Sabtu, 17 Mei 2014

Pengakuan Seorang Ekonom Perusak


Oleh Rifai Ahmad

“Inilah pengakuan dosa dan kesaksian seorang ekonom bayaran Amerika Serikat yang ditugasi untuk menciptakan ketergantungan ekonomi negara dunia ketiga dan terbelakang (less-developed countries) melalui politik utang kepada negara adikuasa.”

Pada tahun 1968, John Perkins menuju Ekuador dan tinggal di Amazon bersama suku Inca. Di sana ia memperkirakan akan adanya rasa frustasi luar biasa yang dialami oleh penduduk pribuminya ketika mereka harus menghadapi perusahaan-perusahaan minyak, badan pengembangan internasional dan usaha-usaha lain yang berusaha menariknya ke dunia modern. Tahun 1971, dia berangkat ke Indonesia dengan tujuan untuk menyelamatkannya dari komunisme. Ketika dia tiba di Jakarta ia melihat sisi indah dan sisi buruknya kota ini dan hatinya miris, bahkan merasa tidak siap melihat  kemiskinan di Jakarta. Ketika ia tinggal di sebuah kamar hotel mewah ia melihat  gubuk-gubuk yang tersebar bermil-mil di belakangnya, maka ia semakin yakin bahwa timnya datang ke Indonesia hanyalah bertujuan untuk kepentingan kebijakan luar negeri dan kepentingan perusahaan Amerika Serikat saja. Ia sadar bahwa ia saat ini dikendalikan oleh ketamakan yang sama sekali bukan untuk mengusahakan kemakmuran masyarakat Indonesia yang ia gambarkan dengan sebuah kata corporatocracy

Saat ia berdialog dengan para pelacur, penderita kusta dan pengemis ia merenung tentang sifat alami bantuan luar negeri Negara-negara maju terhadap Negara-negara terbelakang yang menurutnya bantuan itu tidak dilakukan dengan tulus untuk mengutamakan kepentingan orang lain (altruistis). Bahkan ia menulis  dalam catatan hariannya:

“Apakah ada seseorang di Amerika Serikat yang tanpa dosa? Walaupun mereka yang berada di puncak piramida ekonomi memperoleh yang paling banyak, berjuta-juta dari kami bergantung –baik secara langsung maupun tidak langsung- pada eksploitasi Negara-negara terbelakang untuk mata pencarian kami. Sumber daya dan tenaga kerja murah yang memberi makan hampir semua bisnis kami  berasal dari tempat-tempat seperti Indonesia dan sangat sedikit yang dikembalikan ke sana. Pinjaman bantuan luar negeri memastikan bahwa anak-anak hari ini dan cucu mereka akan dijadikan sandera. Mereka akan harus membiarkan korporasi kami menjarah sumber daya alam mereka dan harus mengorbankan pendidikan, kesehatan dan layanan sosial yang lain hanya untuk membayar kami kembali. Fakta bahwa perusahaan kami telah menerima sebagian besar uang ini untuk membangun pembangkit tenaga listrik, bandar udara dan kawasan industri tidaklah diperhitungkan ke dalam rumusan ini. Apakah alasan bahwa kebanyakan orang Amerika tidak tahu akan hal ini merupakan ketidakberdosaan? Tidak tahu dan sengaja memberikan informasi yang salah, ya namun tanpa dosa?”

Tahun 1972, Perkins berkunjung ke Panama, sebuah Negara bekas boneka Amerika Serikat yang telah menyatakan kemandiriannya pasca dipimpin oleh Omar Torijjos, gagasan Omar Torijjos adaah kebebasan sebab peluru tidak ditemukan untuk membunuh sebuah gagasan. Saat ia jalan-jalan ke terusan panama ia dapati grafiti-grafiti yang berisikan kebencian terhadap Amerika Serikat. Ia akhirnya dapat berteman dengan presiden Panama, Omar Torijjos serta mempelajari sejarah imperalisme Amerika Serikat dan tekad Torijjos untuk mengalihkan kepemilikan terusan dari Amerika Serikat ke Panama.

Pada tahun 1974, ia pergi ke Saudi Arabia. Di sana ia berhasil meyakinkan keluarga kerajaan untuk menginvestasikan miliaran dollar dari pendapatan minyak ke dalam surat berharga Amerika Serikat dan mengizinkan Departemen Keuangan Amerika Serikat untuk membangun sistem pembangkit tenaga listrik dan sistem penyediaan air, jalan raya, pelabuhan, dan kota di kerajaan itu. Sebagai pertukarannya Amerika Serikat menjamin bahwa keluarga kerajaan akan terus memerintah. Ini akan menjadi model untuk kesepakatan EHM (Economic Hit Man) di masa depan.

Antara tahun 1975 dan 1978  ia berkunjung di Iran. Ia melihat Iran adalah Negara yang kaya minyak sebagaimana Saudi Arabia, hanya saja Iran sangat berbeda dengan Saudi Arabia yang kebanyakan penduduknya non-Arab. Ia berusaha untuk dapat menjadikan Iran sebagaimana Arab Saudi. Namun akhirnya dia harus keluar dengan tergesa-gesa dari Iran ditemani oleh Farhad seorang mantan pemain sepak bola yang pernah dikenalnya. Mereka pergi ke rumah ayah Farhad di Roma, seorang Jenderal Iran yang memprediksikan penyingkiran Shah dalam waktu dekat dan mengecam kebijakan Amerika Serikat, para pemimpin yang korup, dan pemerintahan yang lalim.

Beberapa hari setelah prediksi itu, Ayatollah Khomeini dan para ummat dan ulama Syi’ah Islam mulai menjalankan revolusi, sehingga terjadilah Revolusi Islam yang hebat, yang selanjutnya Shah melarikan diri ke Mesir pada bulan Januari 1979. Berikutnya pada November 1979 suatu kelompok militan Islam menduduki kedutaan besar Amerika Serikat di Iran dan menyandera 52 orang Amerika selama 444 hari berikutnya. Pendudukan ini dimaksudkan untuk menuntut pengembalian Shah ke Teheran.

Setelah ia melihat di berbagai penjuru benua, banyak orang yang bekerja untuk korporasi Amerika sementara mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan pada hakekatnya bukanlah untuk membantu si miskin keluar dari kemiskinan akan tetapi malah menguburkan mereka lebih dalam lagi ke dalam perbudakan. Sehingga dalam dirinya terdapat tarik-menarik antara apakah dia harus berhenti dari MAIN ataukah meneruskannya. Dan puncaknya terjadi pada tahun 1980 ketika ia mengalami depressi yang mendalam, merasa bersalah dan menyadari bahwa uang dan kekuasaan bukanlah segalanya dan akhirnya berhenti dari MAIN.

Tahun 1981, ia merasa sangat terganggu ketika Presiden Ekuador, Jaime Roldos ( yang telah mengampanyekan program anti-minyak) dan Presiden Panama Omar Torijjos (yang telah menimbulkan kemarahan Washington karena posisinya penting terusan Panama dan pangkalan militer Amerika Serikat ) tewas dalam kecelakaan pesawat terbang yang terbakar yang memiliki tanda-tanda bekas pembantaian oleh CIA.

Di tahun yang sama ia juga menikah untuk kedua kalinya dengan seorang perempuan yang ayahnya adalah seorang arsitek di Bethel Corporation dan yang bertanggung-jawab untuk mendesain dan membangun kota Saudi Arabia.

Tahun 1982 ia mendirikan Independent Power System Inc. (IPS), sebuah perusahaan yang berkomitmen untuk memproduksi listrik ramah lingkungan, pada tahun 1986, IPS dan Bechtel secara bersamaan –tetapi tidak tergantung satu sama lain- memulai konstruksi pembangkit tenaga listrik yang menerapkan teknologi mutakhir yang sangat inovatif untuk membakar batu bara buangan tanpa menghasilkan hujan asam. Sebagai seorang presiden IPS ia telah mulai masuk dalam industry energy.

Pada tahun 1987, ia menerima tawaran dari Stone & Webster Engineering Corporation (SWEC). Untuk bergabung dengannya, namun ada syarat yang diajukan bahwa tidak boleh menulis buku lagi yang membongkar tentang perusahaan amerika Serikat. Ia merasa telah menerima suap, namun bila ia tidak menrimanya maka ancaman lain akan menyusul.

