Beliau melampaui kedudukan
Nabi Adam di langit pertama dan melampaui kedudukan Nabi Yahya dan Nabi Isa di
langit kedua. Lalu Tuhan pemilik kemuliaan memanggil, "hendaklah hamba-Ku
lebih tinggi lagi." Kemudian hamba Allah SWT dan Nabi-Nya yang mulia
mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Beliau melampaui langit yang ketiga,
keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Beliau melampaui alam materi semuanya dan
melampaui alam ruhani. Akhirnya, beliau sampai ke Sidratul Muntaha. Beliau
sampai di tempat yang suci yang Allah SWT menamakannya dengan sebutan Sidratul
Muntaha dan di sana Nabi melihat dan menyaksikan Jannatul Ma'wa. Beliau
menyaksikan yang kita tidak mampu mengetahuinya dan memahaminya bahkan
membayangkannya: "(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidnk (pula) melampauinya."
(QS. an-Najm: 16-17)
Sungguh terjadilah pada
tempat itu apa yang terjadi dengannya. Dengan kebesaran yang misteri ini, Allah
SWT memberitahu kita bahwa terjadilah hal penting di sana meskipun hakikat hal
tersebut tersembunyi dari kita. Sesuatu yang Allah SWT sembunyikan dari kita
tersebut disaksikan oleh Rasul saw. Itu adalah mukjizat yang khusus baginya;
itu adalah tingkat cinta yang tidak tersingkap tabirnya karena ketinggiannya
yang tidak mampu ditangkap oleh pengetahuan manusia biasa.
Kemudian Tuhan pemilik
surga dan neraka memanggil, "hendaklah hamba-Ku lebih tinggi lagi."
Hamba Allah SWT Muhammad bin Abdillah menaik ke tempat yang tinggi. Kali ini
beliau melihat Jibril yang berada di belakangnya lalu beliau mendapatinya dalam
keadaan bertasbih kepada Allah SWT. Jibril tidak berada dalam wujud manusia seperti
yang Nabi saksikan ketika berada di dunia. Jibril as kembali ke dalam wujud
malaikatnya. Nabi melihat Jibril dan ia merupakan tanda kebesaran Allah SWT
yang Allah SWT janjikan untuk diperlihatkan kepadanya: Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya." (QS. an-Najm: 17)
Pemandangan itu terjadi
dengan hati dan mata serta panca indera yang dikenal dan yang tidak dikenal.
Pemandangan itu benar-benar jelas. Di sana bukan mimpi, bukan khayalan, dan
bukan gambaran. Rasul saw melihat semua itu dengan jasadnya dan ruhaninya: "Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya." (QS. an-Najm: 17)
Kemudian Rasulullah saw
menuju ke tempat yang tinggi dan lebih tinggi lagi. Beliau semakin naik ke
tingkat yang makin tinggi sampai beliau berdiri di hadapan Tuhan Pencipta
langit dan bumi dan Penebar kasih sayang di dunia dan di akhirat. Orang Muslim
yang paling sempurna itu bersujud di hadapan Tuhan Sang Pencipta sambil
berkata: "Sungguh penghormatan dan keberkatan serta shalawat yang baik
tertuju hanya kepada Allah SWT." Allah SWT membalasnya: "Salam
kepadamu wahai Nabi dan rahmat Allah SWT serta berkat-Nya juga tercurah
kepadamu." Para malaikat pun ketika mendengar ucapan itu bertasbih dan
mengatakan: "Salam kepada kita dan kepada hamba-hamba Allah SWT yang
saleh."
Ungkapan-ungkapan tersebut
merupakan permulaan tahiyat (penghormatan) yang diucapkan
orang-orang Muslim saat mereka melaksanakan salat pada setiap hari. Salat telah
diwajibkan atas kaum Muslim pada kesempatan yang besar ini. Hal populer di
kalangan umumnya kaum Muslim adalah, bahwa Allah SWT mewajibkan atas Nabi
mula-mula lima puluh salat sehari. Kemudian Nabi turun dari langit lalu beliau
menemui Nabi Musa. Selanjutnya Nabi Musa bertanya kepadanya tentang jumlah
salat yang diwajibkan Allah SWT kepada umatnya. Nabi menceritakan bahwa Allah
SWT telah menentukan lima puluh kali salat. Nabi Musa berkata sungguh umatmu
tidak akan kuat untuk melakukan salat itu, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan
mohonlah kepadanya agar Dia meringankan bagi umatmu. Lalu Nabi kembali kepada
Tuhan-Nya sehingga Allah SWT meringankan salat hingga sepuluh kali. Setelah
itu, Nabi kembali bertemu dengan Nabi Musa. Lagi-lagi Nabi Musa memperingatkannya.
Kemudian Nabi kembali lagi kepada Allah SWT sehingga sampai diturunkan salat
dari lima puluh kali menjadi lima kali sehari. Namun salat yang lima kali itu
pahalanya sama dengan salat yang lima puluh kali.
Menurut hemat kami, kisah
tersebut tidak memiliki sandaran dalam kitab-kitab ulama yang benar-benar
teliti. Kami kira, kisah itu tersebut merupakan rekayasa orang-orang Yahudi di
mana mereka masuk Islam dan mereka memenuhi kitab-kitab dengan dongeng-dongeng
khurafat dan mereka menisbatkannya kepada Rasul. Prasangka tersebut didukung
oleh pemilihan Musa sebagai seorang Nabi yang mengusulkan kepada Rasul saw agar
meminta keringanan atas umatnya sehingga terkesan Nabi Musa menjadi seseorang
yang lebih mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Nabi Muhammad. Kami
sendiri cenderung untuk menolak kisah tersebut dengan keyakinan bahwa pertemuan
Nabi dengan Allah SWT menimbulkan rasa kebesaran dan kewibawaan yang luar biasa
sehingga ketika Nabi telah pergi, maka sangat berat baginya untuk kembali lagi.
Nabi menyaksikan dan
melihat hal-hal yang tidak mampu diungkap oleh lisan dan tidak mampu ditulis
dengan pena. Beliau berada di suatu keadaan yang tidak dapat dipahami oleh
manusia biasa. Al-Qur'an al-Karim sengaja tidak mcnyebutkan apa saja yang
dilihat oleh Nabi karena itu mernpakan rahasia antara Nabi dan Tuhannya dan
mukjizat yang khusus yang diperuntukkan baginya sebagai bentuk penghormatan
kcpadanya. Jadi Al-Qur'an sengaja tidak menyebutkan itu semua untuk menegaskan
bahwa beliau melihat tanda dari tanda-tanda kebesaran Tuhannya.
Kami tidak mengetahui apa
yang dilihat oleh Nabi. Hal yang dapat kami bayangkan adalah, bahwa Nabi
bersujud dengan khusuk di hadapan Tuhannya dan beliau menangis karena gembira.
Kesedihan hatinya telah hilang selamanya. Setelah Nabi melihat rahasia dan
setelah penghormatan yang besar ini, beliau kembali menemani Buraq dan pergi
bersama Jibril untuk kembali ke bumi. Beliau kembali dan mendapati tempat
tidurnya masih dingin. Bagaimana beliau pergi dan kembali sementara tempat
tidumya belum dingin? Berapa lama waktu yang diperlukannya saat melakukan
perjalanan tersebut? Hanya Allah SWT semata yang mengetahui. Yang kita ketahui
adalah, bahwa Rasulullah saw kembali ke tempat tidurnya setelah Isra' dan
Mi'raj dan hatinya dipenuhi dengan kegembiraan serta dadanya dipenuhi dengan
ketenangan dan kepuasan serta kefanaan dalam cinta kepada Allah SWT.
Kemudian datanglah waktu
pagi. Nabi menceritakan perjalanan dan pengalaman tersebut kepada
sahabat-sahabatnya dan orang-orang Musyrik sehingga berimanlah orang-orang yang
beriman padanya dan mendustakan kepadanya orang-orang yang mendustakannya.
Namun beliau tidak peduli dengan semua itu. Nabi terus melangsungkan
perjuangannya dengan penuh kesabaran.
Akhirnya, datanglah suatu
masa di mana Nabi saw mengetahui bahwa dakwah Islam di Mekah telah mengalami
penekanan yang luar biasa sehingga keadaan sangat tidak mendukung bagi kaum
Muslim. Rasulullah saw bergerak dengan dakwahnya. Lalu Allah SWT mewahyukan
kepadanya agar ia berhijrah. Kemudian mulAllah Nabi berhijrah di jalan Allah
SWT setelah tiga belas tahun beliau di Mekah. Islam ingin membangun negaranya
dan ingin menghilangkan pengepungan dan serangan kaum musyrik. Mula-mula
terjadilah perubahan sedikit dalam keadaan kaum Muslim.
Rasulullah saw keluar
dalam musim haji untuk menunjukkan dirinya pada kabilah-kabilah Arab
sebagaimana yang beliau lakukan pada setiap musim. Beliau berada di tempat yang
bernama 'Aqabah, lalu beliau bertemu dengan jamaah dari Khazraj. Rasulullah saw
berkata kepada mereka, "siapa kalian?" Mereka menjawab: "Kami
berasal dari kelompok Khazraj." Beliau berkata. "apakah kalian
termasuk pembantu kaum Yahudi?" Mereka menjawab, "benar." Beliau
berkata, "maukah kalian duduk bersama aku karena aku ingin sedikit
berbicara dengan kalian." Mereka menjawab: "Boleh." Kemudian
mereka duduk bersama Nabi lalu beliau mengajak mereka untuk mengikuti agama
Allah SWT.
Rasulullah saw sedikit
menceritakan Islam kepada mereka dan membacakan Al-Qur'an. Enam orang
mendengarkan apa yang disampaikan oleh Nabi saw. Setelah beliau selesai dari
pembicaraannya, mereka membenarkannya dan beriman kepadanya. Kemudian mereka
menceritakan kepada Nabi saw bahwa mereka meninggalkan kaumnya karena kaum
mereka terlibat peperangan dan kebencian. Mudah-mudahan Allah SWT mengumpulkan
mereka dengan kedatangan Nabi saw yang mulia ini. Mereka memberitahu Nabi saw
bahwa mereka akan menceritakan kepada kaumnya apa yang mereka dengar dari Nabi
saw dan akan mengajak mereka untuk memenuhi dakwah Nabi.
Keenam lelaki itu kembali
ke kota Madinah yang berubah namanya menjadi Madinah Munawarah yang sebelumnya
ia bernama Yatsrib di zaman jahiliah. Allah SWT berkehendak untuk meneranginya
dengan Islam. Para lelaki itu kembali ke Madinah dan mereka membawa Islam di
hati mereka sehingga banyak orang yang masuk Islam.
Kemudian datanglah musim
haji dan keluarlah dari Madinah dua belas orang lelaki dari orang-orang yang
beriman yang di antara mereka terdapat enam orang yang Rasulullah saw telah
berdakwah kepada mereka pada musim yang dulu dan Nabi saw menemui mereka di
'Aqabah. Kemudian Nabi melakukan baiat pada mereka agar mereka mempertahankan
keimanan dan membela dakwah kebenaran serta kemanusiaan.
Kaum lelaki itu kembali ke
Madinah disertai salah seorang yang terpercaya dari tokoh Islam yaitu Mus'ab
bin Umair di mana ia menjadi utusan Rasulullah saw di Madinah dan ia mengajari
manusia tentang agama mereka dan membacakan kepada mereka Al-Qur'an dan
menyerukan kebenaran kepada manusia sehingga tersebarlah Islam di Madinah.
Penduduk Madinah mulai bertanya-tanya, mengapa saudara-saudara kita kaum Muslim
Mekah ditindas? Mengapa Rasul saw keluar untuk berdakwah dan menebarkan rahmat
tetapi beliau justru mendapatkan angin kebencian? Sampai kapan kita akan
membiarkan Rasulullah saw teraniaya dan terusir di Mekah?
Demikianlah, pergilah
tujuh puluh orang ke Mekah, tujuh puluh orang dari penduduk Madinah Munawarah.
Mereka pergi ke 'Aqabah dalam keadaan sendirian dan berkelompok-kelompok. Islam
telah menghasilkan buah pertamanya dalam hati mereka sehingga hati mereka
dipenuhi cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta kaum Muslim. Penderitaan
yang dialami kaum Muslim mempengaruhi jiwa mereka dan mencegah mereka dari
mendapatkan kenikmatan tidur dan nikmatnya memakan dan nikmatnya kehidupan.
Orang-orang yang baik itu datang dan berbaiat kepada Rasul saw untuk membela
beliau menolongnya dan melindunginya serta siap untuk mati di jalannya. Mereka
datang setelah hati mereka diliputi oleh Islam dan mereka memberikan segala
sesuatu untuk dakwah yang baru; mereka datang sebagai pecinta-pecinta
kebenaran.
Kitab-kitab hadis yang
suci meriwayatkan apa yang terjadi pada baiat 'Aqabah al-Kubra. Dalam kitab
tersebut dikatakan bahwa Abbas Ibnu Abdul Muthalib datang bersama Nabi dan saat
itu ia masih berada dalam agama kaumnya. Ia ingin menyelesaikan urusan anak
pamannya. Ketika ia duduk dan berbicara, ia mengatakan suatu pernyataan yang
mengisyaratkan bahwa Muhammad saw mendapatkan kemuliaan dari kaumnya dan kekuatan
di negerinya tetapi ia enggan dan memilih untuk bergabung bersama kalian wahai
penduduk Madinah. Jika kalian memenuhi janjinya dan melindunginya, maka
ambillah ia, namun jika kalian khawatir jika suatu saat nanti akan
mengkhianatinya, maka mulai dari sekarang biarkanlah ia di negerinya.
Kata-kata Abbas tersebut
berasal dari fanatisme kesukuan dan ikatan darah keluarga namun penduduk
Madinah tidak begitu peduli dengan kalimat Abbas itu karena ia bukan termasuk
dari agama mereka dan ia tidak mengetahui tingkat cinta kepada Rasul saw yang
mereka capai. Abbas bin Abdul Muthalib menunggu jawaban dari penduduk Madinah.
Lalu mereka berkata kepadanya, "Kami telah mendengar apa yang engkau
katakan, maka berbicaralah ya Rasulullah, ambilah untuk dirimu dan Tuhanmu apa
saja yang engkau sukai."
Kita ingin mengamati
jawaban sekelompok orang yang mukmin dari penduduk Madinah ini sehingga
Rasulullah saw berbicara. Jawaban yang dicari oleh Abbas bin Abu Muthalib
tersembunyi dalam pernyataan Nabi. Demikianlah setelah Rasulullah saw
mengucapkan kalimatnya, maka tidak keluar pemyataan apa pun. Cukup hanya Nabi
yang berbicara dan mereka hanya menaatinya. Mereka meminta kepada beliau agar
mengambil pada dirinya dan Tuhannya apa saja yang beliau sukai; mereka merasa tidak
memiliki apa-apa dan tidak memiliki keputusan. Nabi berbicara lalu beliau
membaca Al-Qur'an dan mengajak ke jalan Allah SWT. Kemudian beliau bebicara
tentang Islam dan beliau membaiat mereka agar membantu beliau sehingga mereka
pun membaiat kepadanya. Demikianlah terjadinya baiat 'Aqabah al-Kubra.
Orang-orang yang terpilih
oleh Allah SWT itu mengetahui bahwa sebentar lagi mereka akan diajak untuk
mengangkat senjata: mereka diajak untuk mendapatkan kematian di bawah naungan
pedang. Mereka menenangkan Rasulullah saw bahwa beliau akan mendapati
orang-orang yang sudah terlatih dalam peperangan karena mereka mewarisi dari
kakek-kakek mereka.
Salah seorang dari tujuh
puluh orang itu menyebutkan masalah yang penting. Abul Haitsyam berkata:
"sesungguhnya di antara orang-orang Madinah dan Yahudi terdapat suatu tali
ikatan, maka mereka boleh jadi akan memutuskannya lalu, apakah sikap yang harus
kita ambil jika mereka lakukan hal itu dan memusuhi orang-orang Yahudi,"
kemudian Allah SWT menolong Nabi dan memenangkan atas kaumnya, lalu ia kembali
kepada mereka dan meninggalkan mereka di bawah kasih sayang orang-orang Yahudi.
Perhatikanlah bahwa
pertanyaan tersebut berkisar pada kecintaan kepada Nabi dan keinginan agar Nabi
tetap bersama mereka selama perjalanan hari dan bulan. Masalah yang dituntut
oleh Abbas bin Abdul Muthalib secara jelas adalah masalah perlindungan mereka
kepada Nabi, di mana hal tersebut tidak lagi diperdebatkan oleh orang-orang
yang terpilih dari penduduk Madinah. Namun masalah yang mereka inginkan adalah
masalah perlindungan Nabi dan keberadaan Nabi bersama mereka di Madinah.
Nabi tersenyum dan beliau
mengatakan kalimat-kalimat yang justru menekankan bahwa ikatan akidah lebih
kuat daripada ikatan darah. Beliau berkata: "Tetapi darah adalah darah dan
kehancuran adalah kehancuran. Aku dari kalian dan kalian dariku aku akan
memerangi orang-orang yang kalian perangi dan aku akan berdamai dengan
orang-orang yang kalian berdamai dengan mereka."
Akhirnya, penduduk Madinah
pergi dan kembali ke negeri mereka. Kemudian berita tentang baiat ini sampai
ketelinga orang-orang Mekah dan para tokoh musyrik, lalu mereka justru menambah
penekanan kepada Rasulullah saw dan kaum Muslim.
Para preman Mekah
berkumpul di Darul Nadwah. Mereka menetapkan akan mengambil sesuatu keputusan
penting berkaitan dengan Nabi. Salah seorang dari mereka mengusulkan agar
beliau dibelenggu dengan besi lalu dibuang di penjara sehingga beliau mati
kelaparan. Sebagian lagi mengusulkan agar beliau dibuang dari Mekah dan diusir.
Abu Jahal mengusulkan agar mereka mengambil dari setiap keluarga dari
keluarga-keluarga Quraisy seorang pemuda yang kuat, kemudian setiap dari mereka
diberi pedang yang terhunus dan hendaklah mereka memukulkan pedang itu ke tubuh
Nabi. Jika mereka berhasil membunuhnya niscaya semua kabilah bertanggung jawab
terhadap darah sang Nabi dan Bani Hasyim tidak akan mampu menuntut dan
memerangi orang Arab semuanya dan mereka akan menerima diat sebagai tebusan
dari pembunuhan itu. Demikianlah persekongkolan itu digelar dan mereka sepakat
untuk melaksanakan hal itu. Namun Al-Qur'an al-Karim menyingkap persekongkolan
yang dilakukan orang-orang kafir itu dalam firman-Nya: "Dan (ingatlah),
ketika orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
itu. Dan Allah sebaik-baih Pembalas tipu daya." (QS. al-Anfal: 30)
Allah SWT mewahyukan
kepada Nabi-Nya agar ia berhijrah. Lalu Nabi mulai menyiapkan sarana-sarana
untuk hijrahnya. Beliau menyembunyikan urusan tersebut bahkan beliau tidak
memberitahu sahabat yang akan menemaninya. Rasulullah saw menyewa seorang
penunjuk jalan yang pengalaman yang mengenal padang gurun seperti mengenal
garis-garis tangannya. Yang mengherankan penunjuk jalan itu adalah seorang
musyrik. Demikianlah Nabi memita bantuan kepada orang yang ahli tanpa
memperhatikan keyakinannya.
Kemudian datanglah malam
pelaksanaan kejahatan itu. Rasulullah saw memerintahkan Ali bin Abi Thalib
untuk tidur di tempat tidumya di malam tersebut. Datanglah pertengahan malam
dan Rasulullah saw pun keluar dari rumahnya. Para pemuda Mekah mengepung rumah.
Mereka menghunuskan pedangnya. Nabi menggenggam tanah lalu beliau
melemparkannya ke arah kaum sehingga mereka pun merasa kantuk sehingga Nabi saw
dapat menembus kepungan mereka. Beliau keluar dari Mekah dan berhijrah.
Dengan langkah yang
diberkati ini, kaum Muslim menanggali tahun-tahun mereka. Tahun dalam Islam
adalah tahun Hijiriah, sedangkan kaum Masehi menanggali tahun mereka dengan
kelahiran Isa dan ini disebut dengan tahun Masehi. Adapun tahun-tahun Islam,
maka ia ditanggali pertama kalinya saat Rasulullah saw keluar berhijrah di
jalan Allah SWT. Hijrah Rasul bukan hanya lari dari penindasan tetapi lari dari
kebekuan; hijrah tersebut bukan keluar dari keamanan tetapi keluar dari bahaya.
Islam di Mekah hanya dapat mempertahankan dirinya tetapi ketika ia keluar ke
Madinah ia mempertahankan dirinya ketika menyerang. Dan selama beberapa tahun
masa yang dihabiskan di Mekah, tak seorang dari kaum Muslim yang mengangkat
senjata. Ketika mereka keluar ke Madinah, mereka mulai membawa senjata dan
mulai menyalakan obor peperangan. Islam mulai membawa senjata sebagaimana luka
akan sembuh dengan syarat jika diobati. Nabi saw mengetahui bahwa Islam tidak
akan menghabiskan usianya hanya untuk melawan serangan pada dirinya; Islam
ingin tersebar; Islam ingin mendirikan negaranya yang pertama yaitu suatu
negara yang belum pernah dikenal di muka bumi negara seperti itu. Negara yang
mencapai keadilan, kasih sayang, dan idealisme yang begitu luar biasa di mana
hukum Allah SWT ditegakkan dan kehormatan manusia benar-benar dijaga.
Inilah kedalaman hijrah
yang mengesankan yaitu pendirian negara Islam setelah sebelumnya membangun
individu masyarakat Muslim. Setelah Rasul saw membangun masyarakat Muslim dan
membangun masjid, maka beliau membangun suatu negara Islam. Selanjutnya,
sayap-sayap dakwah mengepak.
Kami kira pembaca tidak
akan bertanya, apa gunanya pembangunan masjid ditingkatkan sementara Islam
masih mengalami penindasan di muka bumi. Kami kira pembaca lebih pintar
daripada orang yang tidak mengetahui bahwa masjid yang dibangun Rasulullah saw
di Madinah bukan tempat peristirahatan dari keletihan, tetapi masjid merupakan
pusat dari kepemimpinan pergerakan Islam dan kepemimpinan menuju peperangan
Islam.
Manusia mandi di masjid
dengan cahaya Allah SWT setelah itu mereka mandi di kancah peperangan dengan
darah mereka. Pertanyaannya adalah, siapakah di antara mereka yang akan
terbunuh di jalan Allah SWT sebelum saudaranya? Demikianlah perlombaan dalam
perbaikan terjadi di antara mereka. Dengan cara demikianlah Islam tersebar.
Sementara itu, Nabi
berlindung di suatu gua; di gunung yang bernama Tsur. Beliau masuk ke gua itu
bersama sahabatnya Abu Bakar. Dan orang-orang musyrik pergi menyusul beliau
dengan membawa pedang mereka. Lalu mereka sampai ke gunung itu. Abu Bakar
berkata kepada Rasul saw dengan keadaan gelisah, "seandainya salah seorang
mereka melihat di bawah kakinya niscaya mereka akan melihat kita."
Dengan tenang, Rasulullah
saw menepis kegelisahan Abu Bakar dan berkata: "Wahai Abu Bakar apa yang
kamu kira dengan dua orang yang ada di tempat yang sepi sementara Allah SWT
menjadi ketiga di antara mereka?" Sebelum Rasulullah saw mengakhiri
kalimatnya, terdapat laba-laba yang selesai dari menenun rumahnya di atas pintu
gua. Kitab-kitab sejarah mengatakan bahwa kaum musyrik mengikuti jejak sang
Nabi sehingga mereka sampai di gunung Tsur lalu di situlah mereka mengalami
kebingungan. Mereka mendaki gunung dan mendaki gua itu. Lalu mereka melihat di
atas pintu gua itu terdapat tenunan laba-laba. Mereka mengatakan, seandainya
seseorang masuk di dalamnya niscaya tidak akan terdapat tenunan laba-laba di
atas pintunya. Beliau tinggal di gua itu selama tiga malam.
Demikianlah keimanan
tenunan laba-laba yang lembut dimenangkan atas ketajaman pedang kaum musyrik
sehingga Nabi bersama sahabatnya pun selamat. Kini, kedua orang itu menuju
Madinah. Dan Madinah pun menyambut mereka. Ketika Rasulullah saw dan sahabatnya
memasuki Madinah, mula-mula masyarakat tidak mengenal siapa di antara mereka
yang menjadi Rasul karena saking baiknya sikap Rasul terhadap sahabatnya.
Akhirnya, Nabi menerangi kota Madinah. Beliau membangun masjid dan mendirikan
negaranya serta memerangi musuh-musuhnya dan tersebarlah Islam dan Mekah pun
ditaklukkan dan Baitul Haram disucikan.
Beliau menanamkan dalam
akal dan hati suatu cahaya yang tidak akan pernah padam. Kemudian
berlangsunglah sepuluh tahun yang dilewatinya di Madinah di mana beliau tidak
menggunakannya untuk berleha-leha. Demikian juga selama masa tiga belas tahun
yang beliau lalui di Mekah, beliau pun tidak mendapatkan istirahat yang cukup.
Semua kehidupan beliau hanya untuk Allah SWT dan hanya untuk Islam. Beban berat
yang dipikul oleh punggung beliau yang mulia lebih berat dari beban yang
dipikul oleh gunung. Meskipun beliau seorang diri, tetapi beliau mampu memikul
amanat yang pernah Allah SWT tawarkan kepada langit dan bumi serta gunung namun
mereka pun enggan untuk memikulnya. karena mereka menyadari bahwa mereka tidak
akan mampu memikulnya. Lalu datanglah beliau dan beliau pun mampu memikul
amanat itu dan melaksanakannya secara sempurna. Yaitu amanat untuk menyampaikan
agama Allah SWT; amanat untuk menyucikan akal manusia dari polusi khayalisme
dan khurafatisme: amanat yang mewarnai kehidupan dengan hanya sujud kepada
Allah SWT.
Kemudian mengalirlah dalam
memori Nabi saw suatu arus dari gambar-gambar hidup: bagaimana saat beliau
memasuki Madinah. Lewatlah di hadapan akal beberapa memori dan nostalgia:
bagaimana wahyu yang turun kepadanya dengan membawa risalah di gua Hira,
kemudian berubahlah pandangan dan bertiuplah angin kebencian kepadanya, bahkan
angin itu membawa pasir-pasir tuduhan-tuduhan yang dilemparkan ke wajah suci
beliau. Beliau berdiri sambil tersenyum dan hatinya dipenuhi dengan kesedihan
di hadapan gelombang gurun dan kesendirian serta badai kesengsaraan.
"Wahai manusia, tiada Tuhan selain Allah SWT. Demikianlah kalimat yang
beliau katakan. Meskipun kalimat itu tampak sederhana namun ia mampu
membangkitkan dunia. Dan bergeraklah patung-patung yang begitu banyak yang
memenuhi kehidupan dan mereka membekali dirinya dengan kegelapan dan kebencian
yang dialamatkan kepada sang Nabi. Para pembesar. para penguasa, uang, emas,
serta kebencian dan kedengkian setan yang klasik dan banyaknya orang-orang
munafik, semua ini menjadi musuh nyata sang Nabi pada saat beliau mengatakan
"tiada Tuhan selain Allah SWT." Nabi mengingat kembali Waraqah bin
Nofel ketika menceritakan kepadanya apa yang terjadi dan apa yang dialami
beliau di gua Hira. Tidakkah ia mengatakan kepadanya bahwa kaumnya akan
mengusirnya?
Hari-hari hijrah sangat
panjang dan berat. Matahari sangat dekat dengan kepala dan rasa panas sangat
mencekik tenggorokan dan rasa pusing-pusing pun semakin meningkat. Setelah
hijrah, Nabi memasuki Madinah. Beliau disambut oleh kaum Anshar dengan sambutan
luar biasa. Beliau datang sendirian lalu mereka menolongnya; beliau datang
dalam keadaan takut lalu mereka mengamankannya; beliau datang dalam keadaan
lapar lalu mereka memberinya makanan; beliau datang dalam keadaan terusir lalu
mereka memberikan perlindungan.
Bangunan Islam mulai
ditancapkan di Madinah. Beliau mulai membangun negaranya setelah beliau
membangun sumber daya manusia Islam yang tangguh. Yang pertama kali dibangunnya
adalah sumber daya Islam, setelah itu beliau baru membangun negara. Tidak ada
nilai yang berarti dari satu sistem yang hanya berdasarkan prinsip-prinsip
besar yang tidak lebih dari sekadar tinta di atas kertas. Penerapan
prinsip-prinsip adalah tolok ukur final dari nilai apa pun yang diberlakukan di
dunia. Dan Islam telah berhasil menerapkan pada masa-masa pertamanya suatu
sistem yang belum pernah dikenal dalam kehidupan manusia suatu sistem seperti
itu. Yaitu sitem yang menunjukkan keadilan, persaudaraan, dan kasih sayang yang
mengagumkan. Hal yang pertama kali dilakukan Rasulullah saw adalah membangun
masjid di mana di situlah unta yang ditungganinya berhenti. Mesjid itu tampak
sederhana. Tikarnya terdiri dari pasir-pasir dan batu-batu. Tiangnya terbuat
dari batang-batang kurma. Barangkali ketika turun hujan, maka tanahnya akan
menjadi lumpur karena mendapat siraman air hujan. Mungkin ketika angin bertiup
dengan kecang, maka ia akan mencabut sebagian dari atapnya.
Di bangunan yang sederhana
ini, Rasulullah saw mendidik generasi Islam yang tangguh yang dapat
menghancurkan orang-orang yang lalim dan para penguasa yang bejat dan mereka
mampu mengembalikan kebenaran ke singgasananya yang terusir dan terampas.
Mereka mampu menyebarkan Islam di muka bumi. Mesjid itu tampak kecil dan
sederhana sekali tetapi ia dipenuhi dengan kebesaran; masjid itu tidak
menunjukkan kemewahan sama sekali. Di dalamnya Al-Qur'an dibaca lalu
orang-orang yang mendengarnya menganggap bahwa mereka benar dan mendapatkan
perintah harian untuk menerapkan dan melaksanakan apa-apa yang mereka dengar.
Al-Qur'an dibaca di masjid bukan seperti nyanyian yang orang-orang duduk akan
merasa terpengaruh dengan keindahan nyanyian dan suara pembaca. Dan masjid di
dalam Islam bukanlah tempat satu-satunya untuk ibadah. Menurut kaum Muslim
semua burni adalah masjid namun masjid adalah simbol peradaban yang beriman
kepada Allah SWT dan hari akhir, sebagaimana ia menyuarakan ilmu, kebebasan dan
persaudaraan.
kenapa Syiah harus mengutuk orang lain dalam syahadatnya, apakah Nabi mengajarkan kebencian?? Kenapa Makan ee yang jelas Najis disebut sebagai sesuatu yang suci??, kenapa mut'ah dihalalkan sedangkan dari Nabi sendiri tidak ada ajarannya, kenapa Syiah? kenapa dengan Syiah, engkau puja2 Ali R.A. tetapi engkau bunuh juga anaknya? engkau tidak pula ajarkan dan laksanakan ajarannya?
BalasHapus