Sejarawan Yunani, Herodutus, dalam buku
Herodutus jilid I halaman 191 menulis tentang kecerdikan dan kecerdasan Cyrus:
“Cyrus mengalihkan arus sungai dengan
menggunakan suatu terusan yang masuk ke dalam suatu telaga (danau) yang
terletak di muka rawa-rawa. Dia membuat saluran purba itu dapat diarungi
(dilalui) dengan mengeringkan sungai tersebut. Orang-orang Persia masuk ke
dalam kota Babilonia melalui jalan ini. Seandainya orang-orang Babilonia menyadari
lebih dulu dan atau mengetahui rencana (strategi) yang dibuat Cyrus itu,
niscaya mereka tidak akan membiarkan orang-orang Persia memasuki kota mereka. Sebab
hanya dengan menutup semua pintu gerbang kecil yang menuju ke sungai dan naik
ke atas tembok (dinding/benteng) yang membujur sepanjang sungai saja niscaya
mereka akan dapat dengan mudah menangkap dan menumpas para penyerbu itu seperti
dengan sebuah jala saja. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya,
orang-orang Persia menyergap para prajurit dan para pengawal Babilonia dengan
tiba-tiba dan serentak.”
Cyrus II of Persia (600 BC atau 576-530 SM)
alias Zulkarnain umumnya dikenal sebagai Cyrus The Great (Koresh dalam bahasa
Ibrani), adalah pendiri Kekaisaran Persia dan Dinasti Achaemenid. Para
sejarawan menyatakan bahwa dia adalah Raja Zulqarnain yang tercantum dalam
al-Qur’an. Karirnya dimulai sebagai pejabat rendahan di wilayah bagian barat
daya Iran, lalu mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menyatukan
tiga kerajaan besar terdahulu yaitu Median (Medea), Lydian (Lidya) dan
Neo-Babilonia.
Di bawah pemerintahannya, kekaisaran Persia
menguasai berbagai kerajaan kuno sebelumnya yang terbentang mulai dari Timur
Dekat, diperluas hingga akhirnya menaklukkan sebagian besar Asia Barat Daya dan
sebagian besar Asia Tengah, sebagian dari Eropa dan Kaukasus. Kekaisaran ini
diperluas ke Turki, Israel, Georgia dan Arabia. Di arah barat, ke Kazakhstan,
Kirgistan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Dari laut Mediterania dan
Hellespont di barat sampai Sungai Indus di timur.
Zulkarnain atau Cyrus Agung menciptakan
kekaisaran terbesar di dunia pada masanya dan ratusan tahun sesudahnya. Ia
menghormati adat istiadat dan agama dari wilayah yang dia taklukan. Para
sejarahwan menyebutkan bahwa dalam sejarah dunia, kerajaan Persia yang
didirikan oleh Cyrus atau Zulkarnain ini merupakan model yang sangat sukses
untuk sistem administrasi terpusat serta pemerintahan yang bekerja dengan
partisipasi rakyatnya. Tak hanya itu saja, Zulkarnain atau Cyrus Agung juga
diakui prestasinya dalam kepeloporannya sebagai pencetus dan pendiri Hak Asasi
Manusia, politik, dan strategi militer, ribuan tahun sebelum Eropa menemukan
khazanah Zulkarnain dan lalu menjadikannya sebagai bahan utama kajian mereka.
Dengan demikian, pengaruh Zulkarnain pada
peradaban Timur dan Barat merupakan warisan humanisme dan peradaban yang besar,
selain tentu saja, berpengaruh luas di dunia kuno, bahkan Athena maupun China
kuno banyak mengadopsi aspek-aspek budayanya dalam pertukaran budaya mereka.
SEJUMLAH
WILAYAH TAKLUKAN
Median Empire (Madyan) (Zona Perang: Revolusi Persia, Pertempuran Hyrba, Pertempuran Perbatasan Persia, dan Pertempuran Pasargadae)
Meskipun ayahnya meninggal pada 551 SM, Cyrus Agung telah berhasil naik takhta di 559 SM, namun, Cyrus belum menjadi penguasa independen. Seperti pendahulunya, Cyrus harus mengakui penguasa kolonialnya yaitu Median. Di sini, menurut sejarahwan Herodotus, Cyrus bersama Harpagus yang adalah sahabat sekaligus penasihatnya, menggerakkan rakyat Persia untuk memberontak melawan tuan-tuan feodal mereka, orang Median. Ada kemungkinan bahwa baik Harpagus maupun Cyrus memberontak karena ketidakpuasan mereka dengan kebijakan Astyages, raja Median yang lalim.
Median Empire (Madyan) (Zona Perang: Revolusi Persia, Pertempuran Hyrba, Pertempuran Perbatasan Persia, dan Pertempuran Pasargadae)
Meskipun ayahnya meninggal pada 551 SM, Cyrus Agung telah berhasil naik takhta di 559 SM, namun, Cyrus belum menjadi penguasa independen. Seperti pendahulunya, Cyrus harus mengakui penguasa kolonialnya yaitu Median. Di sini, menurut sejarahwan Herodotus, Cyrus bersama Harpagus yang adalah sahabat sekaligus penasihatnya, menggerakkan rakyat Persia untuk memberontak melawan tuan-tuan feodal mereka, orang Median. Ada kemungkinan bahwa baik Harpagus maupun Cyrus memberontak karena ketidakpuasan mereka dengan kebijakan Astyages, raja Median yang lalim.
Awal pemberontakan itu terjadi di musim panas
553 SM, Harpagus dan Cyrus, memimpin tentara melawan orang Madai hingga
penaklukan Ecbatana pada tahun 549 SM, yang secara efektif meruntuhkan
Kekaisaran Median.
Setelah Zulkarnain atau Cyrus Agung menerima
mahkota Median pada tahun 546 SM, ia secara resmi diberi gelar “Raja Persia”
sebagai pengganti Astyages. Semua pengikut Astyages (termasuk banyak kerabat
Cyrus) sekarang di bawah komandonya. Pamannya Arsames, yang sebelumnya menjadi
raja negara-kota Madai Parsa juga harus menyerahkan tahtanya. Pengalihan
kekuasaan ini tampaknya terjadi secara damai, dan Arsames masih tetap menjadi
gubernur.
LYDIAN
EMPIRE DAN ASIA MINOR (Zona Perang: Pertempuran Pteria, Pertempuran Thymbra,
dan Pengepungan dari Sardis (547 SM)
Tanggal yang tepat dari penaklukan Lydian tidak diketahui, tetapi terjadi antara penggulingan kerajaan Median (550 SM) dan penaklukkan Babilonia (539 SM). Lydian pertama kali menyerang kota-kota Kekaisaran Persia yang waktu itu baru memulihkan diri pasca peperangan Median, melalui Pteria di Kapadokia. Raja Croesus dari Lydian mengepung dan merebut berbagai kota lalu memperbudak penduduknya. Sementara itu, Persia mengundang warga Ionia yang merupakan bagian dari kerajaan Lydia untuk memberontak terhadap penguasa mereka. Tawaran itu ditolak, akhirnya Cyrus-Zulkarnain menggerakkan tentaranya menuju Lydian. Pertempuran Pteria secara efektif menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak menderita kerugian berat. Namun Croesus berhasil dipukul mundur ke Sardis.
Tanggal yang tepat dari penaklukan Lydian tidak diketahui, tetapi terjadi antara penggulingan kerajaan Median (550 SM) dan penaklukkan Babilonia (539 SM). Lydian pertama kali menyerang kota-kota Kekaisaran Persia yang waktu itu baru memulihkan diri pasca peperangan Median, melalui Pteria di Kapadokia. Raja Croesus dari Lydian mengepung dan merebut berbagai kota lalu memperbudak penduduknya. Sementara itu, Persia mengundang warga Ionia yang merupakan bagian dari kerajaan Lydia untuk memberontak terhadap penguasa mereka. Tawaran itu ditolak, akhirnya Cyrus-Zulkarnain menggerakkan tentaranya menuju Lydian. Pertempuran Pteria secara efektif menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak menderita kerugian berat. Namun Croesus berhasil dipukul mundur ke Sardis.
Sementara di Sardis, Croesus mengirim
permintaan pada para sekutunya untuk mengirimkan bantuan kepada Lydia.
Sayangnya, menjelang akhir musim dingin, sebelum bisa menyatukan sekutu, Cyrus
Agung atau Zulkarnain ini mendobrak ke wilayahnya dan Croesus terkepung di
ibukotanya, Sardis. Sesaat sebelum Pertempuran akhir di Thymbra antara dua
penguasa, Harpagus sang penasihat menyarankan Cyrus Agung untuk memposisikan
unta-unta Arab di garis depan pasukannya. Kuda-kuda Lydian yang tidak tahan
dengan bau unta-unta itu akan sangat takut. Strategi ini ternyata efektif
hingga kavaleri Lydia tercerai-berai dan mengalami kekalahan telak di tangan
pasukan Zulkarnain (Cyrus Agung). Cyrus menangkap Croesus dan menduduki ibukota
Sardis. Kerajaan Lydia takluk di 546 SM.
Sebelum kembali ke ibukota, seorang Lydian
bernama Pactyas dipercayakan oleh Cyrus Agung untuk mengirim harta rampasan
perang ke Persia. Namun, segera setelah keberangkatan Cyrus, Pactyas menyewa
tentara bayaran dan menyebabkan pemberontakan di Sardis terhadap Gubernur
Persia-Lydia yang bernama Tabalus. Cyrus kemudian mengirim Mazares, salah
seorang komandan, untuk memadamkan pemberontakan dengan perintah menangkap
Pactyas hidup-hidup. Setibanya Mazares di Sardis, Pactyas melarikan diri ke
Ionia, tempat ia menyewa tentara bayaran. Komandan Mazares lalu mengerahkan
pasukannya ke negara Yunani dan menaklukkan kota-kota Magnesia dan Priene.
Akhir hidup Pactyas tidak diketahui, tapi ia kemungkinan tertangkap Cyrus dan
dihukum mati.
Mazares melanjutkan penaklukan Asia Minor tapi
meninggal karena penyebab yang tidak diketahui selama pengerahan pasukan di
Ionia. Cyrus mengirim Harpagus, untuk menyelesaikan penaklukan Mazares di Asia
Kecil. Harpagus menaklukkan Lycia, Sisilia dan Phoenicia, menggunakan strategi
“Building Earthworks” untuk mengepung dan menembus benteng kota, sebuah metode
perang yang masa itu tidak diketahui oleh orang Yunani. Ia mengakhiri
penaklukan pada 542 SM dan kembali ke Persia.
NEO-BABILONIA
EMPIRE (Zona Perang: Pertempuran Opis)
Tahun 540 SM, Cyrus menaklukkan Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susa. Konflik dimulai pada musim dingin 540 SM, awal Oktober. Cyrus sang Zulkarnain berjuang dalam pertempuran di Opis, kota strategis di dekat sungai Tigris, sebelah utara Babilon. Tentara Babel itu ditaklukkan pada 10 Oktober. Berikutnya Kota Sippar takluk tanpa pertempuran. Ini kemungkinan adalah berkat negosiasi Cyrus dengan para jenderal Babel untuk mendapatkan kompromi demi menghindari konfrontasi bersenjata. Nabonidus, Raja Babilon yang tinggal di kota Sippar pada waktu itu segera melarikan diri ke ibukota Babel, yang tidak dikunjunginya selama bertahun-tahun.
Tahun 540 SM, Cyrus menaklukkan Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susa. Konflik dimulai pada musim dingin 540 SM, awal Oktober. Cyrus sang Zulkarnain berjuang dalam pertempuran di Opis, kota strategis di dekat sungai Tigris, sebelah utara Babilon. Tentara Babel itu ditaklukkan pada 10 Oktober. Berikutnya Kota Sippar takluk tanpa pertempuran. Ini kemungkinan adalah berkat negosiasi Cyrus dengan para jenderal Babel untuk mendapatkan kompromi demi menghindari konfrontasi bersenjata. Nabonidus, Raja Babilon yang tinggal di kota Sippar pada waktu itu segera melarikan diri ke ibukota Babel, yang tidak dikunjunginya selama bertahun-tahun.
Dua hari kemudian, pada 7 Oktober (kalender
Gregorian), Gubaru, salah seorang jenderal Babilon yang memihak Cyrus
mengerahkan pasukan masuk ke ibukota Babel, lagi-lagi tanpa ada perlawanan dari
tentara Babel. Herodutus menjelaskan bahwa Persia, memanfaatkan kanal yang
dibangun oleh Nitokris, Ratu Babilon sebelumnya untuk melindungi Babel terhadap
serangan Median, dialihkan ke sungai Efrat sehingga air turun “setinggi paha
pria”. Hal ini memungkinkan pasukan invasi untuk berbaris langsung melalui
sungai, menembus benteng kota Babel di malam hari.
Pada tanggal 29 Oktober, Cyrus sendiri masuk
kota Babel dan menahan Nabonidus. Sebelum invasi Cyrus ke Babel, Kekaisaran
Babilonia telah menaklukkan banyak kerajaan. Setelah mengambil alih Babel,
Cyrus Agung menyatakan dirinya “Raja Babilon, Raja Sumeria dan Akkad, Raja dari
empat penjuru dunia”. Pada akhir pemerintahan Cyrus, Kekaisaran Persia Dinasti
Achaemenid membentang dari Asia Kecil di barat ke daerah barat laut India di
timur. Sebuah masa paling gemilang dalam sejarah Bangsa Persia, masa sebuah
bangsa di bawah pemimpin agung: penakluk, ahli strategi, humanis, seorang raja
yang berpaham monotheis, yang dalam al Qur’an disebut Zulkarnain.
SIAPAKAH
CYRUS ZULKARNAIN?
Sampai saat ini mungkin sebagian besar dari kita masih belum secara pasti mengetahui siapa Zulkarnain itu. Disebutkan bahwa Zulkarnain di dalam Surah Al-Kahfi adalah Raja Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan Cyrus II Raja Persia, hal tersebut berdasar pada alasan-alasan berikut ini:
Sampai saat ini mungkin sebagian besar dari kita masih belum secara pasti mengetahui siapa Zulkarnain itu. Disebutkan bahwa Zulkarnain di dalam Surah Al-Kahfi adalah Raja Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan Cyrus II Raja Persia, hal tersebut berdasar pada alasan-alasan berikut ini:
[1]
Kata Zulkarnain yang berbentuk kiasan “mempunyai dua kekuasaan atau kerajaan”
atau “dua tanduk” artinya seorang penguasa atau raja yang memiliki atau
terbentuk dari 2 kerajaan. Dalam sejarah kita mengetahui bahwa Kerajaan Koresh
(Persia) dibentuk dengan menyatukan 2 kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan Media
dan Anshan pada tahun 549 SM.
[2]
Dalam Kitab Daniel pada Perjanjian Lama disebutkan perumpamaan “Domba”
bertanduk 2 yang menanduk ke barat dan timur. Nabi Daniel dengan jelas
menyebutkan itu adalah raja Persia yang terbentuk dari Media dan Anshan.
“Vision” dari Nabi Daniel tentang biri-biri jantan
bertanduk dua, yang sebelah tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan,
mengisyaratkan tanduk yang lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih
tinggi yaitu Parsi (Persia) yang belakangan menjadi Imperium Parsi (Persia).
Dalam sejarah tokoh yang mendirikan Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian
menjadi Imperium Parsi tersebut adalah Cyrus the Great (600 – 529) SM,
mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan memerintah (550 – 529) SM. Jadi “Vision”
dari Nabi Daniel itu mengisyaratkan bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great
[3]
Zulkarnain adalah orang beriman pada Allah, tidak mungkin menyembah Dewa-dewa
seperti halnya Alexander (Iskandar), menurut buku yang pernah kami baca memang
Koresh adalah seorang raja Muslim yang mengikuti agama Tauhid (Monotheis) yang
dibawa oleh seorang nabi Persia Zaratushtra yang sekarang agamanya menyimpang
disebut dengan Zoroaster.
Cyrus the Great penganut yang taat dari ajaran
Monotheis Zarathustra. Di sekolah-sekolah diajarkan bahwa agama Zarathustra
menyembah Dua Tuhan, yaitu Tuhan Terang Ahura Mazda (Ormuzd) dan Tuhan Gelap,
Angra Manyu (Ahriman). Namun dewasa ini ada aliran agama Zarathustra di Amerika
yang bersemboyan: “Kembali ke Gatha”, mereka ini berkeyakinan Zarathustra tidak
mengajarkan dua Tuhan, melainkan Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu
Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan Iblis (Lucifer)
dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Ini mengisyaratkan bahwa Cyrus the
Great bukanlah penyembah berhala atau dewa-dewa, melainkan beragama Tauhid
(Monotheis), sehingga itulah sebabnya maka pada (538) SM Bani Israil semuanya
dikembalikan ke Yerusalem oleh Cyrus the Great. Gatha telah dibakar habis
tatkala Alexander menduduki Persepolis, sehingga Gatha hanya berupa rekaman
ingatan dari para pendeta agama Zarathustra. Alexander memperoleh gelar dari
para pendeta agama Zarathustra, yaitu “yang terkutuk”.
Alexander dari Macedonia adalah orang yang
mengakhiri pemerintahan Dinasti Persia Monotheis – Kerajaan Persia yang ada di
masa lahirnya Islam adalah peninggalan dari pecahan kerajaan Alexander (Seleucid)
yang mengadopsi kepercayaan Politheisme Yunani kuno. Berkaitan dengan kisah
Ya`juj dan Ma`juj (Gog and Magog), Zulqarnain disebutkan menyerbu ke barat
tempat matahari terbenam. Dalam sejarah diketahui memang raja Koresh menyerbu
ke barat tepatnya kerajaan Lydia di Turki paling barat sekarang di mana sang
raja (Croesus) diampuni dan tidak dibunuhnya! Ini terjadi pada tahun 547-546
SM. Kemudian disebutkan menyerbu ke timur yaitu tempat matahari terbit. Dalam
sejarah dengan mudah diketahui bahwa yang dimaksud adalah bangsa India! Yang
memang ia taklukkan pada 546-545 SM.
Kemudian disebutkan ke wilayah di antara
gunung-gunung di mana terdapat bangsa pengacau Ya`juj dan Ma`juj. Dalam sejarah
yang kami ketahui memang raja Koresh menyerbu wilayah Armenia di kaki
pegunungan Kaukasus pada 537 SM (setelah penaklukan Babilonia pada 539 SM).
Kita mengetahui bahwa ia membangun tembok dari campuran besi dan tembaga yang
diperkirakan berada dekat kota Derbent sekarang, ternyata bahwa Alexander tidak
pernah menguasai pegunungan Kaukasus!!
Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat
bahwa Derbent ditemukan pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahanan
yang strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut masih ada clan diberi nama
Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh
bangsa Persia (yang menemukannya) pada abad ke-6, untuk menahan serangan
pendatang-pendatang dari daerah Utara.
[4]
Kita juga mengetahui bahwa Koresh dengan baik hati mempersilahkan bangsa Yahudi
kembali ke tanah Palestina setelah terusir oleh bangsa Babel Khaldea sejak 586
SM, bahwa jarang sekali ada raja sebaik ini dalam sejarah. Hal ini menunjukkan
tingkat keimanannya.
Cyrus II inilah yg membebaskan orang-orang Yahudi
yang diasingkan di Babilonia sejak invasi Nebuchadnezar dan mengembalikan
orang-orang Yahudi ke Yerusalem untuk membangun Bait Suci (Bet El Makdesh) yang
kedua kalinya. Pada masa pemerintahan Cyrus II inilah terjadi gelombang pertama
kepulangan orangorang Yahudi dari Babilonia. Cyrus II terkenal karena
pemerintahannya yang adil terhadap semua bangsa taklukannya.
Cyrus II meneruskan tradisi sejak raja-raja
Babilonia yaitu membiarkan wilayah-wilayah taklukannya diperintah oleh orang
lokal dan di lain pihak mereka merekrut orang-orang pilihan dari setiap wilayah
taklukannya untuk menjadi pajabat di Istana Raja. Cyrus II juga dikenal dgn
gelar ”Cyrus The Great“
[5]
Kembali pada kronologis penaklukannya dalam surah Al-Kahfi dalam al-Qur’an,
disebutkan ke barat, timur dan ke pegunungan, dimana hal ini telah dilakukan
Koresh. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Alexander yang asalnya dari barat!
[6]
Alexander sesungguhnya tidak sehebat itu, bukankah karena yang berkuasa di dunia
saat ini adalah orang-orang Eropa (barat) yang dengan subyektif menetapkan
orang Eropa sebagai yang paling hebat. Sebenarnya yang berhak disebut the Great
adalah raja Koresh karena ia dengan susah payah menaklukkan wilayah luas dari
Turki (bahkan penerusnya Darius I sampai ke Eropa) di barat sampai ke India di
timur. Alexander tinggal menerima enaknya saja dengan mengalahkan satu raja
Persia (Darius III) pada 330 SM maka ia menguasai semua provinsi milik
Persia!!! (wilayah Mesir telah ditaklukkan Persia tahun 525 SM, Baylon (‘Iraq)
pada 539 SM!!)
[7]
Seperti diketahui fokus lokasi para nabi adalah sekitar timur tengah. Adalah logis
menetapkan Zulqarnain sebagai orang Persia yang dekat jazirah Arab daripada
negeri Makedonia-nya Alexander di Eropa!!
[8]
Bisa jadi kata-kata Arab suku Quraisy diambil dari nama raja Persia Koresh yang
memang “the Great”, ”Agung”, “Magnus” dalam arti sebenarnya yang dekat dengan
wilayah Arab. Bukankah nama aslinya Fihr bergelar “Quraisy”. Sebagai penganut
monotheisme, tidak ada lambang/patung atau gambaran berhala/dewa-dewa dalam
makamnya yang polos dan sederhana –untuk ukuran seorang raja besar dalam
sejarah.