Tahun 1990 ia mengikuti invasi Amerika Serikat ke Panama dan hukuman penjara Norriega, menjual IPS dan pension pada usia 54 tahun. Mulai berencana menulis tentang EHM, namun malah dibujuk untuk mengarahkan energinya untuk mendirikan organisasi nirlaba, suatu upaya yang dikatakan kepadapanya akan dipengaruhi negativ oleh buku seperti itu.

Tahun 1992-2000 mengamati kegagalan EHM di Irak yang mengakibatkan terjadinya Perang Teluk pertama. Tiga kali memulai menulis buku EHM, tetapi malah menyerah pada ancaman dan penyuapan. Ia lalu mencoba untuk menenangkan hati dengan menulis buku tentang penduduk pribumi, mendukung organisasi nirlaba, mengajar di forum New Age, bepergian ke Amazon dan Himalaya, bertemu dengan Dalai Lama dan lain-lain.

2001-2002 memimpin suatu kelompok orang Amerika Utara masuk ke dalam Amazon dan di sana dengan suku pribumi pada tanggal 11 sepetember 2001. Berada seharian di Ground Zero dan bertekad untuk menulis buku yang dapat menyembuhkan rasa sakitnya dan memaparkan kebenaran di balik EHM.

Tahun 2003-2004, ia kembali ke Amazon untuk bertemu dengan suku pribumi yang mengancam akan melancarkan perang melawan perusahaan minyak dan di tahun ini pula ia menulis buku Confessions of an Economic Hit Man.

Inilah “pengakuan dosa” dan kesaksian seorang ekonom bayaran Amerika Serikat yang ditugasi untuk menciptakan ketergantungan ekonomi negara dunia ketiga dan terbelakang (less-developed countries) melalui politik utang kepada negara adikuasa. EHM (Economic Hit Man) bertugas untuk mendorong para pemimpin dunia agar menjadi bagian dari jaringan luas yang mengutamakan kepentingan komersial Amerika Serikat. Pada akhirnya, para pemimpin itu akan terjerat didalam belitan utang yang akan memastikan loyalitas mereka.

Tugas utama Perkins sebagai economic hit man (EHM) adalah menerapkan kebijakan yang mempromosikan kepentingan corporatocracy (koalisi bisnis dan politik antara pemerintah, perbankan, dan korporasi) Amerika sambil menyatakan minat mereka untuk mengurangi derajat kemiskinan di negara dunia ketiga yang kaya akan sumber daya alamnya.

Perkins dan teman-temannya berperan sebagai agen spionase terselubung. Mereka membuat economics forecast untuk suatu negara klien corporatocracy (seperti telah dilakukan di Indonesia dalam proyek elektrifikasi Pulau Jawa sejak 1970-an) serta membantu penerapan skema ekonometrik yang akan mengucurkan dana jutaan dolar.

Perkins dalam bukunya ini memaparkan berbagai cara terselubung –ala kapitalis global yang rakus dan amoral– untuk mengendalikan sejumlah peristiwa dramatis dalam sejarah, seperti kejatuhan Shah Iran, kematian tragis Presiden Panama, Omar Torrijos, dan invasi militer Amerika ke Panama dan Irak. Buku Confessions of an Economic Hit Man –yang diperingatkan banyak kalangan agar tidak ditulis– mengemukakan pemahaman tentang sistem yang memacu globalisasi dan memicu kemiskinan jutaan umat manusia di seluruh dunia. Para agen economic hit man adalah segelintir profesional berpenghasilan sangat tinggi yang mengecoh pemerintahan suatu negeri triliunan dolar. Mereka menyalurkan dana dari Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), dan organisasi bantuan lainnya menjadi dana korporasi raksasa. Sarana mereka meliputi antara lain rekayasa laporan keuangan yang menyesatkan, praktek penyuapan, pemerasan, agen, seks dan pembunuhan.

Sumber: http://tanbihun.com/kajian/buku/pengakuan-seorang-ekonom-perusak-john-perkins/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar