Ada
beberapa sebab mengapa Syiah menjadi mayoritas di Iran. Beberapa hal di antaranya
dijelaskan oleh Ayatullah Muhammad Al-Musawi kepada Al-Hafizh Muhammad Rasyid dalam
dialognya di kota Peshawar.
Pertama karena ketiadaan fanatisme kebangsaan, kepentingan
kelompok, dan motif kesukuan pada orang Persia. Mereka tidak terkait kepada
salah satu kabilah sebagaimana kabilah Quraisy atau kabilah di Jazirah Arab lainnya. Lalu kemudian
mereka menemukan hal itu pada diri Ali bin Abi Thalib. Kefanatikan dan
kepentingan kelompok (suku/bani/kabilah) tidak menghalangi mereka dari jalan
ahlulbait.
Kedua, karena kecerdasan dan kerasionalan mereka yang
mencegah mereka bersikap fanatik dan taklid buta. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/422) meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw
pernah bersabda, “Kalau ilmu itu berada di bintang Tsuraiya, yang akan
memperolehnya adalah dari orang Persia.” Begitu juga Ibnu Qani dalam Al-Ishâbah (3/459) meriwayatkan, “Kalau agama itu bergantung pada
bintang, yang memperolehnya adalah orang Persia.”
Ketiga, Imam Ali bin Abi Thalib mengetahui hak setiap orang
dan hak tawanan dalam Islam. Sebab, Nabi Muhammad saw pernah mewasiatkan kepada
kaum Muslim agar berlaku baik kepada tawanan. Nabi bersabda,
“Berilah mereka makanan dengan makanan yang biasa kalian makan. Berilah mereka
pakaian dengan yang biasa kalian pakai.” Sedangkan yang lain tidak
mengetahuinya, atau kalau pun tahu mereka tidak menjalankannya.
Dalam
sejarah dikisahkan bahwa ketika Islam membawa tawanan dari Persia (Iran) ke Madinah, sebagian kaum Muslim memperlakukan mereka
secara tidak patut. Maka Imam Ali bin
Abi Thalib bangkit membela para
tawanan itu, khususnya kepada kedua puteri Kisra ketika khalifah Abu Bakar
hendak menjual mereka. Akan tetapi Imam Ali mencegahnya dan mengatakan, “Rasulullah melarang menjual raja serta putra-putrinya.”
Lalu
ia menyuruh masing-masing dari kedua putri Kisra itu memilih seorang laki-laki
dari kaum muslim yang akan menikahinya. Salah seorang di antara mereka yang
bernama Syahr Banu memilih Imam Husain bin Imam Ali.
Ketika
penduduk Iran melihat dan mendengar pernikahan kedua puteri
Yazdajird dan penghormatan Imam Ali kepada keduanya, mereka berterima kasih
atas sikap mulia dan manusiawi dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Ini
merupakan sebab terpenting yang mendorong penduduk Iran lebih mendalami pribadi
suci Ali.
Keempat, semacam ada keterikatan khusus penduduk Iran dengan Salman Al-Farisi yang merupakan anggota keluarga mereka. Karena
keislaman Salman yang mengagumkan dan kedudukannya yang mulia di sisi Nabi
Muhammad saw, ia dianggap sebagai bagian dari ahlulbait. Sebuah hadis
meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Salman adalah bagian dari kami, ahlulbait.”
Sejak hari itu, ia biasa dipanggil dengan Salman Al-Muhammadi.
Karena
Salman Al-Farisi merupakan bagian dari Syiah ahlulbait,
ia termasuk orang yang menentang perkumpulan di Saqifah dan pemilihan khalifah di sana, lalu kemudian mengajak
kaumnya untuk berpegang kepada Syi’ah ahlulbait –di mana pengganti dan penerus
Rasulullah berdasarkan wahyu ayat 67 surah Al-Maidah yang memberi perintah
kepada Nabi Muhammad saw untuk mengumumkan pengangkatan Imam Ali sebagai
penerus kepemimpinan Rasulullah secara keagamaan dan kemasyarakatan, yang mana
Rasulullah kemudian mengumumkannya di Ghadir Khum saat Haji Wada’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar