Selasa, 01 April 2014

Rezim Saud, Amerika, dan Israel Aktor Teror Dunia


Islam Times - Dia menambahkan, "Jaringan teror Wahhabi ini, yang menewaskan puluhan warga sipil setiap hari di Suriah dan Irak, telah didirikan oleh tokoh-tokoh senior di DPR Saud , termasuk Ketua Intelijen Kerajaan, Pangeran Bandar bin Sultan."

Arab Saudi dan Israel mengobarkan kekacauan di Timur Tengah karena mendapat manfaat besar dari setiap ketidakstabilan regional, seorang analis politik menulis di website Press TV.

"Arab Saudi serta Israel ingin mendapatkan keuntungan dari gelombang terorisme yang mengantam kawasan, seperti membangkitkan kekerasan sektarian dan memecah gerakan demokrasi," tulis Finian Cunningham dalam sebuah artikel Selasa (26/11/13).

Menurut Cunningham, rezim Saudi dan Zionis akan merugi jika perdamaian dan demokrasi berkembang di wilayah.

Banyak negara-negara regional, termasuk Suriah, Irak, Pakistan, Afghanistan dan Libanon tengah bergulat menghadapi gelombang kekerasan yang tumbuh setiap hari akibat kelompok ekstremis Takfiri dan Salafi di wilayah tersebut.

Cunningham juga menunjuk bahwa Arab Saudi mempersenjatai dan membayar kelompok-kelompok tentara bayaran ekstremis dengan ratusan juta dolar. Dia menambahkan, "Jaringan teror Wahhabi ini, yang menewaskan puluhan warga sipil setiap hari di Suriah dan Irak, telah didirikan oleh tokoh-tokoh senior di DPR Saud , termasuk Ketua Intelijen Kerajaan, Pangeran Bandar bin Sultan."

Fase baru serangan teroris di kawasan adalah dua ledakan di luar Kedutaan Besar Iran di kawasan selatan Janah, Beirut yang menewaskan dua lusin orang, termasuk enam warga negara Iran, dan melukai 150 lainnya.

Libanon telah mengidentifikasi seorang warga Libanon, Mouin Abu Daher dan Adnan Mousa Mohammad, seorang warga Palestina dari kamp pengungsi Ain al-Hilweh dekat Sidon sebagai pelaku pemboman. Keduanya memiliki link dengan Sheikh Salafi, Ahmed al-Assir . [IT/r]

Zionis mempersenjatai para teroris takfiri yang beroperasi di negara kawasan Timur Tengah, terutama Suriah.

Seorang ulama Sunni terkemuka Lebanon Jumat (7/2) mengatakan, saat ini rezim Zionis memasok kebutuhan senjata bagi kelompok Takfiri.

"Perubahan sikap [negara-negara] pendukung teroris dari Qatar dan Turki hingga Arab Saudi menunjukkan bahwa negara-negara ini tidak lagi memercayai mereka sebagai boneka militernya untuk menggulingkan pemerintah Suriah, " tutur Sheikh Mahir Hamoud, Jumat (7/2).

"Tampaknya, non aktifnya Bandar bin Sultan dengan alasan menjalani perawatan medis merupakan bagian dari skenario [Riyadh] mengubah kebijakan [Arab Saudi] dalam urusan Lebanon dan Suriah," tegasnya.

Sebelumnya, radio Israel (26/7/2013) melaporkan bahwa Arab Saudi menandatangani kesepakatan senilai 50 juta dolar dengan militer rezim Zionis untuk memasok militan di Suriah dengan peralatan militer Israel.

Laporan tersebut menambahkan, senjata yang dipesan meliputi berbagai jenis rudal anti-tank, kendaraan militer dan peralatan artileri.

Sumber-sumber lain yang mengutip sumber dari kelompok militan Takfiri di Suriah mengatakan, senjata-senjata Israel digunakan untuk mempertahankan kontrol atas kota Aleppo dan sekitarnya dari serangan militer pemerintah Damaskus.

Sementara itu, Presiden Rezim Zionis Israel, Shimon Peres terang-terangan menyuarakan dukungan untuk mempersenjatai militan Takfiri di Suriah.

Selama ini, Kepala intelijen Arab Saudi Pangeran Bandar bin Sultan menjadi dalang  di balik merebaknya aksi terorisme yang dilancarkan jaringan internasional takfiri di dunia, terutama di negara-negara kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Profesor James Petras mengatakan Bandar menjadi dalang "Jaringan Teror Saudi" dengan memasok keuangan, senjata dan pelatihan bagi kelompok takfiri internasional.

"..data yang dikumpulkan mengenai asal usul kelompok-kelompok ini dan pembiayaannya, kami sampai pada kesimpulan bahwa Bandar Bin Sultan menjadi dalang dan pemodal utama dari operasi ini, " kata Profesor Binghamton University di New York  ini.

"Hal ini menjadi benar-benar jelas di Suriah dan sebelumnya Irak," tegasnya.

Tahun lalu, Raja Saudi Abdullah menunjuk saudara Bandar bin Sultan, Pangeran Salman bin Sultan, sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Bandar bersama kakaknya mendukung militan asing yang beroperasi di Suriah untuk menggulingkan presiden Assad.(IRIB Indonesia/PH) 




2 komentar:

  1. Tak ada Islam jika tak ada Syi'ah, sebab semua penganut agama Islam adalah Syi'ah (pengikut dan penerus) Islam

    BalasHapus