Oleh Yasser Arafat
Pada kesempatan kali ini,
saya akan menyampaikan sedikit mengenai salah satu dari sekian banyak sejarah
Islam yang telah hilang dari ingatan mayoritas umat Islam. Pada tanggal 18
Zulhijah, ada sebuah sejarah – kalau boleh saya mengatakan peristiwa tersebut
adalah sejarah besar. Saya menyebutnya sebagai sejarah disempurnakannya Agama
Islam. Jarang di antara kita yang mengetahui riwayat ini. Bahkan sebagian kaum
Muslimin menganggap bahwa riwayat ini adalah riwayat dho’if.
Jadi, pada tanggal 18
Zulhijah, Rasulullah sawaw beserta kaum Muslimin –setelah melaksanakan ibadah
haji- berangkat dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan di tempat yang
bernama Khum, Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah Swt: “Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S al-Maidah 67)
Ayat
tersebut mengandung makna bahwa Nabi diperintahkan oleh Allah Swt untuk
menyampaikan suatu amanat yang sangat penting. Namun Nabi sawaw ragu untuk
menyampaikannya, karena Nabi khawatir kalau-kalau umatnya akan menolak amanat
tersebut. Lalu Allah memberinya jaminan bahwa beliau akan dilindungi dari
gangguan manusia. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir, yaitu orang-orang yang menolak amanat tersebut.
Rasulullah menyuruh
sahabatnya untuk berhenti dan membangun mimbar dari pelana-pelana kuda. Di atas
mimbar tersebut Rasulullah sawaw menyampaikan pidatonya. Pidato Rasulullah
tersebut sangat panjang, sehingga di sini saya akan menyampaikan ringkasannya
saja.Nabi berkata, “Wahai manusia, mungkin aku akan segera menerima panggilan
Ilahi dan akan berpisah dari kalian semua……”
“Apakah kalian bersaksi
bahwa Tuhan semesta alam adalah satu dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya
dan bahwa tidak ada keraguan tentang kehidupan di akhirat?”
Mereka semua berkata, “Ya,
kami bersaksi atasnya.”
Kemudian Nabi berkata, “
Wahai manusia, aku akan meninggalkan kepada kalian dua hal yang sangat berharga
(tsaqalain) sebagai wasiat kepada kalian dan akan dilihat bagaiamana kalian
memperlakukan keduanya.”
Seorang lelaki berdiri dan
berkata, “Apa dua hal itu ya Rasulullah?”
Nabi menjawab, “Satu
darinya adalah Kitab Allah yang satu sisinya terhubung kepada Allah dan sisi
lainnya berada di tangan kalian. Satunya lagi adalah al-Itrah Ahlulbaytku.
Keduanya tidak akan terpisah selama-lamanya sampai menemuiku di
al-haudh.”“Janganlah kalian mendahului keduanya dan jagalah perilaku kalian
terhadap mereka, supaya kalian tidak binasa.”
Lalu beliau sawaw
mengangkat tangan Ali k.w sehingga terlihat kedua ketika Ali yang putih. Nabi
berkata, “Allah adalah maulaku dan aku adalah maula kaum Mukmin. Aku lebih
pantas dan berhak atas kaum mukmin daripada diri mereka sendiri.”“wahai
manusia, siapa yang aku adalah maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. (Man
kuntu maula fa’aliyuun maula).” (Nabi mengulang sampai 3 kali).“Ya Allah,
cintailah orang yang mencintai Ali dan musuhilah yang memusuhinya…..”
Setelah itu Malaikat
Jibril turun membawa wahyu Allah Swt: “Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah 3)
Jadi wahyu dari Allah yang
menjadikan sempurnanya agama Islam ini adalah diangkatnya Ali sebagai maula
kaum Mukmin.Apa arti maula itu? Maula adalah orang yang lebih pantas dan lebih
berhak atas kaum mukmin dari diri mereka sendiri atau bisa dikatakan bahwa
maula itu adalah pemimpin.
Riwayat ini termasuk
riwayat yang sangat mutawatir. Al-Dzahabi, seorang ahli kritik hadits berkata
bahwa riwayat tersebut mutawatir, artinya banyak sekali yang meriwayatkannya.
Al-Allamah al-Amini dalam kitab al-Ghadir menyebutkan 110 sahabat besar yang
meriwayatkan hadits ini. Menurut Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari juz 7 hlm.74,
“Adapun hadits man kuntu maula fa’aliyun maula dikeluarkan oleh Turmudzi
dan al-Nasa’i dan sanadnya sangat banyak.”
Inilah secara singkat apa
yang terjadi pada peristiwa bersejarah itu, yaitu penyempurnaan Islam. Marilah
kita sampaikan pujian kepada Allah yang telah menyempurnakan agama ini, atas
kesempurnaan nikmat-Nya dan keridhoan Tuhan terhadap risalah Rasulullah sawaw
dan kepemimpinan Ali k.w sesudah Rasulullah sawaw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar