Dalam bukunya yang diterjemahkan ke
Bahasa Indonesia berjudul Membongkar Kejahatan Jaringan Internasional, John
Perkins menulis: Kebanyakan warga AS tidak tahu bahwa bencana nasional bisa
disamakan dengan perang. Bencana sangat menguntungkan pebisnis besar. Banyak
uang untuk pembangunan kembali pasca bencana mengalir ke firma pembangunan AS
dan korporasi multinasional. Berbagai program “pemulihan pasca bencana” justru
memberi satu kendaraan lagi untuk menyalurkan uang kepada para pembangun
imperium (hal.50). Duapuluh enam Desember 2004 adalah hari yang kelam. Bukan
hanya bagi korban langsung tsunami yang mengerikan, tetapi juga bagi kita semua
yang percaya pada kasih sayang, kemuliaan dan amal baik kepada sesama penghuni
bumi (hal.51). Pemerintah Bush tidak menyia-nyiakan waktu. Sebulan setelah
Tsunami, tepatnya Januari 2005, Washington membalik kebijakan Clinton 1999 yang
memutuskan hubungan dengan militer Indonesia yang refresif. Gedung Putih
mengirimkan peralatan militer senilai 1 juta dolar ke Jakarta. Pada 7 Februari
2005, The New York Times melaporkan ” Washington menyabet kesempatan yang
muncul pasca-Tsunami … Menlu Condoleeze Rice mengambil langkah dengan
memperkuat pelatihan Amerika terhadap pejabat Indonesia secara signifikan…. (hal.
53). Sebuah contoh meyakinkan yang menunjukan betapa korporatokrasi
mengeksploitasi bencana alam bisa dilihat di Taman Nasional Gunung Leuser,
Aceh. Selama tiga dasa warsa warga setempat melakukan perlawanan untuk mencegah
masuknya perusahaan kayu dan minyak ke salah satu kawasan terkaya di dunia ini.
Namun setelah GAM ditumpas, kawasan ini terbuka untuk dieksploitasi kembali
(hal.54).
Afghanistan
dan Iraq sudah
binasa, para bankir Wall Street semuanya putus asa mencari-cari cara untuk
mengendalikan dunia kita ini, secara tiba-tiba dengan mudahnya Parit Sumatra
meledak. Trick or Treat? “Bahkan yang lainnya terlibat menyerang dalam bentuk
eco-type of terrorism, mereka dapat merubah iklim, membuat gempa bumi atau
meledakkan gunung berapi dari jarak jauh, dengan menggunakan senjata gelombang
elektomagnetik” Menteri Pertahanan Amerika, William S. Cohen, April 1997 Big
surprise! Kemungkinan Cohen sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa sebuah
senjata nuklir dapat mendorong terjadinya apa yang dia sebutnya sebagai
“gelombang elektromagnetik”.
Walaupun
kecenderungan alami manusia dikejutkan kedalam kesunyian karena banyaknya orang
yang mati dan luka-luka di Asia pada tanggal 26 Desember 2004, meskipun juga
sedikit merasa takut karena kehilangan kepercayaan pribadi karena besarnya
tingkat kejahatan yang baru saja terjadi, terdapat banyak bukti-bukti
kejanggalan yang dapat dibuktikan mengenai cerita resmi Tsunami yang dibuat
Amerika, sekarang harus dicatat walaupun secara sederhana, atau untuk selamanya
akan hilang ditelan waktu. Adalah tidak diragukan lagi bahwa sebuah gelombang
raksasa (Tsunami) telah menerjang sepanjang Asia Selatan dan Asia Tenggara
serta kekuatannya masih cukup untuk meneruskan bergerak ke sepanjang Lautan
India ke Afrika, membunuh dan melukai ratusan orang lainnya lagi. Jadi hanya
sebuah pertanyaan yang harus kita ajukan, ”apakah Tsunami ini terjadi secara
alami atau bencana yang dibuat manusia?”. Sebuah kejadian alam yang cukup
mengerikan, akan tetapi jika Tsunami merupakan perbuatan tangan-tangan jahil
manusia, maka kita tidak perlu bertanya lagi hanya menunjuk kepada satu-satunya
penjahat perang terbesar dalam sejarah dunia.
Untuk
membuat semua ketidakberesan menjadi masuk akal, kita harus memulainya dari
permulaan sekali, dan kemudian mengikuti arah kejadian-kejadiannya sebagaimana
yang mereka ungkapkan, terutama sekali kejadian-kejadian di sekitar daerah
sekeliling pusat gempa bumi Tsunami yang sebenarnya, karena episenter yang
disampaikan dengan tanpa belas kasihan oleh the New York Times dan CNN, sangat
berbeda dari lokasi sebenarnya. Pada tengah hari waktu Asutralia kita mencatat
dengan sebenarnya yang terjadi mengenai magnitude dan posisi yang dicatat oleh
Kantor Pencatatan Gempa Jakarta, Indonesia. Sebuah gempa bumi berukuran 6.4
skala Richter telah menghantam wilayah utara Indonesia, yaitu Pulau Sumatera.
Kantor Pencatatan Gempa Jakarta dengan teliti mencatat pusat gempa bumi yang
terjadi pada waktu itu yang lokasinya pada 155 mil di selatan barat daya
Provinsi Aceh. Posisinya kira-kira berada 250 mil selatan pada posisi yang
kemudian dipilih oleh the American NOAA, yang memetakan pusat gempa di barat
laut Aceh, dan yang pada mulanya diklaim terbaca sebesar 8.0. Richter. Celakanya,
walaupun kekuatan gempa tersebut tidak cukup untuk menutupi kerusakan yang
diakibatkan kejadian yang luar biasa, jadi NOAA secara terus-menerus
memperbaharui membacanya menjadi 8.5, kemudian menjadi 8.9, dan akhirnya 9.0 –
setidaknya untuk waktu itu.
Jadi,
kejanggalan pertama yang disuguhkan oleh pejabat-pejabat Amerika di NOAA,
tiba-tiba ditemukan sesuatu yang baru yang ‘fleksibel’ titik tertinggi gempa
bumi untuk kejadian tersebut, yang lebih besar daripada Jakarta, ketika kantor
di Jakarta menentukan lokasi yang lebih dekat pada hampir point-blank range.
Percayalah ketika kita menceriterakan kepada Anda bahwa tidak ada sesuatu
seperti ‘fleksibel’ yang baru ‘titik tertinggi yang diklaim NOAA. Titik pertama
tertinggi gempa bumi yang dicatat adalah hanya titik tertinggi yang sebenarnya,
kecuali tentu saja Anda sendiri kemudian menambahkan menggambar beberapa titik
tertinggi lainnya, untuk menyesuaikan dengan agenda yang diusahakan. Tentu saja
hanya terdapat satu titik pusat gempa yang telah dicatat secara dengan benar
oleh lusinan seismograf, baik di Indonesia maupun di India.
Untuk
menyederhanakan masalah bagi pembaca non-teknis, sebuah gempa bumi selalu
dipicu oleh sebuah getaran frekuensi elektromagnetik berkisar antara 0.5 sampai
12 Hertz, tetapi bukan kejadian yang mendadak, karena getaran frekuensi harus
tepat. Dengan demikian getaran yang sebenarnya mendekat, garis patah mulai
bergetar seperti seutas tali yang tegang, kemudian mengirimkan peringatan
kepada seismograf dalam bentuk peningkatan yang mantap berupa garis lintang
gelombang yang menyapu. Jika semua yang Anda dapat adalah sebuah cluster dari
“P” tekanan gelombang, kemudian Anda hampir pasti melihat ledakan di bawah
tanah atau di bawah permukaan laut. Bahkan ini sebenarnya hanya merupakan
sinyal yang banyak dari seismik yang didapat oleh Indonesia dan India, dan
mereka memperhatikannya dengan rasa keingin-tahuannya karena serupa dengan yang
dihasilkan oleh ledakan besar senjata nuklir bawah tanah di Nevada beberapa tahun
lalu.
Pemerintah
India mengetahui sepenuhnya dengan baik bahwa itu bukan sebuah gempa bumi
“normal”. Pada tanggal 27 Desember, India menolak untuk bergabung dengan
rencana eksklusif ‘club of four’ George Bush, yang akan secara efektif menarik
kekuatan nuklir Asia ini keluar dari koalisi barunya dengan Russia, China dan
Brazil. Pada tanggal 28 Desember Pemerintah India dengan sopannya
memperingatkan militer Amerika untuk tetap tidak memasuki wilayah
kedaulatannya, dan pada tanggal 29 Desember Editorial India Daily secara umum
mempertanyakan sifat dasar kejadian tersebut: “Apakah ini sebuah pameran
kekuatan oleh sebuah negara untuk memperlihatkan malapetaka apa yang biasa
diciptakan di wilayah ini? Dengan tingkat kerusakan yang ada dan sebagai fakta
bahwa India merupakan kekuatan regional di Asia Tenggara, Angkatan Laut India
bertanggungjawab untuk melakukan penyelidikan dan memberitahukan hasilnya ke
seluruh dunia, apa yang telah mereka temukan.”
Kita
akan kembali nanti kepada gambaran tugas yang relatif sederhana yaitu berupa
pengiriman sebuah senjata termonuklir berkekuatan multi-megaton ke dalam Parit
laut Sumatra, kemudian meledakkannya dengan akibat-akibat yang mengagumkan,
tetapi sekarang ini kita perlu untuk kembali ke tugas awal yaitu mengikuti
jalan kejadian dan ketidakberesan yang tak dapat dipahami. Pertama, kita harus
melakukan perjalanan ke selatan jauh ke gurun di pulau Australia yang sekarang
ini dikuasai oleh seorang penjilat Wall Street dikenal sebagai Little Johnny
Howard. Walau membuat kejengkelan yang amat kuat kepada “warganegara”
Australia, Little Johnny Howard tidak pernah melangkah ke luar Australia
kecuali dia menerima instruksi yang tegas dari seorang penjaganya di New York.
Ingatlah kenyataan ini, karena benar-benar penting dalam kaitan dengan apa yang
Australia lakukan berikutnya.
Pada
pagi hari tanggal 27 Desember, media Australia (yang dimiliki New York)
memberitakan dengan sangat jelas bahwa negara yang paling buruk terkena Tsunami
adalah Sri Lanka, sebuah negara pulau di ujung selatan India, seperti
Australia, Sri Lanka juga negara anggota Persemakmuran Inggris. Karena itu, Tim
Costello, kepala salah satu lembaga derma paling besar di Australia, segera
membuat rencana untuk terbang ke wilayah yang terkena musibah dan mengkaji
mengenai bantuan apa yang dibutuhkan. Tetapi pada pagi yang sama, Little Johnny
menari mengikuti irama musik yang berbeda, yang berdasarkan kepada kepatuhannya,
harus mengurangi sambungan telepon yang aman dari Wall Street. Dengan cara yang
benar-benar tertutup, Little Johnny dengan diam-diam memberangkatkan dua buah
RAAF Hercules pesawat pengangkut lengkap dengan suplainya ke Malaysia on “Stand
By”, dan memerintahkan dua buah pesawat lainnya diterbangkan ke Darwin di utara
Australia. Tolong dicatat jika Little Johnny mempunyai perhatian terhadap
kemanusiaan, keempat pesawat Hercules bisa saja diterbangkan secara langsung ke
mitranya sesama anggota Commonwealth, Sri Lanka, dimana setiap orang Australia
telah didiberitahu oleh media bahwa bantuan diperlukan. Tetapi tidak ada, tidak
diperuntukkan untuk itu, dan Little Johnny menunggu dengan sabarnya perintah
dari New York.
Masa
tunggu yang singkat, dan setelah sebuah jet pengintai terbang tinggi menetapkan
bahwa landasan terbang bersih di Medan di Sumatra bagian timur, keempat
Hercules Australia lengkap dengan pasukan, senjata dan lainnya, menyerbu
Sumatra tepat di selatan provinsi Aceh yang hancur. Pada gilirannya, dengan 90%
penduduknya terbunuh oleh Tsunami, Aceh barangkali suatu hari segera menjadi
Guantanamo Bay Indonesia, dipenuhi oleh ratusan orang Australia dan Amerika
yang diperlengkapi dengan senjata berat. Ingat secara hati-hati, meskipun pada
waktu itu ke-empat Hercules ini mendarat di Medan, publik Australia biasa masih
tidak mempunyai ide dimana Sumatra yang diserang Tsunami dengan sangat buruk
itu. Hanya Little Johnny mengetahui, dan tentu kepada kepercayaannya crystal
ball di New York. To hell with Sri Lanka, boss menginginkan sebuah dasar yang
utama untuk kontrak rekonstruksi yang sangat besar di Asia, yang dirancang
untuk menggantikan pencurian minyak dan rekonstruksi yang gagal di Irak, dan
tetap membuat miskin Zion tua yang berjalan terhuyung-huyung di atas kaki New
York untuk beberapa minggu atau bulan lagi.
Pada
akhirnya, apakah gerangan itu, berarti berapa banyak Goyim yang harus
meninggal? Dan dalam daftar mereka telah membunuh lebih dari 100,000
orang-orang Muslim di Sumatra dengan sebuah gelombang pasang surut, yang
merupakan sebagian pembayaran atas kekalahan mereka di Afghanistan dan Irak. Tidak
perlu dikatakan lagi ternyata Australia adalah termasuk kelompok awal yang
mempersiapkan diri, yang segera bergabung dengan anehnya karena sudah
mempersiapkan diri dengan baik dan diperlengkapi dengan peralatan Militer
Amerika Serikat, meskipun diragukan bahwa setiap perwira dan personelnya yang
terlibat benar-benar memahami apa yang sebenarnya terjadi. Hanya sedikit dari
mereka yang berpikir untuk mempertanyakan mengapa mereka melakukan latihan
selama setahun penuh hanya untuk sebuah tugas “Misi Kemanusiaan”, ketika semua
menunjuk kepada Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir yang sudah
terbiasa membunuh banyak orang. Lihat sajalah ke Falujah, tengoklah Falujah.
Meskipun
terdapat sejumlah besar korban Tsunami di negara bagian Tamil Nadu, India
merubah secara keseluruhan kapal penelitian INS Nirupak menjadi sebuah rumah
sakit terapung berkapasitas 50-tempat tidur kurang dari 72 jam, kemudian
mengirimkan kapal tak bersenjata itu untuk membantu orang Aceh di Indonesia
yang putus asa. Dengan membandingan secara langsung, dimana Amerika mengirimkan
kapal perang serta Marinir bersenjata. Padahal Angkatan laut Amerika Serikat
mempunyai dua buah kapal rumah sakit berkapasitas 1000 tempat tidur, yaitu the
‘Comfort’ dan the ‘Mercy’, namun tidak satu pun dikirim untuk membantu korban
di Aceh. Tapi pada kejadian September 2001 USNS Comfort dikirim ke New York
untuk menolong 3,000 orang Amerika yang meninggal, kurangnya tindakan Amerika
terhadap kejadian Tsunami di Aceh ini memberikan sinyal yang kuat bahwa tidak
adanya perhatian apapun dari power brokers di New York, walaupun 150,000 orang
meninggal (sebagian besar Muslim) di Kawasan Asia Tenggara dan setengah juta
orang lainnya luka-luka. Secara teoritis, Pentagon 9 megaton W-53 hulu-ledak
termonuklir (kiri atas), bisa dengan mudah dikemas dalam sebuah tempat kecil
‘menyerupai’ saturasi untuk menyelam (kanan atas), supaya terlindung dari
tekanan 10,000 pound dari setiap inci persegi di dasar laut Sumatra Trench.
Keseluruhan kemas yang dilapisi baja beratnya kurang dari lima ton, bisa
diselipkan di buritan kapal penyuplai anjungan minyak, yang di Asia sendiri
terdapat lebih dari 300 buah.
pemikiran konspiratif, berita yagn datang dari orang kafir itu perlu diselidiki. sebaiknya pembaca ada dalam posisi tidak menerima 100% juga tak menolak tanpa alasan.
BalasHapusAllah SWT berfirman:
BalasHapusوَاِذَا جَآءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَـوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖ ۚ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِ لٰۤى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْبِۢطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَا تَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا
"Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 83)