Sabtu, 15 Maret 2014

Imam Musa Shadr, Simbol Perjuangan dan Persatuan




Sosok yang menjadi pelopor perjuangan anti Zionis Internasional ini, lahir di kota Qom pada tanggal 24 Esfand 1317 HS (1938). Ia berasal dari keluarga Ulama, ayahnya adalah Ayatullah Shadruddin Shadr seorang ulama berpengaruh yang memiliki jalur keturunan dari Imam Musa Kadzim as. Ibundanya ialah Shafiyah putri Ayatullah Husain Qummi yang memiliki jalur keturunan dari Imam Hasan as.

Keluarga besar Shadr termaksud salah satu keluarga besar ulama Islam (khususnya Syi’ah). Ayatullah Syahid Sayyid Muhammad Bagir Shadr seorang ulama dan marji’ besar Iraq yang menjadi korban kebengisan Rezim Ba’ts Saddam, merupakan salah satu sosok ulama dari keluarga besar ini.

Imam Musa Shadr menyelesaikan studi agamanya di kota Qom. Setelah itu ia pun menyelesaikan program akademinya jurusan hukum di Universitas Teheran. Pada tahun 1338 HS (1959) dengan undangan Sayyid Abdul Husain Syarafuddin -seorang ulama Lebanon-, ia menjajakkan kakinya ke negeri Lebanon. Kemudian atas anjuran Sayyid Syarafuddin, ia pun menerima jabatan sebagai pemimpin muslim Syiah Lebanon.

Imam Musa Shadr memulai perjuangannya dengan mendirikan pusat-pusat pendidikan dan ekonomi seperti sekolah kejuruan industri Jabal Amil, mengaktifkan kembali yayasan sosial yang dibangun oleh Allamah Syarafuddin Musawi, mendirikan rumah usaha untuk anak-anak wanita dengan dibekali dengan keterampilan menjahit, menenun dan lain-lain, mendirikan sekolah perawat, tempat pelatihan membuat permadani, mendirikan hauzah ilmiah, yayasan yatim piatu dan lain-lain. Program-program yang dijalankannya hingga sekarang masih menjadi percontohan bagi pemerintah Lebanon.

Dalam peran serta muslim Syiah dalam pemerintah, Imam Musa Shadr mendirikan Majelis Tertinggi Syiah Lebanon. Langkah berani ditempuhnya dengan mengajukan rancangan agar ada perwakilan Syiah di parlemen Lebanon. Hal ini dilakukan karena kondisi masyarakat Syi’ah khususnya di Lebanon selatan cukup memprihatinkan. Akhirnya pada hari senin tanggal 6 Safar 1387 HQ disetujui dan secara resmi semenjak itu muslim Syi'ah berhak memiliki wakil di parlemen Lebanon.

Imam Musa Shadr juga mendirikan dua gerakan penting. Pertama, gerakan orang-orang tidak mampu (Harakah Mahrumin) dan kedua organisasi militer Amal. Gerakan ini membekali para pemuda dengan informasi, budaya, akidah dan akhlak sehingga mereka betul-betul memahami ajaran Islam dengan baik. Kelas-kelas kursus dan bimbingan diadakan setiap hari dengan materi yang beragam. Organisasi militer Amal juga berfokus kepada perjuangan melawan arogansi Zionis khususnya memperjuangan tanah Lebanon Selatan dari agresi Rezim Israel.

Imam Musa Shadr mewasiatkan kepada seluruh Umat Islam bahwa segala bentuk transaksi dengan Zionis adalah haram hukumnya. Ia mengajak umat Islam untuk sadar akan tipu daya musuh dan bangkit melawan penjajahan rezim Israel. Dalam jalan ini, banyak usaha besar yang telah ia lakukan sehingga membahayakan kepentingan dan kekuatan musuh. Pada akhirnya pada tahun 1978 setelah lawatannya ke Aljazair dan berunding dengan para pejabat pemerintahan setempat, ia meninggalkan negara setempat menuju Libia dan setelah lima hari, ia bersama dua pendampingnya secara resmi diyatakan hilang oleh Pemerintah Libia dan hingga kini keberadaan dan nasibnya masih misterius. Anehnya, pemerintahan Libia sampai batas waktu ini membantah segala bentuk keterlibatannya dalam kasus penculikan ulama kharismatik ini.

Selama ini belum ada berita yang kuat tentang kematian Imam Musa Shadr, sebaliknya bukti-bukti menunjukkan bahwa ia masih hidup di penjara Libia bersama para pejuang Islam Arab lainnya. Terakhir keberadaannya diberitakan oleh sebagian penghuni penjara Abu Sulaim kota Tripoli, tidak lama setelah itu ia dipindahkan ke tempat yang tidak diketahui.

Imam Musa Shadr layak disebut sebagai penyelamat bagi masyarakat Lebanon, ia telah mewariskan jasa yang besar bagi masyarakat setempat khususnya kaum muslimin baik Syi’ah maupun Sunn
i



Tidak ada komentar:

Posting Komentar