“Laa Quwwata
illa bil jama’ah, wa laa jama’ah illa bil imamah”. Dalam Islam
dan risalah kenabian Muhammad Saw, imamah merupakan tasyri’, bukan berdasarkan
pemilihan yang dilakukan manusia. Dalam hal ini, imamah merupakan perpanjangan
dari risalah dan kenabian. Karena itu, imamah dan kenabian tak dapat dipisahkan
dalam persoalan keagamaan. Di sini seorang imam, selain memiliki kewajiban
untuk mengatasi persoalan sosial-kemasyarakatan, juga sebagai pemelihara
ke-asli-an dan kehanifan agama dan risalah, yang tentu saja sebagai penjelas
masalah-masalah keagamaan dan risalah. Dalam artian ini, imamah mencakup
politik dan keagamaan.
Imamah dalam al
Qur’an
Imamah
dalam al Qur’an terdapat dalam Surah al Baqarah Ayat 124:
وَإِذِ
ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ
لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Surah
al Baqarah Ayat 30:
قال الله تعالى :وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلُُ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ
فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ
لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُون
“ Ingatlah ketika
Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau”. Rabb berfirman:’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui’ “
Surah
al Maidah Ayat 12:
“Dan
sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami
angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka
dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang
mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
Secara
umum, dalam al Quran, kata imam (bentuk tunggal) dipergunakan sebanyak 7 kali,
dan kata a‘immah (bentuk plural) 5 kali dengan arti dan maksud yang bervariasi
sesuai dengan penggunaannya. Bisa bermakna jalan umum (al Qur’an Suarah Yasin:
12), pedoman (al Qur’an Surah Hud: 7), ikut (al Qur’an Surah al Furqan: 74), dan petunjuk (al Qur’an Surah
al Ahqaf: 12).
Begitu
pula dalam makna pemimpin, kata ini merujuk pada banyak konteks, seperti
pemimpin yang akan dipanggil Tuhan bersama umatnya untuk mempertanggungjawabkan
amal perbuatan mereka (al Qur’an Surah al Isra: 71), pemimpin orang-orang kafir
(al Qur’an Surah at Taubah: 12), pemimpin spiritual atau para rasul yang
dibekali wahyu untuk mengajak manusia mengerjakan kebajikan, mendirikan salat,
menunaikan zakat, yaitu Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ya‘qub (al Qur’an Surah al
Anbiya: 73), pemimpin dalam arti luas dan bersifat umum ataupun dalam arti
negatif (al Qur’an Surah al Qasas: 5 dan 41), dan pemimpin yang memberi
petunjuk berdasarkan perintah Allah Swt (al Qur’an Surah as Sajadah: 24).
Kajian Teologis
dan Bahasa
Imamah
atau ke-imaman dari segi bahasa adalah kepemimpinan dan setiap orang yang
memiliki kedudukan sebagai seorang pemimpin disebut dengan imam (yang mana kata
jamaknya adalah aimmah), baik memimpin di jalan yang benar maupun di jalan yang
batil. Allah Swt berfirman: Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang
menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (al
Qur’an Surah al Qashash: 41).
Secara
linguistik, kata imamah merupakan kata bahasa Arab yang berakar dari kata imam.
Kata imam sendiri berasal dari kata “amma” yang berarti “menjadi ikutan”. Di sini,
kata imam berarti “pemimpin atau contoh yang harus diikuti, atau yang
mendahului”. Orang yang menjadi pemimpin harus selalu di depan untuk diteladani
sebagai contoh dan ikutan. Kedudukan imam sama dengan penanggung jawab urusan
umat.
Adapun
dalam istilah ilmu Kalam, imamah adalah kepemimpinan umum atas seluruh
masyarakat Muslim di seluruh perkara baik perkara agama maupun dunia yang mana
dari sudut pandang Muslim Syi’ah keabsahan kepemimpinan atau imamah yang
menyangkut kepemimpinan politik dan keagamaan secara integrative tersebut berdasarkan
penobatan Tuhan dan nabi-Nya. Oleh karena itu, penentuan imam setelah kenabian, dalam kepercayaan Muslim Syiah, adalah
hal yang dituntut oleh hikmah Ilahi atau tasyri’, bukan didasarkan pada pilihan
manusia (Sulaiman Djaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar