Senin, 24 November 2014

Makna Khutbah Haji Wada’ Nabi Saw di Ghadir Khum




Oleh Yasser Arafat

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sedikit mengenai salah satu dari sekian banyak sejarah Islam yang telah hilang dari ingatan mayoritas umat Islam. Pada tanggal 18 Zulhijah, ada sebuah sejarah – kalau boleh saya mengatakan peristiwa tersebut adalah sejarah besar. Saya menyebutnya sebagai sejarah disempurnakannya Agama Islam. Jarang di antara kita yang mengetahui riwayat ini. Bahkan sebagian kaum Muslimin menganggap bahwa riwayat ini adalah riwayat dho’if.

Jadi, pada tanggal 18 Zulhijah, Rasulullah sawaw beserta kaum Muslimin –setelah melaksanakan ibadah haji- berangkat dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan di tempat yang bernama Khum, Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah Swt: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S al-Maidah 67)

Ayat tersebut mengandung makna bahwa Nabi diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyampaikan suatu amanat yang sangat penting. Namun Nabi sawaw ragu untuk menyampaikannya, karena Nabi khawatir kalau-kalau umatnya akan menolak amanat tersebut. Lalu Allah memberinya jaminan bahwa beliau akan dilindungi dari gangguan manusia. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang menolak amanat tersebut.

Rasulullah menyuruh sahabatnya untuk berhenti dan membangun mimbar dari pelana-pelana kuda. Di atas mimbar tersebut Rasulullah sawaw menyampaikan pidatonya. Pidato Rasulullah tersebut sangat panjang, sehingga di sini saya akan menyampaikan ringkasannya saja.Nabi berkata, “Wahai manusia, mungkin aku akan segera menerima panggilan Ilahi dan akan berpisah dari kalian semua……”

“Apakah kalian bersaksi bahwa Tuhan semesta alam adalah satu dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya dan bahwa tidak ada keraguan tentang kehidupan di akhirat?”
Mereka semua berkata, “Ya, kami bersaksi atasnya.”

Kemudian Nabi berkata, “ Wahai manusia, aku akan meninggalkan kepada kalian dua hal yang sangat berharga (tsaqalain) sebagai wasiat kepada kalian dan akan dilihat bagaiamana kalian memperlakukan keduanya.”
Seorang lelaki berdiri dan berkata, “Apa dua hal itu ya Rasulullah?”

Nabi menjawab, “Satu darinya adalah Kitab Allah yang satu sisinya terhubung kepada Allah dan sisi lainnya berada di tangan kalian. Satunya lagi adalah al-Itrah Ahlulbaytku. Keduanya tidak akan terpisah selama-lamanya sampai menemuiku di al-haudh.”“Janganlah kalian mendahului keduanya dan jagalah perilaku kalian terhadap mereka, supaya kalian tidak binasa.”

Lalu beliau sawaw mengangkat tangan Ali k.w sehingga terlihat kedua ketika Ali yang putih. Nabi berkata, “Allah adalah maulaku dan aku adalah maula kaum Mukmin. Aku lebih pantas dan berhak atas kaum mukmin daripada diri mereka sendiri.”“wahai manusia, siapa yang aku adalah maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. (Man kuntu maula fa’aliyuun maula).” (Nabi mengulang sampai 3 kali).“Ya Allah, cintailah orang yang mencintai Ali dan musuhilah yang memusuhinya…..”

Setelah itu Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah Swt: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah 3)

Jadi wahyu dari Allah yang menjadikan sempurnanya agama Islam ini adalah diangkatnya Ali sebagai maula kaum Mukmin.Apa arti maula itu? Maula adalah orang yang lebih pantas dan lebih berhak atas kaum mukmin dari diri mereka sendiri atau bisa dikatakan bahwa maula itu adalah pemimpin.

Riwayat ini termasuk riwayat yang sangat mutawatir. Al-Dzahabi, seorang ahli kritik hadits berkata bahwa riwayat tersebut mutawatir, artinya banyak sekali yang meriwayatkannya. Al-Allamah al-Amini dalam kitab al-Ghadir menyebutkan 110 sahabat besar yang meriwayatkan hadits ini. Menurut Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari juz 7 hlm.74, “Adapun hadits man kuntu maula fa’aliyun maula dikeluarkan oleh Turmudzi dan al-Nasa’i dan sanadnya sangat banyak.”

Inilah secara singkat apa yang terjadi pada peristiwa bersejarah itu, yaitu penyempurnaan Islam. Marilah kita sampaikan pujian kepada Allah yang telah menyempurnakan agama ini, atas kesempurnaan nikmat-Nya dan keridhoan Tuhan terhadap risalah Rasulullah sawaw dan kepemimpinan Ali k.w sesudah Rasulullah sawaw. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar