Oleh
Basfin
Siregar
Lewat
buku ini, saya mendapat banyak informasi tentang karakter Mossad, juga
istilah-istilah yang kerap digunakan oleh badan intelijen Israel itu. Misalnya,
Kidon: tim pembunuh Mossad, Katsa: agen lapangan, Sayanim: warga sipil yang
diam-diam membantu Mossad, dan Mabuah: informan Mossad non-Yahudi. Satu bab
buku ini, yang aslinya berjudul The Spy in The Ironmask (diterjemahkan
menjadi Mata-mata Bertopeng Besi) khusus bercerita tentang Rafi
Eitan, deputi Mossad yang legendaris kelihaiannya (apalagi kalau
merencanakan pembunuhan).
Bab
itu berjudul Mata-mata Bertopeng Besi, karena Eitan, kalau lagi tak ada kerjaan membunuhi orang,
punya hobi membuat patung dari logam. Ia semacam seniman amatir: suka
mengumpulkan besi-besi tua, kuningan, tembaga, lalu melasnya menjadi sebuah
“karya seni”. Nah, ketika asyik membuat patung itu ia mengenakan topeng las
–dari situlah judul Mata-Mata Bertopeng Besi muncul. Ia bahkan pernah
memamerkan karya-karya patung lasnya dalam sebuah pameran amatir.
Saya
suka membaca bab tentang Eitan karena karakternya yang berdarah dingin, khas
sypmaster papan atas. Berikut saya kasih sedikit spoiler tentang isi dari bab Mata-Mata
Bertopeng Besi itu. Bab itu banyak bercerita bagaimana Eitan memimpin
sebuah operasi Mossad untuk menculik Adolf
Heizman, mantan perwira Nazi dari persembunyiannya di Argentina.
Penculikan yang terjadi bulan Mei 1960. Mossad mendapat info kalau Heizman, 55
tahun, telah berganti nama menjadi Ricardo Klement dan bekerja sebagai mandor
di pabrik Mercedez Benz di Buenos Aires, Argentina. Satu tim pemburu Mossad
yang dikomandani Eitan pun dikirim.
Malam
11 Mei 1961, Eichman lagi menunggu bis di jalan habis pulang kerja. Dua orang
agen mendekat –EItan salah satunya– dan segera merenggut Eichman dari pinggir
jalan. Eitan memiting leher mantan perwira Nazi itu, agen satunya segera
membuka pintu mobil, dan Eichmann didorong masuk (sempat dipukul tengkuknya
hingga nyaris pingsan). Drama penculikan di pinggir jalan itu berlangsung tidak
lebih dari lima detik. Mobil itu kemudian menuju sebuah rumah aman sekitar 5 km
dari Buenos Aires.
Tidak
ada yang bicara dengannya. Dengan diam-diam, mereka tiba di rumah aman mereka,
sekitar 5 km jauhnya. Rafi Eitan memberi aba-aba kepada Eichmann untuk
menanggalkan seluruh pakaiannya. Lalu ia membandingkan segala ciri fisiknya
dengan rincian yang tertera dalam sebuah berkas SS yang diperolehnya. Ia tidak
terkejut melihat Eichmann entah bagaimana berhasil menghilangkan tato SS-nya.
Tapi berbagai ciri fisik lainnya cocok dengan berkas itu – ukuran kepalanya,
jarak di antara siku dengan pergelangan tangan, antara lutut dan tumit. Ia
kemudian merantai Eichmann di tempat tidur. Selama sepuluh jam ia ditinggalkan
tanpa sama sekali diajak bicara. Rafi Eitan “ingin menumbuhkan perasaan putus
asa”.
Persis
sebelum matahari terbit, kondisi mental Eichmann mencapai titik paling rendah.
Saya menanyakan namanya. Ia mengucapkan nama Spanyolnya. Saya berkata, bukan,
bukan, bukan, nama Jerman kamu. Ia mengatakan nama Jerman samarannya – nama
yang digunakannya untuk lari dari Jerman. Saya kembali berkata, bukan, bukan,
bukan, nama kamu yang benar, nama SS kamu. Ia lalu berbaring lurus di tempat
tidurnya, seakan-akan berdiri dalam sikap sempurna, lalu berkata dengan suara
keras dan jelas, ‘Adolf Eichmann.’ Saya tak bertanya apa-apa lagi kepadanya.
