Kamis, 25 Desember 2014

Nama-nama Tahun Baru di Iran




Sejak media informasi Iran menayangkan kehadiran pemimpin spiritual Islam yang dikenal dengan sebutan Rahbar revolusioner Islam Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, yang pada enam tahun terakhir setiap kali terjadi peralihan tahun baru Hijriah Syamsiah sebagai kalender perhitungan hari dan bulan oleh rakyat Iran, beliau mengucapkan kata sambutan dan sekaligus mencanangkan nama tahun sebagai mengiringi masuknya tahun-tahun tersebut, hal ini menambah nilai positif peringatan dan penyambutan tahun baru bagi rakyat Iran yang memuat nilai-nilai spiritual yang tinggi yang membawa pada arah yang tepat menuju tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh gerakan kebangsaan dan kehidupan bernegara dalam setiap putaran masa setahun bagi mereka.

Rahbar sendiri menerangkan falsafah pemberian nama untuk setiap peralihan tahun dengan nama-nama yang memuat motto dan cita-cita gerakan pembangunan negara yang menekankan sisi fungsi arah juang dalam mengisi hari demi harinya seiring dengan nama yang dicanangkan untuknya, beliau berkata:  

“Adapun kita mencanangkan nama bagi setiap tahun itu tidak berarti hanya sebagai tindakan bermegah-megahan dalam merayakan masuknya tahun baru tetapi pencanangan ini akan menjadi slogan dan pilar perjuangan dan gerak bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam memulai tahun baru, tentunya hanya meletakan nama bukanlah perkara penting, tetapi yang penting dalam peletakan nama apabila dapat memberikan spirit bagi kita, rakyat dan para pemimpin yaitu dapat memacu semangat juang untuk mencapai cita-cita bangsa dan negara yang diinginkan bersama bahkan untuk mencapai apa yang semestinya kita harus mencapainya”

Hitungan tahun Hijriah yang ditandai oleh peristiwa berhijrahnya Nabi besar Muhammad saww dari kota Makkah yang diliputi oleh kegelapan jahiliah menuju Kota Madinah yang dicemerlangkan penghuninya oleh cahaya Iman dan makrifat terhadap hakekat hidup manusia dan alam semesta yang bertumpu pada ajaran Tuhan Yang Esa sebagai Mabda’ alam dan pemilik mutlak segala wujud yaitu zat yang maha berkuasa, Pengasih dan Penyayang yaitu Allah swt sebagai sumber hidup dan tempat kembalinya segala makhluk ciptaan-Nya, mempunyai dua cara perhitungan tahun yang keduanya diistilahkan sebagai tahun Islam, satu diantaranya disebut hitungan Qamariah yang didasari dengan hitungan lintasan bulan mengelilingi bumi, olehnya diistilahkan sebagai tahun Hijriah Qamariah, yang awalnya ditandai dengan hitungan satu Muharram.

Satu lagi hitungan Syamsiah yang didasari dengan hitungan lintasan bumi mengelilingi Matahari olehnya diistilahkan dengan tahun Hijriah Syamsiah yang awal tahunnya ditandai dengan hitungan satu Farwardin, dan hitungan tahun yang kedua ini biasanya digunakan oleh rakyat Iran dalam urusan kalender hari-hari mereka. 

Di Iran walaupun secara tertulis dalam kalender perhitungan hari dan bulan, mereka menggunakan ketiga hitungan kalender yaitu ditambah dengan kalender hitungan tahun Miladi Masihi, namun yang menjadi primadona dalam perayaan tahun baru bagi mereka adalah tahun baru Hijriah Syamsiah, hitungan ini juga seiring dengan sikon alam empat musim yang ada meliputi kehidupan mereka dan buminya, sebagai sikon alam yang dimiliki oleh negara-negara yang berada di belahan Asia tengah yang mempunyai empat musim (Semi, Gugur, Dingin dan Panas) dalam setiap putaran waktu setahunnya, yang setiap memasuki tahun baru seiring dengan masuknya musim semi, yang menyeruakan panorama indah tumbuh dan berkuncupnya daun-daun pohon-pohon dan memekarnya bunga-bunga yang berwarna-warni menampakan pembaharuan wujud alam yang segar dan menyenangkan sekali. 

Menghayati Arti Tahun Baru Dalam Menghayati Nilai-Nilai Revolusi  Islam 

Pencanangan nama tahun oleh seorang pemimpin revolusioner sejak beberapa tahun terakhir menunjukkan langkah tepat telah dijalani untuk menghayati arti tahun baru dalam mengekalkan nilai-nilai juang revolusi Islam yang telah meraih kemenangannya sejak puluhan tahun yang lalu. Dan sejak beberapa tahun terakhir nama-nama cemerlang mewarnai laluan tahun-tahun tersebut seperti tahun 1381 sebagai tahun “Imam Ali as” yaitu tahun “Mengambil tauladan dari prilaku Alawiyin”, tahun  1382 bernama  tahun “Imam Husein as” yaitu tahun “Kemuliaan dan kebanggaan Husaini”, tahun 1383 bernama tahun “Pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat”, tahun 1384 bernama tahun “Kebaktian nasional dan  gotong-royong secara umum”, tahun 1385 bernama tahun “Nabi besar Muhammad saww”, dan tahun 1386 bernama tahun “Persatuan Bangsa dan Pengokohan kebersamaan Islam”.  

Pencanangan nama yang baik dan memuat spirit hidup bagi setiap tahun oleh seorang pemimpin revolusioner Islam tentunya akan lebih memberi arti terhadap kisaran sikon waktunya dengan penuh berkah mengiringi gerak juang revolusi Islam yang memberi warna dalam setiap gemingan harinya untuk menjadi baik dan lebih baik –yang merentangkan kesadaran yang termuai sepanjang jaman sebagai tujuan utama penobatan nama-nama agung bagi tahun-demi tahun. Dentingan hari demi harinya telah menjurus pada satu derap mengungkap nilai-nilai tinggi yang termuat dalam makna yang dikandung oleh nama-nama agung tersebut, yang sudah pasti penghayatan nilai-nilainya tetap tidak akan dianggap cukup dalam masa setahun, namun pencanangan itu akan meminta keberlanjutan hingga berakhirnya jaman, karena muatan makna nama-namanya adalah nilai-nilai sakral yang diilhami oleh ajaran hakiki keabadian Islam yang sekaligus menjadi racikan kesempurnaan Insani manusia.  

Dari itu sangat disayangkan keteledoran manusia dalam mengisi hari-hari hidupnya sebagai kebiasaan yang terjadi pada kalangan lain seperti rakyat tanah air kita, Indonesia, dan di belahan Eropa dan di lain-lain tempat di kebanyakan negara yang ada di selaput bumi ini yang kita dapat melihat pada perayaan tahun baru bagi mereka, yang sudah menjadi kebiasaan terutama kalangan kawula mudanya, mereka menyambut tahun baru dengan tindakan-tindakan amoral, seperti peletupan mercun di sana-sini, berkerumun dalam arena-arena diskotik, bermabuk-mabukan dengan arak dan munculnya berbagai tindakan kriminal hingga seks bebas, terutama di malam tahun baru, yang sudah tidak asing lagi bagi rakyat kita dan telah dapat dibuktikan bersama di setiap peralihan tahun baru Miladi. Tentunya prilaku dan budaya seperti ini bukan bingkisan ajaran Islam, dari itu sudah semestinya ummat Islam bermawas diri untuk menyesuaikan prilakunya dengan apa yang diajarkan oleh Islam dalam menyambut peralihan tahun baru.

Mengambil contoh dari perilaku penyambutan tahun baru seperti yang ada di negeri Iran tentunya akan membawa efek positif bagi perkembangan perbaikan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi umat Islam yang berada di negara-negara lain. Menyambutnya dengan membaca dzikir dan doa akhir tahun dan awal tahun yang dilakukan secara nasional akan tampak lebih syahdu dan penuh khidmat sekaligus merenungkan prilaku baik dan buruk sembari menginstrospeksi diri untuk menjadi lebih baik dalam mengisi tahun berikutnya adalah lebih memacu manusia untuk menemukan jati dirinya yang lebih sempurna pada masa yang akan datang –dan mencanangkan nama khusus bagi setiap tahun baru akan lebih mengacu dan mematri langkah yang tepat untuk menuju apa yang dicita-citakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar