Dalam sejarah Islam,
Iran-Islam sebagai negeri penganut mayoritas Islam Syi’ah terbesar di dunia tak
dapat dinafikan sebagai bangsa dan kawasan yang paling besar pula menyumbangkan
sains dan para ilmuwan muslim. Sepertinya, lingkungan Islam Persia sendiri
sangat kondusif bagi kemajuan sains dan ilmu pengetahuan karena keterbukaan
mereka kepada filsafat dan sains, termasuk dalam bidang fisika.
Salah-satu ilmuwan Fisika terbesar
Islam itu adalah Al-Khāzini Abu Al-Fath Abd Al-Rahman Mansour Al-Khāzini atau
Abu al-Fath Khāzini (1115–1130), yang sekaligus adalah seorang ilmuwan,
astronom, fisikawan, ahli biologi, alkemis, ahli matematika dan filsuf dari
Merv, provinsi Khurasan Persia (sekarang terletak di Turkmenistan), yang
membuat kontribusi penting untuk fisika dan astronomi.
Ia dianggap sebagai salah satu sarjana terbesar dari Merv. Al-Khazini adalah seorang Yunani Bizantium, pembantu dari raja-raja Saljuk, yang pada usia muda dibawa ke Merv setelah kemenangan Saljuk atas Romanus Kaisar Bizantium IV. Tuannya memberinya pendidikan yang terbaik di mata pelajaran matematika dan filsafat. Al-Khazini juga seorang murid dari penyair Persia yang terkenal, astronom matematika dan filsuf Umar Khayyām (1048-1131), yang tinggal di Merv pada saat itu.
Al-Khazini kemudian menjadi seorang praktisi matematika di bawah perlindungan pengadilan Seljuk, di bawah Sultan Ahmed Sanjar. Sedikit sekali yang diketahui tentang hidupnya, tetapi diketahui bahwa ia menolak penghargaan dan menyerahkan kembali 1000 dinar dikirim kepadanya oleh istri dari Emir.
Ia dianggap sebagai salah satu sarjana terbesar dari Merv. Al-Khazini adalah seorang Yunani Bizantium, pembantu dari raja-raja Saljuk, yang pada usia muda dibawa ke Merv setelah kemenangan Saljuk atas Romanus Kaisar Bizantium IV. Tuannya memberinya pendidikan yang terbaik di mata pelajaran matematika dan filsafat. Al-Khazini juga seorang murid dari penyair Persia yang terkenal, astronom matematika dan filsuf Umar Khayyām (1048-1131), yang tinggal di Merv pada saat itu.
Al-Khazini kemudian menjadi seorang praktisi matematika di bawah perlindungan pengadilan Seljuk, di bawah Sultan Ahmed Sanjar. Sedikit sekali yang diketahui tentang hidupnya, tetapi diketahui bahwa ia menolak penghargaan dan menyerahkan kembali 1000 dinar dikirim kepadanya oleh istri dari Emir.
Sederet buah pikir yang
dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. Al-Khazini merupakan ilmuwan yang
mencetuskan beragam teori penting dalam sains seperti: metode ilmiah
eksperimental dalam mekanik, energi potensial gravitasi; perbedaan daya, masa
dan berat; serta jarak gravitasi. “Teori keseimbangan hidrostatis yang dicetuskannya
telah mendorong penciptaan peralatan ilmiah”.
Menurut Irving M Klotz, dalam tulisannya yang bertajuk “Multicultural Perspectives in Science Education: One Prescription for Failure”, sang ilmuwan ini hidup di abad ke-12 M. ”Dia berasal dari Bizantium atau Yunani,” tutur Klotz. Al-Khazini menjadi budak Dinasti Seljuk Turki, setelah kerajaan Islam itu menaklukkan wilayah kekuasaan Kaisar Konstantinopel, Romanus IV Diogenes. Al-Khazini kemudian dibawa ke Merv (Persia), sebuah metropolitan terkemuka pada Abad ke-12 M.
Sebagai seorang budak kala itu, nasib Al-Khazini sungguh beruntung, karena oleh tuannya yang bernama Al-Khazin, ia diberi pendidikan sang sangat baik. Ia diajarkan matematika dan filsafat. Tak cuma itu, Al-Khazini juga dikirim untuk belajar pada seorang ilmuwan dan penyair agung dari Persia bernama Umar Khayyam. Dari sang guru, dia mempelajari sastra, metematika, astronomi dan filsafat.
Menurut Boris Rosenfeld (1994) dalam bukunya “Abu’l-Fath Abd Al-Rahman Al-Khazini”, saat itu Umar Khayyam juga menetap di kota Merv (Khurasan, Iran). Berbekal otak yang encer dan cerdas, Al-Khazini pun kemudian menjelma menjadi seorang ilmuwan berpengaruh. Ia menjadi seorang matematikus terpandang yang langsung berada di bawah perlindungan Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya, kisah dan perjalanan hidup Al-Khazini tak banyak terekam dalam buku-buku sejarah. Salah Zaimeche Ph. D (2005) dalam bukunya berjudul ‘Merv’ menuturkan, Al-Khazini adalah seorang ilmuwan yang bersahaja.
Menurut Irving M Klotz, dalam tulisannya yang bertajuk “Multicultural Perspectives in Science Education: One Prescription for Failure”, sang ilmuwan ini hidup di abad ke-12 M. ”Dia berasal dari Bizantium atau Yunani,” tutur Klotz. Al-Khazini menjadi budak Dinasti Seljuk Turki, setelah kerajaan Islam itu menaklukkan wilayah kekuasaan Kaisar Konstantinopel, Romanus IV Diogenes. Al-Khazini kemudian dibawa ke Merv (Persia), sebuah metropolitan terkemuka pada Abad ke-12 M.
Sebagai seorang budak kala itu, nasib Al-Khazini sungguh beruntung, karena oleh tuannya yang bernama Al-Khazin, ia diberi pendidikan sang sangat baik. Ia diajarkan matematika dan filsafat. Tak cuma itu, Al-Khazini juga dikirim untuk belajar pada seorang ilmuwan dan penyair agung dari Persia bernama Umar Khayyam. Dari sang guru, dia mempelajari sastra, metematika, astronomi dan filsafat.
Menurut Boris Rosenfeld (1994) dalam bukunya “Abu’l-Fath Abd Al-Rahman Al-Khazini”, saat itu Umar Khayyam juga menetap di kota Merv (Khurasan, Iran). Berbekal otak yang encer dan cerdas, Al-Khazini pun kemudian menjelma menjadi seorang ilmuwan berpengaruh. Ia menjadi seorang matematikus terpandang yang langsung berada di bawah perlindungan Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya, kisah dan perjalanan hidup Al-Khazini tak banyak terekam dalam buku-buku sejarah. Salah Zaimeche Ph. D (2005) dalam bukunya berjudul ‘Merv’ menuturkan, Al-Khazini adalah seorang ilmuwan yang bersahaja.
Meski kepandaiannya sangat
dikagumi dan berpengaruh, ia tak silau dengan kekayaan. Menurut Zaimeche, Al-Khazini
sempat menolak dan mengembalikan hadiah sebesar 1.000 keping emas (dinar) dari
seorang istri Emir Seljuk. Para sejarawan sains mengungkapkan,
pemikiran-pemikiran Al-Khazini sangat dipengaruhi oleh sejumlah ilmuwan besar
seperti Aristoteles, Archimedes, Al-Quhi, Ibnu Haitham atau Al-Hazen, Al-Biruni
serta Umar Khayyam. Selain itu, pemikiran Al-Khazini juga sangat berpengaruh
bagi pengembangan sains di dunia Barat dan Islam.
Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh Al-Khazini adalah Gregory Choniades – astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13 M. Salah satu kontribusi penting yang diwarisakan Al-Khazini dalam bidang astronomi adalah Tabel Sinjaric. Tabel itu dituliskannya dalam sebuah risalah astronomi bertajuk Az-Zij As-Sanjari. Dalam manuskrip itu, dia menjelaskan jam air 24 jam yang didesain untuk kegunaan astronomi. Inilah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia Islam. Selain itu, Al-Khazini juga menjelaskan tentang posisi 46 bintang.
Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh Al-Khazini adalah Gregory Choniades – astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13 M. Salah satu kontribusi penting yang diwarisakan Al-Khazini dalam bidang astronomi adalah Tabel Sinjaric. Tabel itu dituliskannya dalam sebuah risalah astronomi bertajuk Az-Zij As-Sanjari. Dalam manuskrip itu, dia menjelaskan jam air 24 jam yang didesain untuk kegunaan astronomi. Inilah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia Islam. Selain itu, Al-Khazini juga menjelaskan tentang posisi 46 bintang.
Risalahnya yang berjudul
Al-Khazini’s Zij As-Sanjari itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani
oleh Gregory Choniades pada abad ke-13 M. Risalah astronomi yang ditulis Al-Khazini
pun menjadi rujukan para ilmuwan dan pelajar di Kekaisaran Bizantium.
Kontribusi penting lainnya
yang diwariskan Al-Khazini dalam bidang fisika adalah kitab Mizan Al-Hikmah
atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada tahun 1121 Masehi itu
mengungkapkan bagian penting fisika Islam. Dalam buku itu, Al-Khazini
menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori yang diciptakannya tentang
keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori statika atau
ilmu keseimbangan dan hidrostatika.
Selain menjelaskan pemikirannya tentang teori-terori itu, Al-Khazani juga menguraikan perkembangan ilmu itu dari para pendahulu serta ilmuwan yang sezaman dengannya. Dalam bukunya itu, Al-Khazini juga menjelaskan beberapa peralatan yang diciptakan ilmuwan pendahulunya seperti araeometer buatan Pappus serta pycnometer flask yang diciptakan Al-Biruni.
Selain menjelaskan pemikirannya tentang teori-terori itu, Al-Khazani juga menguraikan perkembangan ilmu itu dari para pendahulu serta ilmuwan yang sezaman dengannya. Dalam bukunya itu, Al-Khazini juga menjelaskan beberapa peralatan yang diciptakan ilmuwan pendahulunya seperti araeometer buatan Pappus serta pycnometer flask yang diciptakan Al-Biruni.
