Jumat, 06 November 2015

Kenapa Iran Mayoritas Syi'ah?



Ada beberapa sebab mengapa Syiah menjadi mayoritas di Iran. Beberapa hal di antaranya dijelaskan oleh Ayatullah Muhammad Al-Musawi kepada Al-Hafizh Muhammad Rasyid dalam dialognya di kota Peshawar.

Pertama karena ketiadaan fanatisme kebangsaan, kepentingan kelompok, dan motif kesukuan pada orang Persia. Mereka tidak terkait kepada salah satu kabilah sebagaimana kabilah Quraisy atau kabilah di Jazirah Arab lainnya. Lalu kemudian mereka menemukan hal itu pada diri Ali bin Abi Thalib. Kefanatikan dan kepentingan kelompok (suku/bani/kabilah) tidak menghalangi mereka dari jalan ahlulbait.

Kedua, karena kecerdasan dan kerasionalan mereka yang mencegah mereka bersikap fanatik dan taklid buta. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/422) meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Kalau ilmu itu berada di bintang Tsuraiya, yang akan memperolehnya adalah dari orang Persia.” Begitu juga Ibnu Qani dalam Al-Ishâbah (3/459) meriwayatkan, “Kalau agama itu bergantung pada bintang, yang memperolehnya adalah orang Persia.”

Ketiga, Imam Ali bin Abi Thalib mengetahui hak setiap orang dan hak tawanan dalam Islam. Sebab, Nabi Muhammad saw pernah mewasiatkan kepada kaum Muslim agar berlaku baik kepada tawanan. Nabi bersabda, “Berilah mereka makanan dengan makanan yang biasa kalian makan. Berilah mereka pakaian dengan yang biasa kalian pakai.” Sedangkan yang lain tidak mengetahuinya, atau kalau pun tahu mereka tidak menjalankannya.

Dalam sejarah dikisahkan bahwa ketika Islam membawa tawanan dari Persia (Iran) ke Madinah, sebagian kaum Muslim memperlakukan mereka secara tidak patut. Maka Imam Ali bin Abi Thalib bangkit membela para tawanan itu, khususnya kepada kedua puteri Kisra ketika khalifah Abu Bakar hendak menjual mereka. Akan tetapi Imam Ali mencegahnya dan mengatakan, “Rasulullah melarang menjual raja serta putra-putrinya.”

Lalu ia menyuruh masing-masing dari kedua putri Kisra itu memilih seorang laki-laki dari kaum muslim yang akan menikahinya. Salah seorang di antara mereka yang bernama Syahr Banu memilih Imam Husain bin Imam Ali.

Ketika penduduk Iran melihat dan mendengar pernikahan kedua puteri Yazdajird dan penghormatan Imam Ali kepada keduanya, mereka berterima kasih atas sikap mulia dan manusiawi dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Ini merupakan sebab terpenting yang mendorong penduduk Iran lebih mendalami pribadi suci Ali.

Keempat, semacam ada keterikatan khusus penduduk Iran dengan Salman Al-Farisi yang merupakan anggota keluarga mereka. Karena keislaman Salman yang mengagumkan dan kedudukannya yang mulia di sisi Nabi Muhammad saw, ia dianggap sebagai bagian dari ahlulbait. Sebuah hadis meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Salman adalah bagian dari kami, ahlulbait.” Sejak hari itu, ia biasa dipanggil dengan Salman Al-Muhammadi.

Karena Salman Al-Farisi merupakan bagian dari Syiah ahlulbait, ia termasuk orang yang menentang perkumpulan di Saqifah dan pemilihan khalifah di sana, lalu kemudian mengajak kaumnya untuk berpegang kepada Syi’ah ahlulbait –di mana pengganti dan penerus Rasulullah berdasarkan wahyu ayat 67 surah Al-Maidah yang memberi perintah kepada Nabi Muhammad saw untuk mengumumkan pengangkatan Imam Ali sebagai penerus kepemimpinan Rasulullah secara keagamaan dan kemasyarakatan, yang mana Rasulullah kemudian mengumumkannya di Ghadir Khum saat Haji Wada’. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar