Pada sepertiga
pertama abad ke 20, para astronom mempertanyakan tentang sumber energi dalam
planet dan mengusulkannya sebagai adanya proses terbalik nuklir
fussion. Mereka menyebutnya sebagai nuclear fussion yaitu proses terjadi
akibat fusi nukler unsur ringan untuk membentuk unsur yang lebih tinggi dalam
ukuran nuklirnya.
Pada tahun 1957, empat orang astronom modern, yaitu Margaret, Geoffrey Bur Bridge, M.William A-Fowler dan Fred Hoyle, telah merampungkan pembuatan redaksi teori penciptaan beragam unsur nuklir di dalam bintang (synthesis of the element in star). Berdasarkan teori tersebut para Astronom dapat menafsirkann distribusi relatif bagi beragam unsur pada bagian alam semesta yang terlihat. Disamping itu mereka juga bisa menafsirkan perekembangan alam semesta yang terlihat melalui asap yang komposisinya gas hidrogen dan sedikit atom helium, hingga terciptanya alam semesta seperti sekarang ini. Dalam komposisinya terdapat unsur yang paling ringan dan sederhana seperti hidrogen sampai dengan unsur yang paling berat dan rumit strukturnya, yaitu Lawrencium, sesuai dengan sistem yang sangat akurat yang menjelaskan karakter unsur pada tempatnya dalam daftar sirkulasi elemen.
Telah terbukti secara ilmiah bahwa materi dan anti materi dengan beragam tingkatnya, tercipta dalam kuantitas yang sama setelah terjadi prose ledakan besar alam semesta yang menegaskan fakta penciptaan dari tiada dan kemungkinan kepunahan menjadi tiada lagi (bukan keabadian/paham atheis).
Pada tahun 1980 M. James W Kronin dan Val Fitch memenangkan Nobel Award dalam bidang ilmu fisika, karena dapat membuktikan melalui eksperimen bahwa punahnya beberapa partikel dasar materi melalui anti materinya tidak terjadi secara keseluruhan, dengan demikian materi tetap ada di alam semesta ini dan tidak punah seluruhnya.
Pada tahun 1957, empat orang astronom modern, yaitu Margaret, Geoffrey Bur Bridge, M.William A-Fowler dan Fred Hoyle, telah merampungkan pembuatan redaksi teori penciptaan beragam unsur nuklir di dalam bintang (synthesis of the element in star). Berdasarkan teori tersebut para Astronom dapat menafsirkann distribusi relatif bagi beragam unsur pada bagian alam semesta yang terlihat. Disamping itu mereka juga bisa menafsirkan perekembangan alam semesta yang terlihat melalui asap yang komposisinya gas hidrogen dan sedikit atom helium, hingga terciptanya alam semesta seperti sekarang ini. Dalam komposisinya terdapat unsur yang paling ringan dan sederhana seperti hidrogen sampai dengan unsur yang paling berat dan rumit strukturnya, yaitu Lawrencium, sesuai dengan sistem yang sangat akurat yang menjelaskan karakter unsur pada tempatnya dalam daftar sirkulasi elemen.
Telah terbukti secara ilmiah bahwa materi dan anti materi dengan beragam tingkatnya, tercipta dalam kuantitas yang sama setelah terjadi prose ledakan besar alam semesta yang menegaskan fakta penciptaan dari tiada dan kemungkinan kepunahan menjadi tiada lagi (bukan keabadian/paham atheis).
Pada tahun 1980 M. James W Kronin dan Val Fitch memenangkan Nobel Award dalam bidang ilmu fisika, karena dapat membuktikan melalui eksperimen bahwa punahnya beberapa partikel dasar materi melalui anti materinya tidak terjadi secara keseluruhan, dengan demikian materi tetap ada di alam semesta ini dan tidak punah seluruhnya.
Pada tahun 1983 M.
William A. Fowler juga memenangkan penghargaan Nobel dalam bidang ilmu fisika,
berdua dengan koleganya, atas upayanya menjelaskan penciptaan nucleus atom
berbagai unsur melalui penggabungan atom. Para ahli astronomi dan fisika dapat
meletakan persepsi tentang penciptaan
alam semesta sebagaimana berikut ini:
Beberapa saat setelah terjadinya ledakkan besar alam semesta (diperkirakan 10 pangkat minus 35 detik) di alam semesta pada satu sisi terdapat baryons dan anti baryons dalam jumlah yang sama dan di sisi lain terdapat photon dalam jumlah yang sama, juga baryons dan anti baryons saling memusnahkan dan menjadi energi yang kembali menjadi sumber bagi penciptaan partikel-partikel dasar materi dan anti materi.
Teori yang menunjukkan kesamaan kuantitas materi dan anti materi pada alam yang terjangkau pengetahuan menegaskan bahwa perbedaan dalam kesamaan tersebut tidak melebihi satu per 100 juta. Hal ini menjelaskan dominannya materi dibanding anti materi di alam semesta ini. Yaitu dengan perubahan persentase dari photon sebagai hasil dari saling musnahnya unsur-unsur yang berlawanan, menjadi baryons.
Beberapa saat setelah terjadinya ledakkan besar alam semesta (diperkirakan 10 pangkat minus 35 detik) di alam semesta pada satu sisi terdapat baryons dan anti baryons dalam jumlah yang sama dan di sisi lain terdapat photon dalam jumlah yang sama, juga baryons dan anti baryons saling memusnahkan dan menjadi energi yang kembali menjadi sumber bagi penciptaan partikel-partikel dasar materi dan anti materi.
Teori yang menunjukkan kesamaan kuantitas materi dan anti materi pada alam yang terjangkau pengetahuan menegaskan bahwa perbedaan dalam kesamaan tersebut tidak melebihi satu per 100 juta. Hal ini menjelaskan dominannya materi dibanding anti materi di alam semesta ini. Yaitu dengan perubahan persentase dari photon sebagai hasil dari saling musnahnya unsur-unsur yang berlawanan, menjadi baryons.
Proses terjadinya
melalui hasil satu baryons dari jumlah 1.000.000.000 photon. Hal ini juga
menegaskan adanya latar belakang sinar yang terlihat sekarang pada alam semesta.
Setelah punahnya sebagian besar photon dan lawannya, alam semesta mulai meluas
atau mengembang dan diperkirakan adanya kuantitas neutrino yang tersisa pada
alam semesta kita ini, mengingat lemahnya interaksi dengan lawannya, sehingga
tidak punah secara keseluruhan.
Sedetik setelah ledakan besar pada alam semesta, perhitungan teoritis memperkirakan bahwa kuantitas energi yang tersedia di bumi dapat membentuk partikel paling akurat seperti electron membawa muatan listrik negatif dan lawannya positron yang membawa muatan listrik positif (electron and antielectron or positron). Sesama partikel-partikel ini salain memusnahkan, dan meninggalkan lingkungan sinar dalam bentuk photon cahaya yang tersebar di seluruh alam semesta, yang bekasnya diketahui sekarang dengan istilah latar belakang sinar jagat raya, yang juga menunjukkan terjadinya proses berkurangnya masing-masing intensitas jagat raya dan suhunya secara terus menerus seiring dengan perjalanan waktu.
Lima detik setelah proses ledakan besar, perhitungan teoritis memperkirakan bahwa suhu alam semesta menurun sampai beberapa trilyun derajat absolut. Dan di alam semesta hanya terdapat beberapa partikel dasar seperti proton, neutron, electron, neutrino, dan photon.
Seratus detik setelah ledakan besar, perhitungan teoritis memperkirakan suhu alam semesta menurun kurang lebih 1 trilyun derajat absolut, lalu proton dan neutron mulai bersatu dengan proses penggabungan atom untuk membentuk nucleus atom sejenis bagi masing-masing hydrogen, helium dan lithium secara berturut-turut. Perhitungan teoritis dan percobaan laboratorium menunjukkan bahwa nucleus pertama yang terbentuk adalah nucleus atom sejenis hidrogen berat yang dikenal dengan nama deuterium, dan nukeus atom sejenis helium.
Beberapa detik setelah itu perhitungan teoritis menunjukkan bahwa suhu alam semesta terus menurun sampai 100.000.000 derajat absolut yang mendorong kontinuitas proses penggabungan nuklir sampai terjadi perubahan 25% massa alam semesta menjadi gas helium dan 75% sisanya menjadi gas hidrogen. Hal ini memberi refleksi terhadap komposisi alam semesta yang ada sekarang, dimana prosentase komposisi dasar hidrogen masih sedikit bertambah 74%, selanjutnya prosentase helium sebanyak 24%, sementara 105 elemen lain yang dikenal kurang dari 2%. Karena itu para astronom modern berkeyakinan, bahwa penciptaan elemen dalam alam semesta terjadi dalam dua fase secara berturut-turut.
Fase pertama terbentuk elemen ringan langsung setelah terjadinya ledakan besar alam semesta. Fase kedua terbentuknya elemen berat ditambah dengan kuantitas baru sebagian besar elemen ringan. Hal itu terjadi dalam bintang terutama yang bersuhu sangat tinggi seperti Supernova.
Sejak dari awal abad 20 telah terbukti secara ilmiah bahwa salah satu deskripsi alam semesta, tempat kita hidup, dalam posisi selalu meluas hingga waktu yang dikehendaki oleh Allah SWT. Artinya gugusan galaksi yang terdapat di alam semesta semakin menjauh dari galaksi kita dan dari antar galaksi yang ada. Demikian pula telah terbukti secara ilmiah, bahwa penciptaan alam semesta yang sangat luas, sangat akurat kontruksi dan sangat terkontrol geraknya dan sangat disiplin dalam setiap urusannya berawal dari suatu titik yang sangat kecil mendekati nol yang sangat tinggi tingkat panas dan kepadatannya sampai-sampai tidak terjangkau oleh hukum fisika.
Sedetik setelah ledakan besar pada alam semesta, perhitungan teoritis memperkirakan bahwa kuantitas energi yang tersedia di bumi dapat membentuk partikel paling akurat seperti electron membawa muatan listrik negatif dan lawannya positron yang membawa muatan listrik positif (electron and antielectron or positron). Sesama partikel-partikel ini salain memusnahkan, dan meninggalkan lingkungan sinar dalam bentuk photon cahaya yang tersebar di seluruh alam semesta, yang bekasnya diketahui sekarang dengan istilah latar belakang sinar jagat raya, yang juga menunjukkan terjadinya proses berkurangnya masing-masing intensitas jagat raya dan suhunya secara terus menerus seiring dengan perjalanan waktu.
Lima detik setelah proses ledakan besar, perhitungan teoritis memperkirakan bahwa suhu alam semesta menurun sampai beberapa trilyun derajat absolut. Dan di alam semesta hanya terdapat beberapa partikel dasar seperti proton, neutron, electron, neutrino, dan photon.
Seratus detik setelah ledakan besar, perhitungan teoritis memperkirakan suhu alam semesta menurun kurang lebih 1 trilyun derajat absolut, lalu proton dan neutron mulai bersatu dengan proses penggabungan atom untuk membentuk nucleus atom sejenis bagi masing-masing hydrogen, helium dan lithium secara berturut-turut. Perhitungan teoritis dan percobaan laboratorium menunjukkan bahwa nucleus pertama yang terbentuk adalah nucleus atom sejenis hidrogen berat yang dikenal dengan nama deuterium, dan nukeus atom sejenis helium.
Beberapa detik setelah itu perhitungan teoritis menunjukkan bahwa suhu alam semesta terus menurun sampai 100.000.000 derajat absolut yang mendorong kontinuitas proses penggabungan nuklir sampai terjadi perubahan 25% massa alam semesta menjadi gas helium dan 75% sisanya menjadi gas hidrogen. Hal ini memberi refleksi terhadap komposisi alam semesta yang ada sekarang, dimana prosentase komposisi dasar hidrogen masih sedikit bertambah 74%, selanjutnya prosentase helium sebanyak 24%, sementara 105 elemen lain yang dikenal kurang dari 2%. Karena itu para astronom modern berkeyakinan, bahwa penciptaan elemen dalam alam semesta terjadi dalam dua fase secara berturut-turut.
Fase pertama terbentuk elemen ringan langsung setelah terjadinya ledakan besar alam semesta. Fase kedua terbentuknya elemen berat ditambah dengan kuantitas baru sebagian besar elemen ringan. Hal itu terjadi dalam bintang terutama yang bersuhu sangat tinggi seperti Supernova.
Sejak dari awal abad 20 telah terbukti secara ilmiah bahwa salah satu deskripsi alam semesta, tempat kita hidup, dalam posisi selalu meluas hingga waktu yang dikehendaki oleh Allah SWT. Artinya gugusan galaksi yang terdapat di alam semesta semakin menjauh dari galaksi kita dan dari antar galaksi yang ada. Demikian pula telah terbukti secara ilmiah, bahwa penciptaan alam semesta yang sangat luas, sangat akurat kontruksi dan sangat terkontrol geraknya dan sangat disiplin dalam setiap urusannya berawal dari suatu titik yang sangat kecil mendekati nol yang sangat tinggi tingkat panas dan kepadatannya sampai-sampai tidak terjangkau oleh hukum fisika.
Dari titik yang
sangat kecil itulah Allah SWT menciptakan alam semesta dengan satu perintah
“KUN” (jadilah) “FAYAKUN” (maka jadilah) yang dalam proses ledakan ini
menghasilkan selaput tipis asap yang menjadi cikal bakal penciptaan langit dan
bumi dengan segala isinya.
Didalam Al-Qur’an sendiri Allah telah memberikan informasi itu kepada kita pada surat Fushshilat ayat 11 yang artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, ketika itu berupa asap. Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi. Datanglah engkau keduanya dengan sukarela atau terpaksa. Keduanya menjawab kami datang dengan sukarela.”
Didalam Al-Qur’an sendiri Allah telah memberikan informasi itu kepada kita pada surat Fushshilat ayat 11 yang artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, ketika itu berupa asap. Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi. Datanglah engkau keduanya dengan sukarela atau terpaksa. Keduanya menjawab kami datang dengan sukarela.”
Radiasi LATAR Belakang Kosmis
Awal alam semesta yang bersatu diungkapkan dalam bahasa Arab dengan kata “ratq” yang berarti keadaan menyatu serta kata “fatq” yang artinya perpecahan atau keterpisahan. Ketika Lamaitre memostulatkan keterpisahan sebagaimana dijabarkan di dalam ayat Al-Qur’an ternyata teorinya ditolak. Salah satu penentang argumen ini adalah Fred Hoyle. Pada tahun 1940-an Fred Hoyle berpendapat bahwa jika ledakan besar (big bang) benar-benar terjadi, maka pasti ada sisa-sisa ledakan dan dia meminta fosil ini di tunjukkan. Kata “fosil” yang secara olok-olok disampaikan oleh Hoyle menjadi istilah ilmiah yang bukti nyatanya ditemukan belakangan. Walau bermaksud mematahkan teori ledakan besar dengan cara melucu tanpa sadar dia malah menyumbangkan pada peneguhan teori big bang ini.
Pada tahun 1948 Goerge Gamow dan muridnya Ralph Adler, menyimpulkan bahwa jika teori big bang benar-benar terjadi maka pastilah ada fosil yang tersisa seperti yang diutarakan oleh Hoyle. Menurut mereka radiasi latar belakang tingkat rendah pasti ada di segala arah karena setelah ledakan besar itu alam semesta mulai mengembang ke segala arah. Namun radiasi yang tercipta akibat ledakan itu tidak dapat dilacak balik ke suatu titik. Dengan ekspansi dinamis alam semesta, radiasi tersebut mestinya tersebar ke seluruh penjuru.
Pada tahun 1960-an bentuk radiasi yang dibayangkan Gamow dan Adler menjadi penelitian sekelompok ilmuwan dengan peralatan akurat di Universitas Princeton, tetapi apa yang mereka cari telah ditemukan orang lain dngan cara menarik.
Arno Penzias dan
Robert Wilson adalah peneliti di Bell Telephone Company. Suatu hari secara tak
terduga mereka mendeteksi gelombang mikro seragam yang diduga merupakan sisa
energi termal di seluruh jagat raya bersuhu 3 derajat Kelvin setara dengan suhu
0 derajat Celsius di atas titik absolut. Awalnya mereka tidak bisa menyingkap
misteri itu, dan terpaksa menelpon teman mereka yang bernama Robert Dicke
bersama timnya. Begitu meletakkan gagang telephon, Dicke paham bahwa dia kalah
atas penemuan yang akan mengantarkannya kepada hadiah Nobel ini sudah menjadi
hak orang lain.
Survei terhadap
radiasi kosmik 3 kelvin menunjukkan bahwa radiasi tersebut persis seragam di
semua arah. Residu yang diyakini Hoyle tidak ada itu telah ditemukan dan hadiah
Nobel pun menjadi milik Penzias dan Robert Wilson.
Penjelajah Latar Belakang Kosmik (Cosmik Background Explorer, COBE) diluncurkan ke angkasa pada tahun 1989. Data yang diterima dari KOBE membenarkan temuan Penzias dan Wilson. Maka proses yang dicetuskan Lemaitre pada tahun 1920-an telah dibuktikan dan disokong oleh temuan-temuan di tahun 1990-an.
Para filsuf masa lampau mulai dari Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Rusyd, dan Ibn Sina sampai dengan para ilmuwan menyatakan bahwa “yang satu berasal dari yang satu”, yang dengan demikian Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4 Allah berfirman : [1] Katakanlah (Muhammad) “Dia Allah Yang Maha Esa”. [2] Allah tempat meminta segala sesuatu. [3] Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. [4] Dan tiada ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Penjelajah Latar Belakang Kosmik (Cosmik Background Explorer, COBE) diluncurkan ke angkasa pada tahun 1989. Data yang diterima dari KOBE membenarkan temuan Penzias dan Wilson. Maka proses yang dicetuskan Lemaitre pada tahun 1920-an telah dibuktikan dan disokong oleh temuan-temuan di tahun 1990-an.
Para filsuf masa lampau mulai dari Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Rusyd, dan Ibn Sina sampai dengan para ilmuwan menyatakan bahwa “yang satu berasal dari yang satu”, yang dengan demikian Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4 Allah berfirman : [1] Katakanlah (Muhammad) “Dia Allah Yang Maha Esa”. [2] Allah tempat meminta segala sesuatu. [3] Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. [4] Dan tiada ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Sumber : Caner Taslaman (2010), “Miracle of the Qur’an”, Zaghloul
El-Naggar (2010), “Ayat-ayat kosmos dalam A-Qur’an Al Karim”
karena big bang kah ?
BalasHapushttp://www.toyota.astra.co.id/corporate-information/news-promo/news/fitur-keamanan-lengkap-dan-harga-toyota-avanza-baru-2016/#news