Oleh
Rifai
Ahmad
“Inilah
pengakuan dosa dan kesaksian seorang ekonom bayaran Amerika Serikat yang
ditugasi untuk menciptakan ketergantungan ekonomi negara dunia ketiga dan
terbelakang (less-developed countries) melalui politik utang kepada negara
adikuasa.”
Pada
tahun 1968, John Perkins menuju Ekuador dan tinggal di Amazon bersama suku Inca.
Di sana ia memperkirakan akan adanya rasa frustasi luar biasa yang dialami oleh
penduduk pribuminya ketika mereka harus menghadapi perusahaan-perusahaan
minyak, badan pengembangan internasional dan usaha-usaha lain yang berusaha
menariknya ke dunia
modern. Tahun 1971, dia berangkat ke Indonesia dengan tujuan untuk
menyelamatkannya dari komunisme. Ketika dia tiba di Jakarta ia melihat sisi
indah dan sisi buruknya kota ini dan hatinya miris, bahkan merasa tidak siap
melihat kemiskinan di Jakarta. Ketika ia tinggal di sebuah kamar hotel
mewah ia melihat gubuk-gubuk yang tersebar bermil-mil di belakangnya,
maka ia semakin yakin bahwa timnya datang ke Indonesia hanyalah bertujuan untuk
kepentingan kebijakan luar
negeri dan kepentingan perusahaan Amerika Serikat saja. Ia sadar bahwa ia
saat ini dikendalikan oleh ketamakan yang sama sekali bukan untuk mengusahakan
kemakmuran masyarakat Indonesia yang ia gambarkan dengan sebuah kata corporatocracy
Saat
ia berdialog dengan para pelacur, penderita kusta dan pengemis ia merenung
tentang sifat alami bantuan luar negeri Negara-negara maju terhadap
Negara-negara terbelakang yang menurutnya bantuan itu tidak dilakukan dengan
tulus untuk mengutamakan kepentingan orang lain (altruistis). Bahkan ia menulis
dalam catatan hariannya:
“Apakah ada
seseorang di Amerika Serikat yang tanpa dosa? Walaupun mereka yang berada di
puncak piramida ekonomi memperoleh yang paling banyak, berjuta-juta dari kami
bergantung –baik secara langsung maupun tidak langsung- pada eksploitasi
Negara-negara terbelakang untuk mata pencarian kami. Sumber daya dan tenaga
kerja murah yang memberi makan hampir semua bisnis kami berasal dari
tempat-tempat seperti Indonesia dan sangat sedikit yang dikembalikan ke sana.
Pinjaman bantuan luar negeri memastikan bahwa anak-anak hari ini dan cucu
mereka akan dijadikan sandera. Mereka akan harus membiarkan korporasi kami menjarah
sumber daya alam mereka dan harus mengorbankan pendidikan, kesehatan dan
layanan sosial yang lain hanya untuk membayar kami kembali. Fakta bahwa
perusahaan kami telah menerima sebagian besar uang ini untuk membangun
pembangkit tenaga listrik, bandar udara dan kawasan industri tidaklah
diperhitungkan ke dalam rumusan ini. Apakah alasan bahwa kebanyakan orang
Amerika tidak tahu akan hal ini merupakan ketidakberdosaan? Tidak tahu dan
sengaja memberikan informasi yang salah, ya namun tanpa dosa?”
Tahun
1972, Perkins berkunjung ke Panama, sebuah Negara bekas boneka Amerika Serikat
yang telah menyatakan kemandiriannya pasca dipimpin oleh Omar Torijjos, gagasan
Omar Torijjos adaah kebebasan sebab peluru tidak ditemukan untuk membunuh
sebuah gagasan. Saat ia jalan-jalan ke terusan panama ia dapati grafiti-grafiti
yang berisikan kebencian terhadap Amerika Serikat. Ia akhirnya dapat berteman
dengan presiden Panama, Omar Torijjos serta mempelajari sejarah imperalisme
Amerika Serikat dan tekad Torijjos untuk mengalihkan kepemilikan terusan dari
Amerika Serikat ke Panama.
Pada
tahun 1974, ia pergi ke Saudi Arabia. Di sana ia berhasil meyakinkan keluarga
kerajaan untuk menginvestasikan miliaran dollar dari pendapatan minyak ke dalam
surat berharga Amerika Serikat dan mengizinkan Departemen Keuangan Amerika
Serikat untuk membangun sistem pembangkit tenaga listrik dan sistem penyediaan
air, jalan raya, pelabuhan, dan kota di kerajaan itu. Sebagai pertukarannya
Amerika Serikat menjamin bahwa keluarga kerajaan akan terus memerintah. Ini
akan menjadi model untuk kesepakatan EHM (Economic Hit Man) di masa depan.
Antara
tahun 1975 dan 1978 ia berkunjung di Iran. Ia melihat Iran adalah Negara
yang kaya minyak sebagaimana Saudi Arabia, hanya saja Iran sangat berbeda
dengan Saudi Arabia yang kebanyakan penduduknya non-Arab. Ia berusaha
untuk dapat menjadikan Iran sebagaimana Arab Saudi. Namun akhirnya dia harus
keluar dengan tergesa-gesa dari Iran ditemani oleh Farhad seorang mantan pemain
sepak bola yang pernah dikenalnya. Mereka pergi ke rumah ayah Farhad di Roma,
seorang Jenderal Iran yang memprediksikan penyingkiran Shah dalam waktu dekat dan
mengecam kebijakan Amerika Serikat, para pemimpin yang korup, dan pemerintahan
yang lalim.
Beberapa
hari setelah prediksi itu, Ayatollah Khomeini dan para ummat dan ulama Syi’ah
Islam mulai menjalankan revolusi, sehingga terjadilah Revolusi Islam yang
hebat, yang selanjutnya Shah melarikan diri ke Mesir pada bulan Januari 1979.
Berikutnya pada November 1979 suatu kelompok militan Islam menduduki kedutaan
besar Amerika Serikat di Iran dan menyandera 52 orang Amerika selama 444 hari
berikutnya. Pendudukan ini dimaksudkan untuk menuntut pengembalian Shah ke
Teheran.
Setelah
ia melihat di berbagai penjuru benua, banyak orang yang bekerja untuk korporasi
Amerika sementara mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan pada
hakekatnya bukanlah untuk membantu si miskin keluar dari kemiskinan akan tetapi
malah menguburkan mereka lebih dalam lagi ke dalam perbudakan. Sehingga dalam
dirinya terdapat tarik-menarik antara apakah dia harus berhenti dari MAIN
ataukah meneruskannya. Dan puncaknya terjadi pada tahun 1980 ketika ia
mengalami depressi yang mendalam, merasa bersalah dan menyadari bahwa uang dan
kekuasaan bukanlah segalanya dan akhirnya berhenti dari MAIN.
Tahun
1981, ia merasa sangat terganggu ketika Presiden Ekuador, Jaime Roldos ( yang
telah mengampanyekan program anti-minyak) dan Presiden Panama Omar Torijjos (yang
telah menimbulkan kemarahan Washington karena posisinya penting terusan Panama
dan pangkalan militer Amerika Serikat ) tewas dalam kecelakaan pesawat terbang
yang terbakar yang memiliki tanda-tanda bekas pembantaian oleh CIA.
Di
tahun yang sama ia juga menikah untuk kedua kalinya dengan seorang perempuan
yang ayahnya adalah seorang arsitek di Bethel Corporation dan yang bertanggung-jawab
untuk mendesain dan membangun kota Saudi Arabia.
Tahun
1982 ia mendirikan Independent Power System Inc. (IPS), sebuah perusahaan yang
berkomitmen untuk memproduksi listrik ramah lingkungan, pada tahun 1986, IPS
dan Bechtel secara bersamaan –tetapi tidak tergantung satu sama lain- memulai
konstruksi pembangkit tenaga listrik yang menerapkan teknologi mutakhir yang
sangat inovatif untuk membakar batu bara buangan tanpa menghasilkan hujan asam.
Sebagai seorang presiden IPS ia telah mulai masuk dalam industry energy.
Pada
tahun 1987, ia menerima tawaran dari Stone & Webster Engineering
Corporation (SWEC). Untuk bergabung dengannya, namun ada syarat yang diajukan
bahwa tidak boleh menulis buku lagi yang membongkar tentang perusahaan amerika
Serikat. Ia merasa telah menerima suap, namun bila ia tidak menrimanya maka
ancaman lain akan menyusul.
Tahun
1990 ia mengikuti invasi Amerika Serikat ke Panama dan hukuman penjara
Norriega, menjual IPS dan pension pada usia 54 tahun. Mulai berencana menulis
tentang EHM, namun malah dibujuk untuk mengarahkan energinya untuk mendirikan
organisasi nirlaba, suatu upaya yang dikatakan kepadapanya akan dipengaruhi
negativ oleh buku seperti itu.
Tahun
1992-2000 mengamati kegagalan EHM di Irak yang mengakibatkan terjadinya Perang
Teluk pertama. Tiga kali memulai menulis buku EHM, tetapi malah menyerah pada
ancaman dan penyuapan. Ia lalu mencoba untuk menenangkan hati
dengan menulis buku tentang penduduk pribumi, mendukung organisasi nirlaba,
mengajar di forum New Age, bepergian ke Amazon dan Himalaya, bertemu dengan Dalai
Lama dan lain-lain.
2001-2002
memimpin suatu kelompok orang Amerika Utara masuk ke dalam Amazon dan di sana
dengan suku pribumi pada tanggal 11 sepetember 2001. Berada seharian di Ground
Zero dan bertekad untuk menulis buku yang dapat menyembuhkan rasa sakitnya dan
memaparkan kebenaran di balik EHM.
Tahun
2003-2004, ia kembali ke Amazon untuk bertemu dengan suku pribumi yang
mengancam akan melancarkan perang melawan perusahaan minyak dan di tahun ini
pula ia menulis buku Confessions of an Economic Hit Man.
Inilah
“pengakuan dosa” dan kesaksian seorang ekonom bayaran Amerika Serikat yang
ditugasi untuk menciptakan ketergantungan ekonomi negara dunia ketiga dan
terbelakang (less-developed countries) melalui politik utang kepada negara
adikuasa. EHM (Economic Hit Man) bertugas untuk mendorong para pemimpin dunia
agar menjadi bagian dari jaringan luas yang mengutamakan kepentingan komersial
Amerika Serikat. Pada akhirnya, para pemimpin itu akan terjerat didalam belitan
utang yang akan memastikan loyalitas mereka.
Tugas
utama Perkins sebagai economic hit man (EHM) adalah menerapkan kebijakan yang
mempromosikan kepentingan corporatocracy (koalisi bisnis dan politik antara
pemerintah, perbankan, dan korporasi) Amerika sambil menyatakan minat mereka
untuk mengurangi derajat kemiskinan di negara dunia ketiga yang kaya akan
sumber daya alamnya.
Perkins
dan teman-temannya berperan sebagai agen spionase terselubung. Mereka membuat
economics forecast untuk suatu negara klien corporatocracy (seperti telah
dilakukan di Indonesia dalam proyek elektrifikasi Pulau Jawa sejak 1970-an)
serta membantu penerapan skema ekonometrik yang akan mengucurkan dana jutaan
dolar.
Perkins
dalam bukunya ini memaparkan berbagai cara terselubung –ala kapitalis global
yang rakus dan amoral– untuk mengendalikan sejumlah peristiwa dramatis dalam
sejarah, seperti kejatuhan Shah Iran, kematian tragis Presiden Panama, Omar
Torrijos, dan invasi militer Amerika ke Panama dan Irak. Buku Confessions of an
Economic Hit Man –yang diperingatkan banyak kalangan agar tidak ditulis– mengemukakan
pemahaman tentang sistem yang memacu globalisasi
dan memicu kemiskinan jutaan umat manusia di seluruh dunia. Para agen economic
hit man adalah segelintir profesional berpenghasilan sangat tinggi yang
mengecoh pemerintahan suatu negeri triliunan dolar. Mereka menyalurkan dana
dari Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), dan organisasi bantuan lainnya
menjadi dana korporasi raksasa. Sarana mereka meliputi antara lain rekayasa
laporan keuangan yang menyesatkan, praktek penyuapan, pemerasan, agen, seks dan
pembunuhan.
Sumber: http://tanbihun.com/kajian/buku/pengakuan-seorang-ekonom-perusak-john-perkins/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar