Pidato Presiden Iran Hassan Rouhani di depan Ulama,
Tokoh, Cendekiawan dan Akademisi Indonesia di Jakarta [1 Mei 2015]
Segala puji bagi Allah,
Tuhan Pengatur alam semesta. Shalawat dan salam Allah Swt kita kirimkan kepada
Junjungan kita Nabi Besar Muhammad, keluarganya yang suci, dan sahabatnya yang
mulia.
Saya beserta rombongan
yang menyertai merasa sangat gembira karena mendapatkan kesempatan untuk
bertemu dan bertatap muka dengan para ulama, tokoh, dan kalangan cendekiawan di
negeri Indonesia yang merupakan sahabat dan saudara kami.
Indonesia memiliki kedudukan
istimewa di dunia Islam dan merupakan negeri yang berpenduduk Muslim terbesar.
Indonesia menjadi contoh dari manifestasi akhlak dan sikap persaudaraan serta
hidup berdampingan secara damai dengan pelbagai pemeluk agama dan
individu-individu yang heterogen yang hidup di negeri ini.
Hari ini sangat mendesak
bagi negara-negara Islam dan bagi kalian para ulama, tokoh masyarakat, kalangan
akademisi serta para pakar, untuk masing-masing kita memikirkan secara serius
mana yang terpenting dan yang penting bagi dunia Islam.
Membuat skala prioritas
bagi masalah-masalah penting dunia Islam merupakan tugas pertama kita.
Sebagaimana Nabi saw bersabda bahwa kita harus senantiasa memikirkan
persoalan-persoalan umat Islam.
Kita harus melihat
masyarakat Islam, dunia Islam, dan seluruh Muslimin seperti benih dari satu
batang tubuh. Kita harus menganalisa dalam masalah-masalah budaya dan religi;
manakah yang paling penting dan mana yang penting. Islam adalah hal yang paling
penting dan prinsip/dasar bagi kita, sedangkan mazhab Syiah, Syafi’i,
Hanafi, Maliki, Hanbali, semuanya adalah cabang atau cagak. Dan semua mazhab
tersebut adalah aliran yang berasal dari satu sumber yang bernama Islam. Bila
sumber air itu terancam, maka aliran-aliran pun akan kering. Sebelum kita berpikir
tentang aliran air mazhab ini atau mazhab itu, kita harus memikirkan sumber
Islam: wahyu, tauhid, Alquran, kenabian dan dasar agama.
Hari ini, dunia
Islam—karena ulah musuh-musuh Islam dan orang-orang yang bodoh serta
oknum-oknum yang lalai dan melupakan prinsip-prinsip—telah mengalami
perpecahan. Saya mengingatkan kembali perkataan Imam Khomeini yang menyatakan:
“Siapa saja dari Syiah yang menyerang Sunni, dan sebaliknya siapa saja dari
Sunni yang menyerang Syiah, ia bukan Syiah dan juga bukan Sunni.”
Sekarang adalah momentum persatuan dunia Islam.
Hari ini, masalah pertama
yang penting bagi kita Muslimin adalah: jiwa manusia dan bukan hanya jiwa orang
Islam, melainkan jiwa seluruh manusia. Kita tidak boleh membiarkan pembunuhan
orang-orang yang tidak berdosa. Satu orang saja yang tidak berdosa terbunuh
adalah sama dengan membunuh seluruh manusia. Dan membunuh satu wanita yang
tidak berdosa berarti membunuh seluruh manusia. Di mana Anda temukan ajaran dan
kitab suci yang memiliki ungkapan yang indah seperti ini?[1]
Nabi mengatakan bahwa
seruan dan teriakan orang-orang yang teraniaya itu penting bagi kita. Dan siapa
pun yang meminta tolong kepada kita, kita harus segera menolongnya, baik dia
Muslim maupun non-Muslim.
Bila seseorang, apa pun
agama dan mazhabnya; Syiah, Sunni, Yahudi, Kristen atau Budha, dibunuh secara
teraniaya dan tanpa dosa, maka dilihat dari sisi hak-hak manusia, mereka sama
dan sederajat.
Kita tidak hanya sedih dan
prihatin atas terbunuhnya seorang Muslim, bahkan kita juga prihatin atas
terbunuhnya setiap manusia yang tak berdosa, apa pun mazhab, ras dan
kewargaannya, baik dia orang Arab maupun Persia, baik orang Indonesia maupun
bukan, baik berasal dari Timur maupun Barat dunia Islam, baik dari Afrika
maupun Asia, dan bahkan dari belahan dunia manapun. Alhasil, kehidupan manusia
bagi kita merupakan hal yang paling penting. Keamanan manusia bagi kita
merupakan hal yang penting. Ini merupakan tugas negara dan juga ulama serta
para pemikir.
Sebagai seorang Muslim,
kita harus menjadi pelopor dalam menjaga kehidupan dan keamanan manusia.
Bagaimana mungkin kita diam dan menahan diri saat menyaksikan orang-orang yang
tidak berdosa terbunuh di Yaman, Irak, Suriah, Libya, dan di mana pun dari
kawasan dunia Islam, bahkan bila ada seorang yang tidak berdosa di jantung
Eropa atau di Amerika terbunuh maka kita mesti peduli. Terbunuhnya setiap orang
yang tidak berdosa, bagi kita mengundang kesedihan dan keprihatinan yang mendalam.
Mungkin Anda pernah
mendengar kisah seorang perempuan Nasrani yang dilecehkan dan perhiasan serta
harta bendanya dirampas. Imam Ali mengatakan, “Bila seseorang meninggal dunia
karena empati dan merasa prihatin atas intimidasi yang dialami oleh seorang
yang tak berdosa, maka ia tidak boleh dicela.”
Sahabat besar Nabi Saw,
Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa seseorang yang bersedih dan
berempati karena melihat orang yang tak berdosa diintimidasi, lalu karena
itu ia meninggal dunia maka ia tidak boleh dipersoalkan kenapa ia mati hanya
gara-gara menahan kesedihan dan keprihatinan terhadap orang lain.
Hari ini, prioritas
pertama kita di dunia adalah menjaga kehidupan dan keamanan manusia di seluruh
dunia. Tentu tugas ini bukan hanya terbatas bagi dunia Islam. Namun sebagai
seorang Muslim dan sesuai dengan tugas keagamaan, kita menilai bahwa hak hidup
bagi seluruh manusia adalah sama dan sederajat secara yuridis. Dan kita
mengecam setiap bentuk pembunuhan terhadap orang yang tak berdosa, apa pun
warga negara dan mazhabnya.
Masalah kedua yang dewasa
ini begitu penting bagi kita adalah kemuliaan kita; kemuliaan dunia Islam dan
kemuliaan Muslimin. Seluruh umat Islam dan semua orang-orang yang mengikuti dan
meneladani perjalanan Nabi Muhammad saw harus merasakan kejayaan dan kemuliaan.
Sangat disayangkan,
sebagian oknum di dunia Islam justru menginjak-injak kemuliaan umat Islam.
Ironis sekali, dengan nama jihad dan agama, mereka mengangkat senjata dan
pedang atas nama Nabi Muhammad saw dan Islam. Dan mereka merusak kemuliaan dan
citra kita Muslimin di dunia. Akibat ulah oknum-uknum tersebut, banyak sekali
anak-anak muda dan masyarakat dunia mulai meragukan kebesaran Islam.
Oknum-oknum itu menyebabkan munculnya Islam phobia pada masyarakat dunia. Tentu
kita harus merasa bertanggung jawab atas realita yang menyedihkan ini.
Hari ini, berpangku tangan
dan diam di hadapan serangan terhadap identitas, realitas, dan hakikat Islam
merupakan dosa besar. Hari ini, kita semua harus merasakan tanggung jawab dalam
masalah ini. Negara-negara Islam, masyarakat Muslim, ulama-ulama Islam, kaum
cendekiawan, kalangan akademisi, dan para pakar memikul tanggung jawab yang
berat di pundak mereka.
Kita harus memaksimalkan
seluruh potensi kita dan tekad kita untuk menghadapi masalah ini. Kita sesama
Muslim berabad-abad hidup secara damai. Buktinya, Anda lihat di Irak terdapat
tempat-tempat ibadah dari pelbagai mazhab Islam atau dari pelbagai agama yang
terkait dengan permulaan sejarah Islam, dan bahkan sebelum datangnya Islam,
sampai sekarang pun masih ada situs-situs historis itu. Tetapi, oknum-oknum
yang biadab yang mengatasnamakan jihad, mereka merusak bangunan-bangunan dan
tempat-tempat ibadah, dan sayangnya mereka berbuat kerusakan atas nama agama
dan Islam.
Mari kita perhatikan ayat
pertama yang berbicara tentang jihad dalam Alquran! Ayat pertama jihad yang
turun menyatakan bahwa jihad Islam itu untuk “pertahanan”. Dan ayat sebelumnya
mengatakan “Karena kaum Muslimin tertindas dan teraniaya, maka mereka diizinkan
untuk berjihad.” Jadi, jihad Islam adalah untuk membela orang yang teraniaya.
Jihad Islam untuk membela tempat-tempat ibadah, gereja-gereja dan sinagoge.
Islam adalah agama yang membela semua kalangan. Jihad Islam adalah membela
semua kelompok.
Saya katakan dan saya
tanya kepada mereka yang menyebut dirinya sebagai orientalis atau pakar Islam
yang secara bohong dan dusta menyatakan bahwa Islam adalah agama pedang,
“Apakah Islam masuk ke Indonesia dengan pedang?” Saya bertanya kepada mereka,
“Apakah Islam masuk ke Timur Asia juga dengan pedang?”
Islam bukan agama pedang,
Islam agama dakwah dan logika. Islam sama sekali tidak pernah memaksakan agama
kepada orang lain. Tidak ada paksaan dalam agama.[2]
Konsep agama tidak sesuai dengan pedang. Yakni, agama berarti keyakinan, dan
keyakinan tidak mungkin diwujudkan dengan pedang.
Adalah kebohongan besar
penyataan yang mengatakan bahwa tapal batas negeri-negeri Islam adalah tapal
batas darah. Tapal batas Islam adalah tapal batas rasio, logika, dan kasih
sayang. Nabi Junjungan kita adalah Nabi pembawa dan penebar rahmat. Saya
bertanya kepada kalian ulama, cendekiawan, dan kaum intelektual, “Apakah sikap
dan perilaku Nabi saw terhadap kaum Yahudi, Nasrani, dan pelbagai pemikiran dan
akidah yang berbeda ketika memasuki Madinah dan mulai membentuk pemerintahan
Islam dan waktu itu kekuasaanya belum begitu kuat berbeda atau berubah saat
beliau telah mencapai puncak kekuasaannya di tahun-tahun terakhir dari
hidupnya? Bukankah di Madinah terdapat para pengikut pelbagai ajaran/agama? “
Nabi saw tidak pernah
mengusir kaum Yahudi dan Nasrani dari Madinah. Dan bahkan beliau bersabar dan
menahan diri terhadap orang-orang munafik yang dikenalinya. Nabi Islam membawa
agama bagi kita, yaitu agama toleransi dan hidup berdampingan secara damai
dengan orang lain; agama kasih sayang dan rahmat.
Ada sebagian orang yang
secara dusta menulis di pelbagai buku bahwa Islam adalah agama kekerasan. Dan
kelompok-kelompok teroris yang muncul saat ini adalah hasil didikan Islam.
Kemudian mereka mengeksploitasi tindakan teroris untuk berbohong kepada
masyarakat dunia dan mengatakan bahwa Islam adalah agama kekerasan.
Islam bukanlah agama
kekerasan. Kita tidak boleh bersikap diam di hadapan kelompok-kelompok yang
hari ini telah melayangkan pukulan dan serangan terbesar terhadap eksistensi
Islam dan Alquran serta Nabi Saw. Kita harus memiliki satu suara dan harus
bangkit untuk menghadapi kekerasan, radikalisme dan terorisme.
Islam adalah agama
moderat, logika, dan rasio. Kita harus menjelaskan Islam yang sesungguhnya
kepada penduduk dunia. Hari ini, tugas yang besar ini berada di pundak kita.
Islam adalah agama toleransi dan kemudahan. Saat Rasulullah Saw mengutus Ali
bin Abi Thalib dan Mu’adz Ibn Jabal ke Yaman, yang hari ini dibombardir dan
dibumihanguskan serta berlumuran darah, kepada dua orang utusan tersebut,
beliau bersabda, “Saat kalian berada di Yaman, hendaklah agama dan penjelasan
kalian adalah penjelasan yang mengandung kabar gembira. Hendaklah perilaku
kalian dengan masyarakat membuat mereka tidak mengambil jarak dengan Islam.
Permudahlah urusan rakyat dan jangan kalian persulit. Islam adalah agama mudah;
agama toleransi.” Kita harus menjelaskan agama seperti ini kepada seluruh
penduduk dunia. Persatuan dunia Islam saat ini merupakan tugas dan tanggung
jawab terbesar bagi kita.
Masalah ketiga yang sangat
penting bagi dunia Islam adalah ekspansi dan kemajuan. Islam adalah agama
peradaban, ilmu pengetahuan, dan agama kesucian zahir dan batin. Nabi saw
berulang kali mewasiatkan supaya masyarakat memperhatikan kesucian zahir dan
batin. Dan setelah berlangsung berabad-abad dari wasiat Nabi saw tersebut, Raja
Louis XIV dari Perancis justru berbangga karena sepanjang hidupnya tidak pernah
pergi ke kamar mandi. Demikianlah kondisi Eropa setelah berabad-abad dari masa
Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan kesucian dan kebersihan zahir dan
batin kepada masyarakat. Islam memotivasi masyarakat untuk mempelajari ilmu,
mengembangkan ilmu serta bersikap toleransi terhadap sesama. Bahkan Nabi saw
mengatakan bahwa “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
Agama kita adalah agama
akhlak; agama kelakuan yang baik, dan agama perdamaian. Agama ini menginginkan
kemajuan peradaban ilmu dan pengetahuan bagi kita. Kita kaum Muslim, selama
belum memiliki pertumbuhan ilmiah dan ekonomi, kita tidak akan mampu berlepas
diri dari konspirasi-konspirasi musuh-musuh Islam, dan mereka yang berbuat aniaya
terhadap dunia Islam.
Kita harus bekerja sama di
bidang kemajuan ilmu dan pengetahuan. Iran telah banyak berkorban dan membayar
cukup mahal untuk mencapai kemajuan dan perkembangan ilmu. Kami diembargo
karena mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Barat mengembargo kami karena
kemajuan ilmu pengetahuan. Dan embargo yang diterapkan Barat terhadap
kami semata-mata karena mereka menginginkan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi itu hanya dimonopoli oleh mereka. Mereka tidak suka bila monopoli ini
(teknologi dan pengetahuan) dicabut dari mereka. Mereka berpikir bahwa hegemoni
mereka terhadap dunia adalah hegemoni militer, ekonomi, dan ilmu pengetahuan.
Kita harus meruntuhkan
hegemoni-hegemoni ini. Ilmu dan pengetahuan adalah milik semua bangsa. Saat
universitas-uiversitas dan ilmu pengetahuan ada di genggaman umat Islam, kita
menganggap bahwa mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan zakat ilmu, dan
kita mengharuskan dan mewajibkan diri kita untuk mengajarkan ilmu kepada orang-orang
lain. Dan masyarakat Barat dan Eropa juga belajar ilmu dari dunia Islam.
Dan tanpa pamrih, kita berikan ilmu kepada mereka. Ironisnya, mereka justru
sekarang ingin mencegah kita dari mendapatkan kemajuan ilmu pengetahuan.
Kita menganggap bahwa
pertumbuhan, ekspansi, dan perkembangan ilmu dan teknologi merupakan hak semua
manusia, dan termasuk hak Muslimin. Oleh karena itu, di bidang ini kita harus
bekerja sama. Para pakar, kalangan akademisi, dan cendekiawan–baik di bidang
riil maupun dunia maya–harus saling bersinergi.
Bila kita memperhatikan
dan mempertimbangkan prioritas-prioritas dunia Islam, kita akan memiliki dunia
yang lain. Kita memiliki tanggung jawab dan tugas besar di hadapan anak-anak
dan generasi kita di masa yang akan datang.
Kita tidak boleh
membiarkan anak-anak muda kita mengalami keraguan terkait dengan Islam dan
warisan besar Nabi Saw. Dan kita tidak boleh membiarkan oknum-oknum yang dengan
melancarkan perang perpecahan dan membangkitkan isu-isu perbedaan, mereka
menyebarkan kekerasan dan radikalisme atas nama agama. Agama berlepas diri dari
mereka semua. Agama kita adalah agama kasih sayang dan cinta, agama
persaudaraan. Oleh karena itu, hendaklah dalam pernyataan dan perilaku kita,
kita memperhatikan pandangan yang proporsional dan moderat.
Perkataan dan pernyataan
kita harus kuat dan kokoh, yakni memiliki kekokohan rasional dan logis. Ini
adalah tanggung jawab kita dan misi kita. Para ilmuwan dan para pakar Indonesia
dan Iran, begitu juga negara-negara Islam lainnya harus bersatu dalam satu
barisan untuk menghadapi serangan-serangan yang dilakukan terhadap Islam.
Islam Indonesia dan Iran
adalah Islam moderat dan kasih sayang. Kita di Iran melihat bahwa Syiah dan
Sunni hidup berdampingan secara damai. Bila Anda bepergian ke Teheran, ibu kota
Iran, Anda akan melihat banyak dari tempat-tempat ibadah yang terkait dengan
abad-abad yang lampau, dan sampai hari ini tempat-tempat ibadah itu masih ada.
Di DPR dan Parlemen kita (Majelis Syura Islami), baik Syiah maupun Sunni, baik Yahudi
maupun Masihi, dan juga Zoroaster, mereka semua berdampingan dan berada dalam
satu barisan. Ini adalah logika Islam dan Nabi saw serta kitab Alquran.
Kami—karena nikmat Islam,
Alquran dan Sunah Nabi saw–belajar persaudaraan dan persatuan dari Islam.
Menurut hemat kami, menjaga keamanan umat Islam di seluruh dunia Islam adalah
tanggung jawab negara Islam.
Sebagaimana kami membela
orang-orang Syiah Libanon, kami juga membela orang-orang Sunni di Gaza. Bagi
kami, Ahlu Sunnah di Gaza atau Syiah di Lebanon, Sunni di Irak atau Syiah di
Irak, masyarakat Kristen di Irak dan Lebanon, bila mereka memang teraniaya,
maka kami akan membela mereka.
Hari ini adalah hari yang
mengharuskan kita untuk gotong royong dan bangkit guna membela agama Allah dan
Islam. “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.” ( QS. Muhammad: 7 )
Wassalamu ’alaikum. (IRIB Indonesia)
Catatan:
[1]
. Yang dimaksud adalah ayat “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS.
al-Maidah, 32)
[2]
. Sesuai dengan ayat, “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).” (QS.
Al-Baqarah, 256)