Itu tak lagi perlu.”
Adolf
Eichmaan akhirnya digantung pada 31 Mei 1962 di penjara Ramla. Pada hari
eksekusinya, Rafi Eitan hadir. Meski beberapa saat lagi akan digantung, Eichman
tetap tidak kehilangan sikapnya. Ia bersikap sempurna layaknya perwira SS dan
menatap tajam ke Eitan. “Eichmann memandangi saya dan berkata, ‘Waktumu pasti
tiba, Yahudi,’ dan saya menjawab, ‘Tapi bukan hari ini Adolf, bukan hari ini.’
Selain
soal Eitan, masih banyak lagi bab (total ada 15 bab) yang menceritakan berbagai
aksi Mossad: bagaimana mereka mendapatkan teknologi nuklir, berperang melawan
badan intelijen Cina di Afrika, pembunuhan terhadap petinggi PLO Khalid
Ibrahim al Wazir (ditembak di depan anak dan istrinya), penculikan
terhadap mantan pelarian Nigeria Umnaro Dikko, keterlibatan Mossad dalam
skandal Iran-contra, info tentang pembunuhan terhadap Paus Yohannes Paulus II,
skandal seks Bill Clinton-Monica Lewinsky, hingga keterlibatan Mossad dalam
kecelakaan yang menewaskan Putri Diana dan Dodi Al-Fayed.
Pengarang
buku ini, Gordon Thomas, adalah wartawan. Jadi gaya penulisannya sederhana,
enak, khas bahasa jurnalistik. Thomas mendapat banyak info dari dunia intelijen
karena bapak mertuanya, Joachim Kraner, adalah perwira dinas intelijen Inggris,
M16, yang mengendalikan jaringan di Dresden setelah Perang Dunia II. Thomas
juga menjalin hubungan akrab dengan WIlliam Francis Buckley, mantan kepala stasiun
CIA di Beirut yang kemudian “dihabisi” oleh Hezbollah –paramiliter sipil Muslim
Syi’ah paling disegani yang disokong Iran.
Terakhir,
sebagai catatan, lazimnya karya investigasi jurnalistik (buku ini memang kurang
lebih seperti itu), Thomas berulang kali menggunakan sumber anonim untuk
mendukung informasi yang ia sampaikan. Tentang eksekutor yang menembak Khalid
Ibrahim al Wazir, ia hanya menyebut orang itu dengan nama “Pedang”. Ia juga
menggunakan banyak sumber anonim untuk melukiskan intrik di internal Mossad.
Dari
segi validitas, penggunaan sumber anonim ini mungkin menganggu. It’s not
verifiable. Kita hanya bisa percaya atau tidak percaya. Namun bukan berarti
tulisan Thomas ini sekadar fiksi. Ada beberapa nama, terutama dari mantan agen
Mossad yang kemudian ‘didepak’ hingga akhirnya jadi ‘pembangkang’ yang juga
disebut di buku ini. My advice is, buku ini layak dibaca, tapi kita harus
hati-hari mencerna informasi di dalamnya. Ada banyak review yang pro maupun
kontra terhadap buku ini. Yang anti-Israel biasanya pro, sedang yang pro-Israel
biasanya kontra. Sekadar info, ketika buku ini terbit (pada 1999), juru bicara
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, David Bar-Illan mengecam tuduhan
Thomas terhadap Netanyahu di buku ini sebagai “beyond the pale and beneath contempt”.
(Foto: Omer
Goldman memang bukan seorang model. Ia adalah salah seorang perempuan cantik yang
menolak kerahan wajib militer hingga ia dijebloskan dalam penjara. Bersama 40
rakannya dari organisasi Anarki Anti Tembok Pemisah, ia pernah mengedarkan
risalah menentang penjajahan Israel terhadap Tebing Barat dan Semenanjung Gaza
di gerbang sekolahnya)
(Foto: Rafael Eitan, agen Mossad yang berhasil membekuk Eichmann di Argentina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar