Islam
Times - Dia menambahkan, "Jaringan teror Wahhabi ini, yang menewaskan
puluhan warga sipil setiap hari di Suriah dan Irak, telah didirikan oleh
tokoh-tokoh senior di DPR Saud , termasuk Ketua Intelijen Kerajaan, Pangeran
Bandar bin Sultan."
Arab
Saudi dan Israel mengobarkan kekacauan di Timur Tengah karena mendapat manfaat
besar dari setiap ketidakstabilan regional, seorang analis politik menulis di
website Press TV.
"Arab Saudi serta Israel ingin mendapatkan keuntungan dari gelombang terorisme yang mengantam kawasan, seperti membangkitkan kekerasan sektarian dan memecah gerakan demokrasi," tulis Finian Cunningham dalam sebuah artikel Selasa (26/11/13).
Menurut Cunningham, rezim Saudi dan Zionis akan merugi jika perdamaian dan demokrasi berkembang di wilayah.
Banyak negara-negara regional, termasuk Suriah, Irak, Pakistan, Afghanistan dan Libanon tengah bergulat menghadapi gelombang kekerasan yang tumbuh setiap hari akibat kelompok ekstremis Takfiri dan Salafi di wilayah tersebut.
Cunningham juga menunjuk bahwa Arab Saudi mempersenjatai dan membayar kelompok-kelompok tentara bayaran ekstremis dengan ratusan juta dolar. Dia menambahkan, "Jaringan teror Wahhabi ini, yang menewaskan puluhan warga sipil setiap hari di Suriah dan Irak, telah didirikan oleh tokoh-tokoh senior di DPR Saud , termasuk Ketua Intelijen Kerajaan, Pangeran Bandar bin Sultan."
Fase baru serangan teroris di kawasan adalah dua ledakan di luar Kedutaan Besar Iran di kawasan selatan Janah, Beirut yang menewaskan dua lusin orang, termasuk enam warga negara Iran, dan melukai 150 lainnya.
Libanon telah mengidentifikasi seorang warga Libanon, Mouin Abu Daher dan Adnan Mousa Mohammad, seorang warga Palestina dari kamp pengungsi Ain al-Hilweh dekat Sidon sebagai pelaku pemboman. Keduanya memiliki link dengan Sheikh Salafi, Ahmed al-Assir . [IT/r]
"Arab Saudi serta Israel ingin mendapatkan keuntungan dari gelombang terorisme yang mengantam kawasan, seperti membangkitkan kekerasan sektarian dan memecah gerakan demokrasi," tulis Finian Cunningham dalam sebuah artikel Selasa (26/11/13).
Menurut Cunningham, rezim Saudi dan Zionis akan merugi jika perdamaian dan demokrasi berkembang di wilayah.
Banyak negara-negara regional, termasuk Suriah, Irak, Pakistan, Afghanistan dan Libanon tengah bergulat menghadapi gelombang kekerasan yang tumbuh setiap hari akibat kelompok ekstremis Takfiri dan Salafi di wilayah tersebut.
Cunningham juga menunjuk bahwa Arab Saudi mempersenjatai dan membayar kelompok-kelompok tentara bayaran ekstremis dengan ratusan juta dolar. Dia menambahkan, "Jaringan teror Wahhabi ini, yang menewaskan puluhan warga sipil setiap hari di Suriah dan Irak, telah didirikan oleh tokoh-tokoh senior di DPR Saud , termasuk Ketua Intelijen Kerajaan, Pangeran Bandar bin Sultan."
Fase baru serangan teroris di kawasan adalah dua ledakan di luar Kedutaan Besar Iran di kawasan selatan Janah, Beirut yang menewaskan dua lusin orang, termasuk enam warga negara Iran, dan melukai 150 lainnya.
Libanon telah mengidentifikasi seorang warga Libanon, Mouin Abu Daher dan Adnan Mousa Mohammad, seorang warga Palestina dari kamp pengungsi Ain al-Hilweh dekat Sidon sebagai pelaku pemboman. Keduanya memiliki link dengan Sheikh Salafi, Ahmed al-Assir . [IT/r]
Zionis
mempersenjatai para teroris takfiri yang beroperasi di negara kawasan Timur
Tengah, terutama Suriah.
Seorang
ulama Sunni terkemuka Lebanon Jumat (7/2) mengatakan, saat ini rezim Zionis
memasok kebutuhan senjata bagi kelompok Takfiri.
"Perubahan
sikap [negara-negara] pendukung teroris dari Qatar dan Turki hingga Arab Saudi
menunjukkan bahwa negara-negara ini tidak lagi memercayai mereka sebagai boneka
militernya untuk menggulingkan pemerintah Suriah, " tutur Sheikh Mahir
Hamoud, Jumat (7/2).
"Tampaknya,
non aktifnya Bandar bin Sultan dengan alasan menjalani perawatan medis
merupakan bagian dari skenario [Riyadh] mengubah kebijakan [Arab Saudi] dalam
urusan Lebanon dan Suriah," tegasnya.
Sebelumnya,
radio Israel (26/7/2013) melaporkan bahwa Arab Saudi menandatangani kesepakatan
senilai 50 juta dolar dengan militer rezim Zionis untuk memasok militan di
Suriah dengan peralatan militer Israel.
Laporan
tersebut menambahkan, senjata yang dipesan meliputi berbagai jenis rudal
anti-tank, kendaraan militer dan peralatan artileri.
Sumber-sumber
lain yang mengutip sumber dari kelompok militan Takfiri di Suriah mengatakan,
senjata-senjata Israel digunakan untuk mempertahankan kontrol atas kota Aleppo
dan sekitarnya dari serangan militer pemerintah Damaskus.
Sementara
itu, Presiden Rezim Zionis Israel, Shimon Peres terang-terangan menyuarakan
dukungan untuk mempersenjatai militan Takfiri di Suriah.
Selama
ini, Kepala intelijen Arab Saudi Pangeran Bandar bin Sultan menjadi
dalang di balik merebaknya aksi terorisme yang dilancarkan jaringan
internasional takfiri di dunia, terutama di negara-negara kawasan Timur Tengah
dan Afrika Utara.
Profesor
James Petras mengatakan Bandar menjadi dalang "Jaringan Teror Saudi"
dengan memasok keuangan, senjata dan pelatihan bagi kelompok takfiri
internasional.
"..data
yang dikumpulkan mengenai asal usul kelompok-kelompok ini dan pembiayaannya,
kami sampai pada kesimpulan bahwa Bandar Bin Sultan menjadi dalang dan pemodal
utama dari operasi ini, " kata Profesor Binghamton University di New
York ini.
"Hal
ini menjadi benar-benar jelas di Suriah dan sebelumnya Irak," tegasnya.
Tahun
lalu, Raja Saudi Abdullah menunjuk saudara Bandar bin Sultan, Pangeran Salman
bin Sultan, sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Bandar bersama kakaknya mendukung
militan asing yang beroperasi di Suriah untuk menggulingkan presiden Assad.(IRIB
Indonesia/PH)
syiahbukanislam !
BalasHapusTak ada Islam jika tak ada Syi'ah, sebab semua penganut agama Islam adalah Syi'ah (pengikut dan penerus) Islam
BalasHapus