Buku itu dinilai Syed
Hossein Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim yang paling esensial tentang
mekanika dan hidrostatika, dan terutama studi mengenai pusat gravitasi. Dalam
buku itu pula, Al-Khazini mengupas prinsip keseimbangan hidrostatis dengan
tingkat ketelitian obyek sampai ukuran mikrogram (10-6 gr), suatu level
ketelitian yang menurut K Ajram dalam The Miracle of Islamic Science hanya
tercapai pada abad ke 20 M. Al-Biruni dan Al-Khazini merupakan dua ilmuwan
Muslim yang pertama kali mengembangkan metode ilmiah dalam bidang ilmu
keseimbangan atau statika dan dinamika.
Metode itu dikembangkan untuk menentukan berat yang didasarkan pada teori kesembangan dan berat. Al-Khazini dan ilmuwan pendahulunya menyatukan ilmu statika dan dinamika ke dalam ilmu baru bernama mekanika.
Metode itu dikembangkan untuk menentukan berat yang didasarkan pada teori kesembangan dan berat. Al-Khazini dan ilmuwan pendahulunya menyatukan ilmu statika dan dinamika ke dalam ilmu baru bernama mekanika.
Selain itu, mereka juga
menggabungkan ilmu hidrostatika dengan dinamika sehingga melahirkan ilmu baru
bernama hidrodinamika. Mereka juga menerapkan teori rasio matematika dan tekhnik
infinitesimal serta memperkenalkan aljabar dan teknik penghitungan ke dalam
statika.
Al-Khazini dan ilmuwan
Muslim lainnya juga merupakan yang pertama mengeneralisasi teori pusat
gravitasi dan mereka adalah yang pertama kali menerapkannya ke dalam benda tiga
dimensi. Para ilmuwan Muslim, salah satunya Al-Khazini telah melahirkan ilmu
gravitasi yang kemudian berkembang di Eropa. Al-Khazini telah berjasa dalam
meletakkan fondasi bagi pengembangan mekanika klasik di era Renaisans Eropa. Al-Khazini
wafat pada abad ke-12.
Meski begitu, pemikiran-pemikiran yang telah diwariskannya bagi peradaban dunia hingga kini masih tetap abadi dan dikenang. Al-Khazini sungguh luar biasa. Ilmuwan Muslim dari abad ke-12 itu tak hanya mencetuskan sejumlah teori penting dalam fisika dan astronomi, dia juga berhasil menciptakan sejumlah peralatan penting untuk penelitian dan pengembangan astronomi.
Meski begitu, pemikiran-pemikiran yang telah diwariskannya bagi peradaban dunia hingga kini masih tetap abadi dan dikenang. Al-Khazini sungguh luar biasa. Ilmuwan Muslim dari abad ke-12 itu tak hanya mencetuskan sejumlah teori penting dalam fisika dan astronomi, dia juga berhasil menciptakan sejumlah peralatan penting untuk penelitian dan pengembangan astronomi.
Ia berhasil menemukan
sekitar tujuh peralatan ilmiah yang terbilang sangat penting. Ketujuh peralatan
yang diciptakannya itu dituliskannya dalam Risala fi’l ‘Alat atau Manuskrip
tentang Peralatan. Ketujuh alat yang diciptakannya itu adalah triquetrum,
dioptra, perlatan segi tiga, quadran dan sektan, astrolab serta peralatan asli
tentang refleksi.
Selain berjasa mengembangkan fisika dan astronomi, ia juga turut membesarkan ilmu kimia dan biologi. Secara khusus dia menulis tentang evolusi dalam kimia dan biologi. Dia membandingkan transmutasi unsur dengan transmutasi spesies. Al-Khazini juga meneliti dan menjelaskan definisi ”berat”. Menurut dia, berat merupakan gaya yang inheren dalam tubuh benda padat yang mnenyebabkan mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis lurus terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada gilirannya akan tergantung dari kerapatan benda yang bersangkutan.
Selain berjasa mengembangkan fisika dan astronomi, ia juga turut membesarkan ilmu kimia dan biologi. Secara khusus dia menulis tentang evolusi dalam kimia dan biologi. Dia membandingkan transmutasi unsur dengan transmutasi spesies. Al-Khazini juga meneliti dan menjelaskan definisi ”berat”. Menurut dia, berat merupakan gaya yang inheren dalam tubuh benda padat yang mnenyebabkan mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis lurus terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada gilirannya akan tergantung dari kerapatan benda yang bersangkutan.
Al-Khazini juga mempunyai
gagasan mengenai pengaruh temperatur terhadap kerapatan, dan tabel-tabel berat
spesifiknya umumnya tersusun dengan cermat. Sebelum Roger Bacon menemukan dan
membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat
bumi, dia lebih dahulu telah mendalaminya. Dia pun telah banyak melakukan
observasi mengenai kapilaritas dan menggunakan aerometer untuk kerapatan dan
yang berkenaan dengan temperatur zat cair, teori tentang pengungkit serta
penggunaan neraca untuk bangunan dan untuk pengukuran waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar