Pertama yang dilakukan setelah Rasulullah saw meninggal dunia
adalah -sesuai wasiat Nabi sendiri- mengumpulkan Al-Quran. Pengumpulan yang
dilakukan oleh Imam Ali bin Abi Thalib memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan pengumpulan yang dilakukan nantinya oleh orang-orang seperti Usman bin
Affan. Kelebihan itu lebih dikarenakan penertibannya sesuai dengan waktu
turunnya dan disertai dengan sebab-sebab turunnya ayat, tafsir dan ta'wil yang
dibutuhkan oleh umat Muhammad saw. Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengajukannya
kepada khalifah pertama Abu Bakar namun jawaban yang diterima demikian, 'Kami
tidak membutuhkan ini'. Imam Ali bin Abi Thalib kemudian memberikan isyarat
bahwa setelah ini mereka tidak akan mendapatkannya lagi. Dan memang demikian. Al-Quran
yang dikumpulkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib kemudian diwariskan kepada Imam
setelahnya dari anak-anaknya.
Disebutkan juga bahwa Imam Ali bin Abi Thalib memiliki beberapa karya lain yang
disebut dengan Shahifah yang memuat hukum-hukum tentang diyat (ganjaran bagi
pelanggar). Bukhari, Muslim dan Ibnu Hanbal meriwayatkan tentang adanya
Shahifah ini. Ada juga kita yang dinisbatkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib
yang disebut Al-Jamiah. Buku ini memuat semua hal yang dibutuhkan oleh manusia
yang terkait dengan masalah halal dan haram. Imam Shadiq AS. menjelaskan
keberadaan buku ini dan menyebutkan bahwa panjangnya tujuh puluh jengkal.
Ditambahkan juga bahwa semua masalah disebutkan di dalamnya bahkan sampai pada
hal-hal yang remeh sekalipun.
Buku Al-Jifr yang disebut-sebut juga sebagai milik Imam Ali bin Abi Thalib
memuat hal-hal yang berhubungan dengan ramalan masa depan dan lembaran-lembaran
para Nabi sebelumnya. Buku Al-Jifr ini hampir sama dengan mushaf Fathimah
Az-Zahra AS. yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib dengan dikte dari Fathimah
AS. setelah kematian ayahnya Muhammad Saw. Keduanya memuat
pengertian-pengertian yang terilhamkan kepada mereka. Buku-buku yang telas
disebutkan di atas terhitung barang-barang warisan imamah yang berpindah tangan
dari satu Imam kepada Imam yang lain.
Para ulama telah berusaha keras untuk mengumpulkan warisan intelektual Imam Ali
bin Abi Thalib mulai dari khotbah-khotbahnya, surat-surat hingga
kalimat-kalimat hikmahnya. Kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku yang diberi
nama sesuai dengan tujuan dan para pengumpul. Buku paling pertama yang
mengumpulkan semua itu dan yang paling terkenal adalah Nahjul Balaghah yang
dikumpulkan oleh Syarif Ar-Radhi yang wafat pada tahun 404 H. Syarif Radhi
telah mengumpulkan pemikiran-pemikiran cemerlang dari Imam Ali bin Abi Thalib
dalam berbagai macam masalah dimulai dari akidah, akhlak, sistem pemerintahan
dan pengaturannya, sejarah, sosial, psikologi, doa, ibadah dan berbagai macam
ilmu yang terkait dengan alam. Karena tidak semua pikiran-pikiran Imam Ali bin
Abi Thalib terkumpulkan oleh Syarif Radhi dalam Nahjul Balaghah membuat
sebagian ulama yang lain untuk ikut mengumpulkan ide-ide Imam Ali bin Abi
Thalib yang kemudian disebut dengan nama Mustadrakat Nahjul Balaghah.
Imam An-Nasa'i yang wafat pada tahun 303 H meriwayatkan hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasulullah saw yang diberi nama
Musnad Imam Ali AS.
Al-Amidi, wafat pada tahun antara 520 dan 550 H, mengumpulkan kalimat-kalimat
pendek Imam Ali bin Abi Thalib yang berisikan hikmah dan kebijakannya yang
disebut dengan nama Ghurar Al-Hikam wa Durar Al-Kalim.
Abu Ishaq Al-Witwath yang meninggal antara tahun 553 dan 583 H mengumpulkan
ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib dalam bukunya yang disebut Matlub Kulli
Thalib min Kalam Ali bin Abi Thalib. Al-Jahizh, meninggal tahun 255 H, sendiri
mempunyai buku yang berkaitan dengan ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib nama
buku tersebut adalah Miah Kalimah. Sementara At-Thabarsi, penulis buku tafsir
terkenal Majma' Al-Bayan, mengumpulkan ucapan-ucapan Imam Ali dalam bukunya
Natsr Al-La'ali. Nashr bin Muzahim memiliki buku bernama Shiffin yang berisi
kumpulan dari khotbah dan surat-surat Imam Ali bin Abi Thalib. Dan sebuah buku
yang bernama As-Shahifah Al-Alawiyah memuat kumpulan doa-doa yang dinisbatkan
kepada Imam Ali bin Abi Thalib.
Mengenal Nahjul
Balaghah
Bila Al-Quran disebut sebagai mukjizat kenabian, maka Nahjul Balaghah sebagai
mukjizat imamah. Rasionalitas yang tampak dalam metode penyampaian yang
transenden dan jelas dalam setiap kalimat Nahjul Balaghah telah ditanam dan
dipupuk oleh Nabi Muhammad saw yang langsung mendapat tuntunan dari wahyu Allah
swt. Setiap tema yang disampaikan dalam Nahjul Balaghah dapat ditemukan cahaya
Allah memancar dari depan dan hidayah Nabi menerangi jalan di depannya.
Syarif Ar-Radhi, sang penyusun Nahjul Balaghah, berkata, 'Imam Ali bin Abi
Thalib adalah orang memunculkan kefasihan dalam puncaknya. Dari beliau
rahasia-rahasia dan aturan-aturan kefasihan dalam bahasa Arab diambil. Setiap
orator besar bakal mengambil permisalan yang dibawakan oleh Imam Ali bin Abi
Thalib. Setiap mubalig selalu terbantu dengan ucapan-ucapannya. Namun pun
demikian, kefasihan Imam Ali bin Abi Thalib adalah yang terdepan dan setiap usaha
yang ingin dilakukan tetap tidak dapat melampaui kefasihannya bahkan selalu
terbelakang. Itu semua karena ucapan Imam Ali bin Abi Thalib mendapat sentuhan
ilmu ilahi dan di dalamnya tercium ucapan Nabi.
Mengenal akal,
pengetahuan dan ilmu
1. Tidak ada kekayaan seperti ilmu dan kemiskinan seperti kebodohan. Akal
adalah sumber kebaikan dan paling mulia potensi yang dapat memilih dan memilah.
Akal adalah hiasan yang paling indah.
2. Akal adalah utusan kebenaran. Akal adalah dasar terkuat. Manusia dikenal
dengan akalnya. Dengan akal segala sesuatu dapat diperbaiki.
3. Ilmu adalah penutup sementara akal bak pedang tajam yang dapat membelah.
Sembunyikan kegamangan akhlakmu dengan kesabaran. Bunuh hawa nafsumu dengan
akalmu. Berpikir adalah cermin yang bening.
4. Akal adalah pemilik tentara Maha Penyayang dan hawa nafsu adalah pemimpin
tentara setan. Jiwa senantiasa ditarik oleh keduanya. Siapa yang berhasil
menguasai maka jiwa berada dalam pengawasannya.
5. Keutamaan yang perlu dimiliki oleh seseorang adalah akal. Bila orang
tersebut rendah akan menjadi mulia, bila terjatuh akan ditinggikan, bila
tersesat akan ditunjuki dan bila berbicara akan di tuntun ke jalan yang lurus.
6. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang
menghidupkan akalnya, menguasai hawa nafsunya dan berusaha sekuat tenaga untuk
memperbaiki akhiratnya.
7. Agama diukur sesuai dengan kemampuan akal. Seorang mukmin tidak akan beriman
sehingga ia berakal. Nilai setiap orang diukur dengan akalnya.
8. Ketahuilah akal lewat beberapa hal berikut ini:
a. Akal adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan melihat kepada akibat
perbuatan dan membuat orang waspada.
b. Akal adalah prinsip ilmu dan yang mengajak manusia memahami sesuatu.
c. Akal adalah potensi yang semakin bertambah dengan ilmu dan eksperimen.
d. Hati terkadang memiliki pikiran-pikiran buruk dan akal yang menahan dan
melindunginya.
e. Akal yang sehat menolak penghinaan terhadap akal itu sendiri.
f. Orang yang disebut berakal adalah orang yang mampu memilih dan memilah
kebaikan dari dua keburukan.
Mengenal
Al-Quran dan Sunah
1. Imam Ali bin Abi Thalib AS. berkata, 'Diturunkan Al-Quran kepada kalian
sebagai penjelas segala sesuatu. Allah memanjangkan umur Nabi di antara kalian
sehingga Allah menyempurnakan buatnya dan buat kalian -terkait dengan ajaran
yang diturunkan lewat Al-Quran- agama-Nya yang diridai-Nya.
2. Demikianlah Al-Quran. Ia tidak dapat berbicara. Oleh karenanya ajak
berdialog Al-Quran. Akan tetapi aku akan mengabarkan kepada kalian tentang
Al-Quran. Ketahuilah, di dalamnya ada ilmu tentang yang akan datang sebagaimana
ada cerita tentang masa lalu. Al-Quran adalah obat penyakit kalian dan
memperbaiki hubungan di antara kalian. Sebagian ayat Al-Quran berdialog dan
berbicara dengan sebagian yang lain. Sebagian ayat Al-Quran menjadi saksi buat
ayat yang lain. Al-Quran tidak berselisih tentang Allah dan tidak juga pembawa
Al-Quran, Muhammad saw, menyimpang dari Allah swt. Al-Quran tidak bengkok
sehingga perlu diluruskan, tidak menyimpang sehingga perlu ditegur dan
dinasihati. Ia tidak diciptakan karena banyaknya penolakan dan seringnya sampai
ke pendengaran. Keajaibannya tidak akan pernah sirna sebagaimana
keanehan-keanehannya tidak bakal lenyap. Kegelapan tidak akan lenyap tanpa
Al-Quran.
Al-Quran bak musim semi yang menumbuhkan hati. Al-Quran adalah sumber ilmu.
Tidak akan ditemukan sesuatu yang lebih jelas dan nampak buat hati selain
Al-Quran. Al-Quran merupakan tambang iman dan fondasinya, sumber ilmu dan
lautannya, taman keadilan dan bagian darinya, dasar Islam dan bangunannya,
sungai-sungai tempat mengalirnya kebenaran dan ladangnya, lautan yang tidak
akan pernah habis di sedot, mata air yang mengalir yang tidak akan habis
diambil. Allah menjadikan Al-Quran sebagai pelepas dahaga ulama dan penyemai
hati para fakih, sebagai bukti bagi jalannya orang-orang baik, penunjuk kepada
orang yang sadar, sebagai ungkapan bagi yang meriwayatkannya, sebagai penghukum
bagi yang menginginkan keadilan, sebagai penyembuh bagi penyakit tidak
dikhawatirkan dan sebagai obat bagi yang tidak ada penyakit lagi. Hendaklah
sembuhkan dirimu dengannya dari penyakit-penyakit kalian, minta bantuannya atas
masalah-masalah yang kalian hadapi. Dalam Al-Quran ada obat untuk penyakit
paling sulit yaitu kekafiran, kemunafikan, kezaliman dan kesesatan'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkenaan dengan masalah Sunah Rasulullah saw telah
mengajak kaum muslimin untuk mengamalkannya. Beliau juga tidak luput
menerangkan posisi para Imam dalam mengantarkan Sunah yang benar kepada umat
Islam serta menghidupkan ajaran-ajaran Nabi yang berusaha untuk dihilangkan
oleh para penyeleweng dan mereka yang ingin menonaktifkan Sunah Rasulullah saw.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Ikutilah tuntunan Nabi kalian Muhammad saw
karena tuntunannya adalah hidayah yang paling utama. Amalkanlah Sunah Nabi
karena Sunahnya adalah yang paling menuntun manusia'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Hamba yang paling dicintai di sisi Allah
adalah orang yang mengikuti dan mengamalkan sesuai dengan perilaku dan jejak-jejak
Nabi Muhammad saw'. Beliau melanjutkan, 'Relakanlah Muhammad saw sebagai
pemandu kalian dan jadikan ia sebagai pemimpin menuju keselamatan'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Pada tangan manusia ada kebenaran dan
kebatilan, kejujuran dan kebohongan, nasikh (yang menghapus) dan mansukh (yang
terhapus), umum dan khusus, muhkam (yang pasti) dan mutasyabih (yang samar) dan
dihafalkan dan dikhayalkan. Telah terjadi ada orang yang berdusta atas nama
Rasulullah saw ketika Nabi masih hidup sehingga membuat beliau harus bersiri
berpidato, 'Barang siapa yang berbohong dengan mengatasnamakan namaku secara
sengaja niscaya ia telah menyiapkan tempatnya di neraka'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Keluarga Muhammad saw tidak dapat
dibandingkan dengan siapa pun dari umat ini. Kehidupan mereka adalah
personifikasi ilmu sementara kematian bagi mereka sama artinya dengan
kebodohan. Mereka tidak pernah menentang kebenaran dan tidak pernah berselisih
tentangnya. Mereka adalah tiang-tiang penguat agama dan sahabat karib yang
menjaga. Dengan keberadaan mereka niscaya kebenaran kembali pada takarannya dan
kebatilan akan sirna dan lenyap dari tempatnya serta lidahnya akan terpotong
dari pangkalnya. Mereka mengikat agama dengan akal yang sadar dan terlindung
tidak dengan akal yang hanya mendengar dan kemudian meriwayatkan. Mereka adalah
tempat rahasia-rahasia Rasulullah saw dan pengayom urusannya, pelapis dan
pelindung ilmunya dan penakwil hikmah-hikmahnya, gua tempat buku-bukunya dan
gunung yang melindungi agamanya. Mereka adalah lentera di kegelapan dan sumber
kebijakan, tambang ilmu dan tempatnya kesabaran'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Sesungguhnya aku berada di atas kebenaran
yang jelas dari Tuhanku dan sesuai dengan cara Nabiku. Sesungguhnya aku berada
di atas jalan yang jelas ketika aku berucap'.
Mengenal Tauhid,
keadilan dan hari akhir
Imam Ali bin Abi Thalib ketika menetapkan dan membuktikan keberadaan Allah swt
berkata, 'Segala puji syukur hanyalah milik Allah yang menunjukkan
keberadaannya dengan ciptaan-Nya, penciptaan makhluk menunjukkan keazalian-Nya
dan kesalahan yang makhluk-Nya perbuat menunjukkan bahwa tidak ada yang
menyerupai-Nya. Ia berkata, 'Aku heran kepada orang yang ragu dengan Allah
sementara ia melihat ciptaan-Nya bahkan bagi akal ditampakkan kepada kita
tanda-tanda pengaturan yang rapi dan kepastian yang tidak berubah.
Ketika Imam Ali bin Abi Thalib ditanya, 'Apakah engkau melihat Tuhanmu? Imam
Ali bin Abi Thalib menjawab, 'Bagaimana mungkin aku menyembah Tuhan yang tidak
kulihat? Kemudian beliau melanjutkan, 'Allah tidak dapat dilihat dengan mata
panca indera akan tetapi hati yang melihatnya dengan hakikat iman. Allah lebih
agung dari penetapan pengaturannya dengan hati.
Dalam doanya yang terkenal dengan nama doa Shabah beliau berkata, 'Wahai Zat
yang menunjukkan diri-Nya dengan Zat-Nya. Zat yang suci dari penyerupaan dengan
makhluk-Nya. Zat yang lebih mulia dari kesamaan dengan makhluknya dalam
kualitas. Wahai Zat yang lebih dekat dari persangkaan yang terbetik dalam benak
seseorang dan lebih jauh dari sekelebatan pandangan dan mengetahui sesuatu yang
belum terjadi.
Imam Ali bin Abi Thalib memuat khotbah-khotbahnya dengan pengertian-pengertian
yang tinggi yang diambil dari ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan kekuatan
ilahiah; langit dan bumi. Beliau menjelaskan dengan panjang lebar bagaikan
ilmuwan yang tahu betul apa yang diucapkannya. Ia menjelaskan dengan detil
ayat-ayat kekuasaan Allah yang membuat siapa yang mendengarnya akan bertambah
keimanan, kekhusyukan dan ketundukkannya kepada Allah swt. Karena begitu
mendengar ucapan Imam Ali bin Abi Thalib seseorang dapat merasakan langsung apa
yang dibicarakannya. Sebagaimana Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Demi Allah!
Seandainya disingkap segala penutup dari diriku aku tidak akan bertambah yakin'.
Imam Ali bin Abi Thalib memberikan penggambaran yang detil tentang sifat-sifat
Allah yang membuat para filsuf menjadikan ucapan-ucapannya sebagai bahan kajian
yang dapat membuka pembahasan lebih luas. Tanpa ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi
Thalib pembahasan sifat ilahi para pembahas dapat tersesat karena ucapan beliau
bersumber dari hidayah rabbani.
Beliau berkata, 'Kesempurnaan tauhid dan pengesaan Allah adalah ikhlas
kepada-Nya. Kesempurnaan keikhlasan kepada Allah swt adalah menafikan sifat
dari-Nya. Hal itu dikarenakan setiap sifat pasti bukan zat yang disifati dan
setiap zat yang disifati pasti bukan sifat. Oleh karenanya, barang siapa yang
menyifati Allah swt berarti ia telah menjadikan teman bagi-Nya. Dan barang
siapa yang berpikir bahwa Allah memiliki teman itu berarti ia telah
menduakan-Nya. Barang siapa yang menduakan-Nya berarti ia telah membagi-Nya.
Dan barang siapa yang membagi-Nya berarti ia tidak mengerti tentang-Nya. Dan
barang siapa yang tidak mengetahui-Nya berarti ia telah menunjukkan-Nya. Barang
siapa yang menunjuki-Nya berarti ia telah membatasi-Nya. Dan barang siapa yang
membatasi-Nya berarti telah menganggap-Nya berbilang. Allah ada tanpa
diciptakan, wujud-Nya tidak diperoleh setelah sebelumnya tidak ada. Allah
senantiasa bersama dengan segala sesuatu tapi tidak menemani mereka dan tidak
bersama segala sesuatu tapi tidak sirna.
Imam Ali bin Abi Thalib berargumentasi tentang keesaan Allah dengan ucapannya,
'Ketahuilah wahai anakku, Seandainya Allah memiliki sekutu niscaya utusannya
telah mendatangimu dan engkau akan melihat bekas-bekas kerajaan dan
kekuasannya. Ketahuilah wahai anakku, tidak ada seseorang pun yang memberikan
kabar berita tentang Allah swt sebagaimana kabar berita yang dibawakan oleh
Rasulullah saw maka relakanlah ia menjadi penuntunmu'.
Imam Ali bin Abi Thalib memerikan keadilan Allah swt dengan ucapannya,
'Keadilan membuat Allah tidak berbuat kezaliman kepada hamba-Nya dan berbuat
keadilan terhadap semua makhluk-Nya. Allah berbuat keadilan kepada semua
makhluk-Nya dalam hukum dan menghukumi segala sesuatunya dengan keadilan. Imam
Ali bin Abi Thalib kebudian berkata, 'Sesungguhnya Allah tidak memerintahkanmu
kecuali ada kebaikan dibaliknya dan tidak akan melarangmu kecuali ada kejelekan
dibalik larangannya. Hukum-Nya satu tidak pilih kasih baik untuk penghuni
langit atau bumi. Allah tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga karena
perbuatan yang membuatnya seharusnya berada di neraka'.
Mengenal
kepemimpinan ilahi (kenabian dan imamah)
Hidayah ilahi yang disebut dengan kepemimpinan orang-orang yang diberi hidayah.
Orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk memberi petunjuk kepada hamba-hamba
Allah adalah sunnatullah yang senantiasa ada bagi makhluk-Nya. Allah membekali
mereka dengan akal, ilmu dan mempersenjatai mereka dengan iradah dan kehendak.
Sunnatullah yang berlaku kepada manusia ini dimulai dengan pemilihan Adam AS.
sebagai sebaik-baik makhluk-Nya. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Allah swt
kemudian menurunkan Adam ke bumi setelah ia bertaubat agar ia memakmurkan dunia
dengan anak keturunannya sekaligus menegakkan bukti Allah kepada hamba-Nya.
Allah tidak akan membiarkan mereka dalam kekosongan setelah memilih mereka dan
menegaskan kepada makhluk-Nya akan bukti rububiah-Nya yang menjadi perantara
antara makhluk-Nya dan pengetahuannya. Bahkan Allah swt telah mengadakan
perjanjian dengan mereka lewat lisan manusia-manusia pilihan-Nya dari para Nabi
dan mereka yang bertanggung jawab membawa amanat risalah-Nya dari abad ke abad.
Allah meletakkan amanat tersebut kepada sebaik-baik orang yang mampu menjaga
amanat-Nya. Keturunan-keturunan mulia inilah yang memegang amanat tersebut yang
berpindah dari rahim yang suci ke rahim suci lainnya. Semua ini bak rantai yang
tak berputus hingga sampai pada keturunan terakhir mereka Muhammad saw.
Keturunan termulia dari tambang ilmu dan keutamaan. Keturunan yang lahir dari
pohon di mana para Nabi Allah berasal dari sana begitu juga mereka para pembawa
amanat ilahi'.
Imam Ali bin Abi Thalib menyifati kezuhudan para Nabi, keberanian, kerendahan
hati dan bagaimana Allah melindungi dan mendidik mereka sekaligus menguji dan
memberi cobaan kepada mereka dalam perjuangan di jalan Allah. Imam Ali bin Abi
Thalib juga menjelaskan kewajiban-kewajiban para Nabi yang dapat dilihat dalam masalah
tablig dan dakwah kepada Allah swt, memberi kabar gembira dan ancaman,
menegakkan hukum Allah di bumi, memberi petunjuk manusia dengan mengeluarkan
mereka dari kebodohan dan kesesatan dan berjuang menghadapi musuh-musuh Allah.
Jalan yang telah dipersiapkan Allah untuk memberikan petunjuk manusia akan
berlangsung secara berkesinambungan hingga hari kiamat. Oleh
karenanya, bumi tidak akan pernah kosong dari bukti Allah; baik itu tampak dan
diketahui banyak orang atau tersembunyi. Karena yang terpenting adalah
bagaimana bukti Allah tetap ada di muka bumi dan tidak lenyap. Ketika kenabian
telah berakhir dengan Nabi Muhammad saw, maka perintah pemberian petunjuk
berpindah kepada keluarganya yang dikenal sebagai keluarga terbaik. Orang-orang
yang bilsa berbicara pasti dilakukan dengan kejujuran dan bila berdiam diri
tidak didahului. Mereka berasal dari pohon kenabian, dilingkupi oleh risalah
kenabian, tempat lalu lalang para malaikat, tambang ilmu pengetahuan dan sumber
kebijakan. Mereka orang-orang yang memiliki posisi yang mulia di sisi Allah.
Dengan keberadaan mereka Allah swt menjaga bukti-bukti dan hujjah-Nya. Al-Quran
dapat diketahui karena mereka dan dengan Al-Quran mereka dapat dikenal, pada
mereka kemuliaan Al-Quran tersimpan dan khazanah kasih sayang Allah dan mereka
orang-orang yang disebut dalam Al-Quran Ar-Rasikhun bil 'Ilm (orang-orang yang
menyatu dengan ilmu tentang Al-Quran). Kesabaran mereka akan menjelaskan
seberapa luas ilmu yang dimiliki, bentuk dan perilaku lahiriah mereka akan
menunjukkan batin mereka dan diamnya mereka menandakan kebijakan berpikir dan
bertutur. Mereka tidak pernah menentang kebenaran dan tidak pernah berselisih
dalam hal kebenaran. Mereka adalah tiang-tiang penguat agama dan bak sahabat
karib yang menjaga agama. Dengan keberadaan mereka niscaya kebenaran kembali
pada takarannya dan kebatilan akan sirna dan lenyap dari tempatnya. Mereka
adalah asas agama dan pokok keyakinan. Orang yang telah melampaui batas akan
menyesuaikan dirinya dengan menjadikan mereka sebagai tolok ukur dan orang yang
tertinggal dapat menyesuaikan diri dengan menjadikan mereka sebagai patokan.
Mereka memiliki kekhususan-kekhususan tertentu seperti hak memiliki wilayah
(kepemimpinan) dan wasiat serta warisan Nabi tentang kepemimpinan adalah untuk
mereka.
Imam Ali bin Abi Thalib menegaskan kedudukan dan posisi Ahli Bayt AS. selaku
pemimpin baik dalam bidang pemikiran maupun dalam bidang politik. Imam Ali bin
Abi Thalib berusaha mendekatkan kepemimpinan yang terlanjur dijauhkan dari
pemiliknya yang semestinya setelah ditentukan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau
mengkritik cara pandang dan kebijakan para khalifah sebelum dirinya baik secara
global maupun detil. Sekalipun dengan kritik itu beliau telah merelakan, secara
terpaksa, haknya sebagai khalifah dan berusaha mengajukan ide-ide murni yang
bersumber dari Nabi tentang kepemimpinan setelah Rasulullah saw. Imam Ali bin
Abi Thalib tetap berjuang untuk merealisasikan kebenaran dengan cara dan metode
yang bijak dan sesuai dengan kondisi kritis yang sedang dialami negara dan umat
Islam pada waktu itu. Beliau mampu mengajukan teori dan sistem yang sempurna
dan menyiapkan sejumlah kader untuk menerapkannya ketika kondisi memungkinkan
untuk itu.
Mengenal Imam
Mahdi
Kajian tentang masalah Imam Mahdi AF. terpengaruh perhatian yang diberikan
kepada Al-Quran dan Nabi Muhammad saw. Imam Ali bin Abi Thalib AS. sekalipun
dalam kondisi yang sulit di mana masyarakat Islam yang baru dan belum stabil
masih tetap memberikan perhatian yang cukup tentang masalah Imam Mahdi AF.
Beliau berkata, 'Ketahuilah bahwa pada suatu hari -dan hari itu akan datang
sekalipun kalian tidak mengetahuinya kapan- di mana seorang pemimpin akan
muncul dan bukan dari keluarga pemimpin yang ada sekarang. Ia akan menghukumi
para pejabat pemerintahan sesuai dengan perbuatan buruk mereka. Bumi akan
mengeluarkan barang tambangnya demi sang pemimpin. Ia akan menunjukkan
bagaimana cara menjalankan roda pemerintahan dengan adil kepada kalian.
Al-Quran dan Sunah Nabi yang sampai sebelum munculnya dipinggirkan dan tidak
dipergunakan sebagaimana mestinya akan dihidupkan kembali olehnya'.
Ucapan Imam Ali bin Abi Thalib tentang Imam Mahdi AF. Adalah cara pandang yang
detil dan pasti serta memberikan penerangan yang jelas mengenai tanda-tanda
kemunculannya. Kemunculannya akan terlihat pada revolusi global yang kemudian
memberikan kesempatan kembali kepada Islam memainkan peranannya di dunia Islam
dan bahkan untuk manusia dan kemanusiaan. Imam Ali bin Abi Thalib tentang
pemimpin revolusi global ini berkata, 'Oleh Imam Mahdi AF. segala keinginan
yang ada akan diikutkan sesuai dengan petunjuk wahyu setelah sebelumnya
masyarakat menjadikan hidayah dan petunjuk senantiasa mengikuti hawa nafsunya.
Masyarakat dengan segala macam teori yang ada dipaksakan kepada Al-Quran dan
Al-Quran hanya dipakai sebagai bahan justifikasi pendapat mereka sementara Imam
Mahdi AF. berusaha agar semua teori dan pandangan yang ada malah mengikuti
Al-Quran dan bukan sebaliknya'.
Sebuah yayasan yang bernama Muassasah Nahjul Balaghah telah berhasil
mengumpulkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib tentang
Imam Mahdi AF. Hadis-hadis tersebut telah terkumpul dalam satu volume dan hadis
yang terkumpul sebanyak 291 hadis. Empat belas hadis berbicara tentang nama,
sifat-sifat dan nama panggilan dari Imam Mahdi. Tujuh puluh tujuh hadis
menjelaskan tentang keturunan Imam Mahdi AF. bahwa ia berasal dari keturunan
Quraisy, Bani Hasyim, Ahli Bayt dan dari keturunan Ali bin Abi Thalib sendiri.
Ia adalah keturunan dari Fathimah Az-Zahra AS. juga keturunan dari Imam Husein
AS. dan salah satu imam kedua belas. Empat puluh lima hadis berhubungan dengan
Imam Mahdi AF. dalam Al-Quran, Nahjul Balaghah dan syair yang diucapkan oleh
Imam Ali bin Abi Thalib. Dua puluh tiga hadis berbicara tentang para penolong
Imam Mahdi AF. dan riwayat-riwayat yang menyinggung tentang pemimpin. Dua belas
hadis bercerita tentang masalah keluarga Sufyan dan Dajjal. Dua puluh enam
hadis menjelaskan tentang kegaiban Imam Mahdi AF. dan ujian serta cobaan orang-orang
Syi'ah semasa kegaiban Imam Mahdi dan keutamaan melakukan penantian kemunculan
Imam Mahdi AF. Tujuh puluh lima hadis menceritakan tentang fitnah sebelum
kemunculan Imam Mahdi AF. tanda-tanda kemunculannya, apa yang akan diperbuat
dan akan terjadi setelah kemunculan Imam Mahdi AF. masalah hewan-hewan berkaki
empat di bumi serta Ya'juj dan Ma'juj. Sembilan belas hadis berkaitan dengan
keutamaan masjid Kufah dan akan keluarnya seorang dari Ahli Bayt dengan
orang-orang dari timur yang membawa pedang di pundaknya selama delapan bulan
sehingga orang-orang berkata, 'Demi Allah! Orang ini dari keturunan Fathimah.
Kemudian ia menjelaskan pemerintahan di muka bumi dengan munculnya Imam Mahdi
AF. bagaimana ia memerintah dan terakhir bagaimana agama ditutup dengannya.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Wahai Kumail! Ilmu yang ada ini akulah
pembukanya sementara rahasia yang ada diakhiri oleh Al-Mahdi AF. Wahai Kumail!
Kalian perlu memperhatikan masa lalu kalian dan kami yang akan menang dibanding
kalian'.
Agama dibuka dan ditutup dengan kami. Karena kami orang-orang selamat dari
kesesatan yang ditimbulkan oleh fitnah sebagaimana mereka telah diselamatkan
dari kesesatan syirik. Allah swt mendekatkan hati kaum muslimin berkat kami
setelah permusuhan yang ditimbulkan oleh fitnah sebagaimana hati dan agama
mereka telah didekatkan setelah permusuhan yang berlandaskan kesyirikan'.
Seandainya pemimpin kami, Al-Mahdi, telah muncul niscaya langit akan
mengucurkan hujan dan bumi akan menumbuhkan tanaman. Permusuhan akan hilang
dari hati manusia. Binatang-binatang liar akan menjadi jinak sehingga seorang
wanita berjalan dari Irak hingga ke Syam dengan aman. Ia hanya meletakkan
kakinya di atas tumbuh-tumbuhan dan perhiasan yang berada di atas kepalanya
tetap karena binatang-binaang buas tidak mengganggu dan tidak
menakuti-nakutinya'.
Mengenal
pemerintahan Islam: filsafat dan prinsip
Imam Ali bin Abi Thalib telah mengajukan bentuk praktis dalam pemerintahan
Islam sepeninggal Rasulullah saw. Bentuk praktis ini digandengkan dengan teori
paripurna yang sesuai dengan berbagai dimensi kehidupan yang ditunjukkan dengan
surat dan perjanjiannya yang terkenal kepada Malik Al-Asytar ketika diangkat
menjadi gubernur Mesir. Para sosiolog begitu menaruh perhatian terhadap surat
ini dan memberikan komentar, penjelasan dan membandingkannya dengan sistem
sosial pemerintahan lain. Teks ini termasuk salah satu dalil bagi keindahannya
dan dengan ini mazhab Ahli Bayt berbeda dengan semua aliran yang ada yang
membawa nama Islam dan kekhalifahan Islam. Sebagai tambahan dari teks yang luar
biasa ini dapat ditemukan di Nahjul Balaghah dan buku-buku lainnya yang sampai
kepada para ulama, teks ini juga dapat membantu untuk memahami dan menyingkap
ide dan pemikiran Imam Ali bin Abi Thalib dan pandangan Islam tentang filsafat
pemerintahan dan sistemnya baik prinsip maupun cabang masalahnya. Untuk itu ada
baiknya untuk melihat secara ringkas pandangan tersebut.
Imam Ali bin Abi Thalib telah menegaskan bahwa pemerintahan adalah merupakan
keharusan sosial manusia dengan ucapannya, 'Masyarakat, apapun itu, membutuhkan
pemimpin; baik atau buruk. Sementara Imamah adalah sistem umat'. Beliau juga
kemudian menjelaskan bahwa pemerintahan adalah pengenalan terhadap kehidupan
itu sendiri, 'Kekuasaan menampakkan kekhususan yang baik sebagaimana terkadang
memunculkan keburukan'.
Beliau menjelaskan bahwa pemerintahan dan kekuasaan adalah sesuatu yang bakal
lenyap. Oleh karenanya, jangan sampai tertipu olehnya. Beliau berkata, 'Negara,
sebagaimana dia diterima juga ditolak'. Kemudian beliau memberikan pandangan
pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat bahwa pemerintahan yang patut
dicontoh adalah yang memiliki nilai dan layak untuk dipersiapkan dan dibuat
rencana masa depannya.
Garis-garis besar sistem pemerintahan Islam dan fungsi negara percontohan Islam
sebagai berikut:
1. Membudayakan dan mendidik umat.
2. Menegakkan keadilan.
3. Mengayomi agama.
4. Menegakkan supremasi hukum.
5. Mendidik masyarakat.
6. Bersungguh-sungguh dalam memperbaiki (nasihat) dan penyampaiannya.
7. Menyiapkan dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat.
8. Melindungi dan membela kemerdekaan dan kemuliaan umat.
9. Mengamankan stabilitas dalam negeri.
10. Menolong kaum lemah.
11. Membantu orang tertindas.
12. Perhatian lebih pada pembangunan.
Sementara syarat-syarat penguasa yang patut dicontoh hendaknya ia memiliki
sifat-sifat yang dipandang penting dalam menguatkan dan menstabilkan negara.
Secara ringkas syarat-syarat pemimpin sebagai berikut:
1. Menolong dan membantu kebenaran.
2. Memahami permasalahan yang dihadapi.
3. Pengetahuan yang luas.
4. Keberanian dalam menegakkan kebenaran.
5. Memiliki niat yang baik.
6. Berbuat baik kepada rakyat.
7. Memiliki rasa harga diri yang tinggi.
8. Berbuat adil tanpa pandang bulu.
9. Kemampuan manajemen dan ekonomi.
10. Kejujuran.
11. Kelemahlembutan.
12. Sabar.
13. Melindungi dan membela agama.
14. Wara' (bertakwa).
15. Dipercaya dan bertanggung jawab.
16. Sadar.
17. Mengeluarkan undang-undang yang mampu dilakukan oleh masyarakat.
18. Tidak membohongi masyarakat dengan alasan kekuasaan.
19. Pembagian kerja yang benar dan penunjukan tanggung jawab sesuai dengan
kemampuannya.
20. Usaha keras dan kedermawanan namun tidak menghambur-hamburkan kekayaan
negara secara royal.
Ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib penuh dengan sebab-sebab yang dapat
meruntuhkan sebuah negara sekaligus juga mewanti-wanti para penguasa, pejabat
dan para wali kota untuk berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalamnya. Secara
ringkas beberapa sebab yang dapat meruntuhkan sebuah negara:
1. Kebodohan
2. Pemaksaan pendapat dan tidak mau bermusyawarah.
3. Mengikuti hawa nafsu.
4. Berbilangnya jumlah pusat kekuatan.
5. Mengikuti kebatilan dan menganggap remeh agama.
6. Berbuat seenaknya dan zalim.
7. Sombong dan terlalu bangga dengan dirinya.
8. Tidak berbuat kebaikan.
9. Menghambur-hamburkan potensi dan kekayaan negara.
10. Lupa diri.
11. Balas dendam.
12. Manajemen yang buruk.
13. Sedikit mengambil pelajaran dari pengalaman.
14. Sering berbuat kesalahan.
15. Menghilangkan pilar-pilar pemerintah.
16. Mengangkat orang-orang yang tidak profesional menduduki jabatan tertentu.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Memilih orang-orang tidak profesional
menduduki jabatan-jabatan pemerintahan akan membuat pemerintah tidak dipercaya
bahkan runtuh'.
17. Pengkhianatan. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bila terjadi
pengkhianatan, berkah dalam kehidupan akan diangkat. Barang siapa yang
menterinya melakukan pengkhianatan maka manajemen pemerintahannya menjadi
rusak.
18. Kelemahan dalam masalah politik. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bahaya
yang senantiasa mengintai para pemimpin adalah kelemahan dalam masalah politik.
Bahaya orang yang kuat adalah kelemahan dalam menekan kemarahan. Barang siapa
yang terlambat mengatur sesuatu maka itu berarti ia mendahulukan
kehancurannya'.
19. Perilaku buruk. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bahaya yang senantiasa
mengintai para penguasa adalah perilaku buruk'.
20. Lemahnya para pejabat dan wali kota.
21. Lemahnya dukungan masyarakat terhadap penguasa. Imam Ali bin Abi Thalib
berkata, 'Bahaya sebuah pemerintah adalah lemahnya dukungan'
22. Prasangka buruk kepada orang yang menasihati merupakan tanda-tanda
kehancuran sebuah negara.
23. Ketamakan pemimpin akan kelezatan dunia. Imam Ali bin Abi Thalib berkata,
'Seorang pemimpin adalah orang yang tidak mencari muka, tidak menipu dan tidak
ditipu oleh ketamakan'. Beliau menambahkan, 'Ketamakan merendahkan seorang
pemimpin'.
24. Ketiadaan keamanan.
Mengenal ibadah
dan kewajiban
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Sesungguhnya Allah swt mewajibkan kepada
kalian sejumlah kewajiban maka jangan kalian sia-siakan itu. Allah swt telah
memberikan batasan-batasan kepada kalian maka jangan kalian langgar itu. Allah
swt telah melarang kalian dari beberapa perkara maka jangan kalian terjang
larangan itu. Allah swt tidak memberikan perintah kepada kalian tentang banyak
hal dan itu bukan karena lupa, maka jangan kalian memaksakan diri. Allah swt
tidak pernah memerintahkan kalian akan satu perkara melainkan atas dasar
kebaikan yang dikandungnya dan tidak melarang kalian akan satu perkara
melainkan atas dasar kejelekan dan keburukan yang idkandungnya'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Seyogianya engkau menjaga segala sesuatu yang
bila engkau menyia-siakannya engkau tidak bakal diampuni'. Imam Ali bin Abi
Thalib berkata, 'Hal pertama yang diwajibkan oleh Allah swt kepada kalian
adalah menyukuri nikmat-Nya dan mencari keridaan-Nya. Sangat beruntung orang
yang senantiasa menjaga ketaatannya kepada Tuhannya. Orang-orang yang
bercepat-cepat melakukan ketaatan dan mendahului orang lain melakukan perbuatan
baik. Bila kalian tidak melakukannya maka itu berarti kalian tidak melakukan
perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban Allah swt. Tidak diperkenankan
seorang mendekati Allah dengan ibadah-ibadah sunah sementara ia masih
disibukkan dengan ibadah-ibadah wajib. Tidak ada ibadah yang nilainya menyamai
pelaksanaan kewajiban'. Imam Ali bin Abi Thalib juga sangat memperhatikan
penjelasan tentang filsafat sejumlah dari syariat dan hukum Islam. Beliau
berkata, 'Allah swt mewajibkan iman untuk menyucikan manusia dari syirik. Salat
untuk menyucikan manusia dari kesombongan, zakat untuk menambah rezeki, puasa
untuk menguji keikhlasan seorang hamba, haji untuk menguatkan agama, jihad
untuk kemuliaan Islam, amar makruf untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat
awam, nahi mungkar untuk mencegah orang-orang bodoh berlaku tanpa petunjuk,
silaturahmi memanjangkan umur, qisas untuk mencegah pertumpahan darah tanpa
sebab, menegakkan hukum pidana untuk memuliakan hukum (hal-hal yang haram),
meninggalkan minuman keras dan memabukkan untuk menjaga akal, menjauhi
perbuatan mencuri untuk menambah kemuliaan, meninggalkan zina untuk menjaga
keturunan, meninggalkan liwat (perilaku seks sesama jenis) untuk memperbanyak
keturunan, syahadah (martir) untuk menunjukkan kepada para pengingkar,
meninggalkan dusta untuk memuliakan kejujuran, Islam memberikan keamanan kepada
seseorang dari ketakutan, imamah sebagai sebuah sistem pemerintahan untuk umat
dan ketaatan untuk menghormati imamah'.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Zakatnya badan adalah jihad dan puasa dan
orang yang melakukan ziarah kepada Ka'bah akan aman dari azab Allah swt'.
Dan Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Laksanakan amar makruf engkau akan
menjadi orang yang berbuat baik, jauhi dan larang perbuatan mungkar dan jelek
dengan tangan dan lidah. Pisahkan perilaku keduanya dengan usaha yang yang
sungguh-sungguh dari mu. Tujuan agama adalah amar makruf dan nahi mungkar serta
menegakkan supremasi hukum. Jihad adalah tiang agama dan cara untuk selamat.
Barang siapa yang melakukan jihad dengan menegakkan kebenaran akan berhasil.
Mereka yang berjihad akan terbuka untuk mereka pintu-pintu langit. Balasan dan
pahala orang berjihad adalah yang paling agung dan mulia'.
Mengenal akhlak
dan pendidikan
Imam Ali bin Abi Thalib sangat mementingkan pendidikan masyarakat dan berusaha
untuk mengobati penyimpangan akhlak yang terjadi dalam diri manusia yang
memiliki akar yang sangat dalam. Imam Ali bin Abi Thalib menyebutkan obat
paling penting dan asasi sesuai dengan ucapannya, 'Ketahuilah, sesungguhnya
cinta dunia adalah pokok segala kesalahan'. Kemudian beliau menjelaskan sebab
terdalam terkait dengan cinta dunia ketika menjelaskan sebab-sebab dari
persekongkolan yang dilakukan untuk meminggirkan ide-ide Nabi bagi para
khalifah. Rahasia saat mereka merampok kepemimpinan darinya padahal mereka tahu
benar akan banyaknya teks-teks hadis Nabi Muhammad saw yang menyebutkan bahwa
kepemimpinan setelah beliau berada di tangan Ali bin Abi Thalib. Imam Ali bin
Abi Thalib berkata, 'Tidak, mereka telah mendengar hadis-hadis tentang
kepemimpinanku dan sadar akan keberadaannya, akan tetapi keindahan dunia telah
menghiasi mata mereka.
Akibat dari kecintaan yang sangat adalah manusia akan mempergunakan segala
macam cara untuk mencapai tujuannya. Kecintaan terhadap sesuatu sering membuat
sang pencinta menjadi buta dan tuli. Oleh karenanya, para khalifah mencari-cari
alasan dengan segala macam cara sebagai pembenaran kelayakan mereka sebagai
khalifah. Alasan-alasan inilah yang dibantah dengan sangat kuat dan indah oleh
Imam Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi mereka tetap bersikeras untuk tetap
melakukan apa yang sudah mereka rencanakan sebelumnya berhadapan dengan sikap
Imam Ali bin Abi Thalib. Dan bila ditanyakan kepada Imam Ali bin Abi Thalib
tentang obat paling manjur untuk mengobat penyakit yang telah menghunjam dalam
peyimpangannya, beliau pasti akan berkata bahwa obatnya adalah sebagaimana yang
disebutkannya secara detil tentang orang yang bertakwa (muttakin) dalam salah
satu khotbahnya yang terkenal dengan sebutan khotbah Hammam (nama salah seorang
sahabatnya yang bertanya tentang sifat mukmin). Imam Ali bin Abi Thalib
menjelaskan rahasia bagaimana orang-orang muttakin bisa sampai kepada derajat
kesempurnaan yang demikian karena ketakwaan. Beliau berkata, 'Allah swt sebagai
pencipta agung di mata dan jiwa mereka sementara mereka memandang selain-Nya
adalah kecil'. Demikianlah sebuah makrifat hakiki tentang Allah yang menjadi
sebab bagaimana dunia bisa rendah dan kecil di mata orang-orang muttakin. Bila
dunia telah kecil dan rendah di mata mereka maka dunia tidak bisa menjadi
tujuan dan tidak akan dikejar secara sungguh-sungguh untuk dapat memilikinya.
Bahkan yang terjadi adalah mereka tidak rakus untuk memiliki dunia sebagaimana
Imam Ali bin Abi Thalib tidak tamak akan dunia. Beliau menerima untuk tidak
menjadi khalifah ketika Quraisy memaksanya untuk meninggalkan dan berlepas
tangan dari kekhalifahan dengan ucapanya, 'Kekhalifahan telah membuat
orang-orang menjadi egois dan jiwa menjadi kikir sementara untuk sebagian orang
lain jiwa mereka menjadi celaka. Hakim adalah Allah swt dan janji yang
disampaikan akan ditemui di hari kiamat'.
Dari sini dalam masyarakat Islam ada dua kelompok akhlak dan moral yang berbeda
bahkan saling bertentangan; moral yang dipraktekkan oleh Imam Ali bin Abi
Thalib menjauhkan politik machiaveli dan moral yang lain dipraktekkan oleh para
khalifah yang meyakini pembenaran capaian tujuan dengan segala macam cara.
Tampak bagaimana dalam asalah kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib lebih
memilih zuhd dan meninggalkannya sementara selainnya begitu rakus dan tamak
meraih dan merebutnya dari tangan orang yang berhak.
Mengenal doa dan
munajat
Sebagaimana para Imam yang lain, Imam Ali bin Abi Thalib juga memberikan
perhatian yang serius tentang masalah doa dan munajat. Hal itu tentunya setelah
Al-Quran membuka masalah ini dengan berbicara kepada Rasulullah saw. Allah swt
berfirman, 'Katakanlah, Tuhanku tidak akan mengindahkan kalian bila tidak
karena doa yang kalian panjatkan'. Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan
pentingnya doa lewat teks-teks yang diriwayatkan darinya di samping perilaku
beliau sendiri. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Doa adalah senjata para wali
Allah'.
Nahjul Balaghah sendiri memuat sekumpulan doa-doa yang memiliki nilai tinggi di
berbagai bidang. Doa-doa yang beliau lantunkan dikumpulkan dalah buku yang
disebut Shahifah Alawiyah. Dan dari doa-doa terpilihnya adalah doa Kumail, doa
Shabah dan munajat Sya'baniyah. Di sini akan disebutkan potongan dari
munajatnya yang berbentuk syair yang diriwayatkan dari Imam Ali bin Abi Thalib.
Beliau berkata:
Segala puji kepada-Mu, wahai pemilik kedermawanan, kebesaran dan ketinggian
Berkah-Mu Engkau berikan kepada siapa yang diinginkan atau tidak
Tuhanku, penciptaku, penjagaku dan tempatku meminta perlindungan
Aku akan memohon kepada-Mu apakah kondisiku sulit atau senang
Tuhanku, bila dosa-dosaku besar dan banyak
Maka ampunan-Mu lebih besar dan luas
Tuhanku, seandainya aku mengikuti semua keinginanku
Saat ini aku di taman penyesalan mengapa aku melakukan semua itu?
Tuhanku, Engkau melihat keadaanku, kefakiranku dan kebingunganku
Engkau mendengar munajatku sekalipun kupelankan suaraku
Tuhanku, jangan Engkau putuskan harapan yang kugantungkan pada-Mu
Jangan biarkan keputusasaanku karena harapanku hanyalah Engkau
Tuhanku, bila Engkau memutuskan harapanku dan mengusirku dari ke haribaan-Mu
Kepada siapa aku berharap dan kepada siapa aku meminta syafaat
Tuhanku, bebaskan aku dari azab-Mu karena sesungguhnya aku
Terpenjara dan rendah, aku tunduk dan takut kepada-Mu
Tuhanku, bila Engkau menyiksaku selama seribu tahun
Aku tahu bahwa benang harapan dari-Mu tidak akan terputus
Tuhanku, bila Engkau hanya mengampuni orang-orang baik
Siapa yang akan memaafkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya?
Tuhanku, orang yang merindukan-Mu melewati malam-malamnya tanpa tidur
Memohon dan bermunajat hingga pagi lupa melaksanakan salat subuh
Mengenal sastra
Imam Ali bin Abi Thalib
Nahjul Balaghah dan buku-buku lainnya yang ditulis untuk melestarikan warisan
intelektual Imam Ali bin Abi Thalib dengan mudah didapatkan. Bahkan dengan
bentuk yang sangat puitis dengan menjaga kaidah-kaidah sebuah syair.
Memperhatikan itu semua membuat orang mengetahui bagaimana ketinggian nilai dan
pribadi Imam Ali bin Abi Thalib baik itu terkait dengan pidato, surat,
kalimat-kalimat bijak dan dalam bidang puisi dan sastra. Tidak berlebihan bila
disebutkan, sebagaimana para ahli sastra juga memberikan penilaian yang sama,
bahwa sastra terbaik yang pernah dikenal oleh sejarah dari sisi kaidah,
kedalaman dan ide-ide yang dikandungnya adalah sastra Imam Ali bin Abi Thalib
AS.
Di sini sebagai contoh akan dibawakan beberapa bait syair dari Imam Ali bin Abi
Thalib dalam beberapa tema. Tentunya dengan kepastian bahwa syair yang
dituliskan berikut ini diambil dari diwan (kumpulan syair) yang dinisbatkan
kepada Imam Ali bin Abi Thalib. Dan ini diperkuat lagi oleh sebagian sejarawan
yang bersaksi dan mempergunakan sekumpulan syairnya.
Imam Ali bin Abi Thalib mengucapkan syairnya mengenang kematian ayahnya:
Abu Thalib adalah pelindung orang yang meminta perlindungan
Bak hujan yang tercurahkan, bak cahaya di kegelapan
Kepergianmu telah merusak untaian pelindung
Allah pemberi nikmat mengucapkan salawat padamu
Tuhanmu rela akan perbuatanmu
Paman terbaik buat Musthafa
Al-Jahizh Al-Baladzri menyebutkan, 'Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang
paling dalam mengucapkan syair, paling fasih, orator tak tertandingi dan paling
baik dalam menulis. Pada hari Ghadir, Imam Ali bin Abi Thalib pernah
mengucapkan syairnya:
Rasul Allah menolong kami ketika mereka berselisih dan bermusuhan
Kaum muslimin yang mengerti kembali padanya
Kami gerakkan mereka yang sesat karena menghormati Rasul Allah
Ketika mereka belum melihat jalan dan petunjuk yang benar
Saat Rasul Allah membawa hidayah, kami semua
Senantiasa menaati Allah, kebenaran dan ketakwaan
Sibth bin Al-Jauzi meriwayatkan dalam bukunya Tadzkirah Al-Khawash bahwa Imam
Ali bin Abi Thalib bersyair:
Ketamakan akan dunia memaksa orang untuk mengaturnya
Buatmu kejernihan dunia telah dikeruhkan
Mereka tidak menerima rezeki dunia dengan akal
Mereka menerima rezeki dengan takaran
Bahkan lewat kekuatan atau perang
Bak burung pemburu yang mendapat rezeki burung gereja
Dan diriwayatkan dari Imam Ali bin Abi Thalib:
Penyakit mu ada pada dirimu sendiri, sayangnya tak disadari
Obatnya pun dari dirimu sendiri, sayangnya tak di perhatikan
Pikirmu bentukmu kecil
Padahal terkumpul pada dirimu alam yang besar
Salawat dan salam bagimu wahai ayah Hasan dan Husein. Wahai pemimpin sastrawan
salam bagimu pada hari kelahiran, hari beriman, hari perjuangan, hari
kesabaran, hari ketika engkau menjadikan supremasi hukum di atas
segala-galanya, hari ketika engkau syahid dengan penuh kesabaran dan hari
ketika engkau dibangkitkan kembali. Hari di mana engkau menuntun para pecintamu
menuju telaga kautsar terus menuju jannatun naim.
Hak Cipta @ Tim
penyusun Majma' 'Alami li Ahli Bayt