang Irak-Iran), untuk memudahkan AS memberikan bantuan kepada
Irak. Salah satu bantuan yang dimaksud adalah bantuan senjata pemusnah massal
yang digunakan rezim Saddam untuk melakukan pembantaian massal terhadap warga
Kurdi Irak dan Muslim Syi’ah. Setelah perang Irak-Iran berakhir, bantuan
Amerika itu bahkan masih terus mengalir.”
MELAHIRKAN ANTIPATI
Noam Chomsky tak lupa pula
menambahkan bahwa penyebab utama kebencian masyarakat dunia, khususnya di Timur
Tengah, terhadap AS, tak lain adalah karena dukungan mutlak Washington kepada
rezim-rezim despotik dan kelompok-kelompok teroris yang dapat dimanfaatkan
Amerika di berbagai belahan dunia, termasuk ISIS dan yang sejenisnya saat ini,
yang salah satunya adalah rezim Zionis Israel yang selama berpuluh tahun
menelantarkan, menculik dan membantai rakyat Palestina. Bahkan, Noam Chomsky
tak sungkan-sungkan menyebut AS sebagai rezim teroris yang melindungi para
teroris. Tak lupa pula kritikus jempolan ini menyebutkan nama sejumlah orang
penting yang terlibat aksi terorisme dan pembantaian warga sipil dalam skala
besar. Singkatnya, Noam Chomsky meragukan kebenaran klaim perang melawan teror
yang disulut oleh AS, tak lain karena yang membuat group-group teroris adalah
Amerika sendiri.
Sebagai contoh lain, saat
memberikan sambutan pada seminar tahunan Organisasi Amnesti Internasional pada
Januari 2005 silam, Noam Chomsky mengungkapkan adanya peringatan rahasia yang
disampaikan dinas-dinas intelijen Amerika kepada para perancang perang Irak
bahwa perang ini kemungkinan akan semakin meningkatkan ancaman terorisme di
seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Washington dan juga London memiliki
tujuan lain dalam menginvasi Irak, bukan untuk menumpas gerakan terorisme itu
sendiri, karena mereka lah yang menciptakan milisi-milisi terrors yang
dimainkan sesuai dengan kendali politik dan finansial Ingris dan Amerika,
sebagaimana ISIS saat ini yang diciptakan Amerika, Israel, Ingris dan didanai
bersama-sama dengan Rezim Saud dan Qatar.
MASALAH PALESTINA
Sementara itu, khusus
untuk kasus Palestina, dalam sebuah pernyatannya, Noam Chomsky mengungkapkan
sejumlah fakta tentang kejahatan orang-orang Zionis terhadap rakyat Palestina.
Noam Chomsky mengungkapkan bahwa “Pada tanggal 3 Oktober tahun 2000, Presiden
AS saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan instruksi pemberian suku cadang militer
dan helikopter tempur Apache yang merupakan helikopter tempur tercanggih buatan
AS kepada Israel. Masalahnya adalah penguasa Gedung Putih tahu persis apa yang
akan dilakukan Israel dengan helikopter ini.”
Dan benar saja, dengan
helikopter pemberian Bill Clinton inilah tentara Zionis melakukan kejahatan
besar terhadap rakyat Palestina. Kala itu banyak warga Palestina yang menjadi
sasaran roket dan peluru-peluru yang ditembakkan oleh helikopter Apache
sumbangan Bill Clinton kepada Israel tersebut. Dengan kata lain, kala itu
helikopter AS dengan pilot Israel telah melakukan kejahatan terhadap rakyat
Palestina yang tak bersenjata. Tak hanya itu saja, Noam Chomsky pun
melanjutkan, “Jika orang-orang Arab Palestina membalas serangan itu, mereka
akan langsung dicap sebagai teroris.” Persis di sini lah, Noam Chomsky dengan
tegas mengkritik dukungan AS kepada Israel, dengan mengatakan, “Selama beberapa
dekade, AS mengerahkan segenap daya dan kekuatan untuk membela sekutu
terdekatnya di Timur Tengah, yaitu Israel.”
IRAN yang MERDEKA
Tak hanya soal-soal di atas,
hubungan konflik AS dan Iran juga menyita perhatian Noam Chomsky dan
disorotinya dengan tajam dan kritis, brilian, dan jernih. Menurutnya, dukungan
AS kepada Iran dibawah rezim Syah Pahlevi adalah berkat ketergantungan Syah
Pahlevi kepada AS. Kita tahu, Rezim Syah Phalevi yang manut dan mau diperbudak
Israel dan Amerika ini kelak akan di-revolusi oleh jutaan Muslim Syi’ah Iran
yang bangga dengan teladan Islam dan para imam suci Ahlulbait mereka. Noam
Chomsky juga mengkritisi kebijakan AS yang cenderung memusuhi Iran pasca
revolusi Islam. Sedangkan mengenai isu nuklir Iran, Chomsky menyatakan, “Selama
tiga tahun Iran menangguhkan aktivitas pengayaan uranium yang sudah menjadi
haknya, hanya untuk memupuk kepercayaan umum akan status damai program nuklirnya.
Namun AS dan Eropa menyalahgunakan niat baik Iran ini.” Akibatnya, Iran tidak
lagi menaruh kepercayaan kepada Eropa. Akhir kata, Professor Noam Chomsky yang
brilian dan jujur itu dalam banyak kesempatan dan tulisan-tulisannya tak
segan-segan melayangkan kritik dan kecaman secara blak-blakkan dan tanpa
sungkan-sungkan terhadap kebijakan militerisme AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar